Tisna menatap dava dengan kening yang mengerut bingung dan mata yang menyipit, matanya terus memperhatikan dava yang sedari tadi tersenyum sendiri sesekali diiringi kekehan geli dari lelaki itu
"Sutttt stttt sutttt sttt" desis nya dengan kaki yang mendorong pelan tubuh rio yang berada dibawah kaki nya
"Ha paan?" sahut rio dengan mata yang masih fokus pada PlayStation dihadapan nya tak melirik sedikit pun pada tisna maupun dava
"Si dava kenapa dah? senyum senyum sendiri dari tadi, yakali kesurupan?!" ujar tisna dengan mata yang menyorot horor sahabat karib nya itu
Rio menaikan bahu nya acuh seraya terus fokus pada layar tv dengan stik ditangan nya yang terus ia tekan dengan lihai membuat kesabaran tisna yang setipis tisu dibagi 1.000 itu terbakar seketika
Dengan kesal tisna mendorong kuat tubuh rio, membuat rio yang tak siap pun terdorong begitu saja dengan stik yang terlempar dari genggaman nya "lebok sia!" sahut tisna puas melihat rio yang sudah mencium mesra lantai rumah dava
"Mana gue tau bangsat! gue aja baru dateng!" rio menatap tisna dengan penuh aura permusuhan dengan tisna yang juga menatapnya dengan tatapan julid
Dan terjadilah pergelutan konyol dimana rio dan tisna yang saling adu jambak menjambak membuat rambut kedua nya acak acakan, dengan tubuh yang berguling kesana kemari bahkan ruangan itu kini bak kapal pecah karna perkelahian kedua nya
"ARGHHHHH" teriakan dava membuat kedua nya berhenti seketika dengan kompak menatap dava syok shik shak shok
"Bangsat!" umpat dava dengan wajah memerah dengan tubuh yang berguling disofa
Tisna dan rio saling menatap sebelum saling melepaskan rambut masing masing dengan sopan kedua nya kembali duduk ditempat semula seolah tidak pernah terjadi apa apa dengan penampilan yang kini acak acakan
"Gak mungkin, gue gak mungkin suka sama aletha" sontak kedua remaja yang berpenampilan acak acak kembali menoleh ke arah dava yang baru saja berbicara sendiri dengan wajah memerah
Tak lama sebuah senyum lebar terbit dari kedua ujung bibir dava membuat dua orang yang sedari tadi menatap nya kini bergidik ngeri "beneran kesurupan?" bisik tisna pada rio
"Dav, lo udah sering dicentilin tuh bocah, jangan baper! lagian siapa yang baper? gue? baper?! gue baper?? gila, gak mungkin banget" ujar dava dengan wajah julid tak lama kemudian senyuman tertahan kembali muncul disudut bibir dava
"Hahaha arghhh" dava tertawa renyah dengan tubuh yang kini melengkung disofa dengan wajah yang semakin memerah seraya mengacak rambutnya gusar
"Sinting" gumam rio dengan julid seraya terus menatap dava yang masih terus berbicara dan tertawa sendiri
"Orang kalo udah jatuh cinta emang suka gila, untung gue jomblo" cibir tisna dengan wajah jijik seraya mengelengkan kepalanya tak habis pikir menatap dava dengan tingkah salting nya
____<>
aletha menatap datar vano yang berjalan kearahnya dengan sebuah susu binggrae strawberry digenggamannya membuat aletha berdecak seraya memutar matanya malas
"tha sorry tadi gue cek pasien dulu, lo udah lama nunggunya?" tanya vano merasa bersalah dengan wajah khawatir menatap aletha seraya menarik kursi dihadapan aletha
"engga kok, lagian salah gue gak bilang dulu ke lo kalo mau kesini" jawab aletha seraya menatap vano yang membuat vano tersenyum lega
"gapapa, gue malah seneng. akhirnya lo mau ketemu dan ngomong sama gue" ucap vano jujur dengan mata yang menatap aletha
KAMU SEDANG MEMBACA
Padre¿
Humor"papaa" dava yang dipanggil papa sontak terkejut dengan bola mata yang membulat sempurna "kamu udah punya anak dav?" tanya wanita yang sedari tadi disamping dava dan dibalas gelengan panik oleh dava "papa siapa heh? gue masih perjaka cil" "papaaaa...