"tha" panggil dava seraya melepaskan genggaman nya pada tangan letha saat kedua nya berada ditaman belakang sekolah
Membuat aletha menoleh dengan senyum malu malu bangsat nya serta mata yang terus berkedip seperti orang kelilipan
'fix sih dapa mau nembak gue nih pasti ahayyy, pulang sekolah enak nya langsung ke KUA apa bikin undangan dulu yaa hmm ck aaa babang dapa bisa aja' batin aletha dengan pikiran yang melambung tinggi membayangkan hal hal yang akan terjadi dimasa depan
Cukup lama dalam keterdiaman akhir nya dava kembali mengangkat suara saat mulai muak melihat wajah malu malu aletha
"aletha"
"iya sayang gue terima kok, udah jangan dilanjutin lagi kalo lo gak sanggup buat ungkapin nya" ujar aletha dengan narsis nya membuat dava mengerutkan kening bingung
"sakit lo?" tanya dava heran melihat aletha yang terus tersenyum sendiri
"ish babang dapa mah kebiasaan, suka khawatirin letha tiap saat" dava semakin bingung mendengar ocehan aletha yang sangat tidak nyambung menurutnya
"dih apaan" ucap dava sinis dengan wajah penuh kejulid an
"udah gak usah malu malu, gue tau kok lo mau nembak gue, gue kan udah bilang dava, kalo gue terima lo jadi lo gak usah malu malu lagi deh" ujar aletha membuat dava memutar mata nya malas
"tha bangun mimpi lo kesiangan, digigi lo ada cabe noh" ucap dava menunjuk gigi aletha
"dari tadi lo nyerocos mulu mana si dadam mau ngajak lo ngobrol lagi, malu maluin aja lo" lanjut nya sebelum melangkah meninggalkan aletha yang shock berat
Dangan gesit aletha meraih ponsel yang berada disaku seragam milik nya, berkaca mencari sesuatu yang dava maksud dan benar saja dapat ia lihat benda yang berwarna merah besar hampir menutupi salah satu gigi putih nya
"OMEGATTTT BAKSO MERCON SIALANN!!" teriak aletha histeris seraya mengumpati bakso mercon yang ia makan tadi, hancur sudah image nya dihadapan dava
Padahal mah sejak awal image nya sudah anjlok sampai jongkok dimata dava lantas image mana yang sedang aletha maksud?
____‹›
"ayaa nda ca gi eja yaa uma ja"(ayah gak usah pergi kerja ya dirumah aja) rengek balita berambut jamur itu pada vano yang sudah lengkap dengan jas putih kebanggaan nya
"gak bisa grey ayah harus kerja biar bisa beliin grey mainan" ujar vano berusaha memberi pengertian pada grey
"gley nda au inan, gley ma au aya"(grey gak mau mainan, grey cuman mau sama ayah) desak balita itu dengan mata yang berkaca kaca menatap vano
Membuat vano menghela napas panjang cukup kewalahan menghadapi rengekan balita kesayangan nya
Sedangkan wanita paruh baya dengan penampilan glamor yang sejak tadi menyaksikan rengekan grey pada putra nya memutar mata nya muak
"udah lah van, kamu kerumah sakit aja gak usah pikirin anak manja itu" ujar helda seraya menatap sinis grey yang kini menunduk takut mendapat tatapan sinis dari helda
"mah" tegur vano menatap protes helda yang terang terangan menatap sinis grey
"apa? kamu mau bentak mamah lagi cuman gara gara anak gak tau diuntung itu?!" ujar helda yang kini beralih menatap tajam putra nya
"mah stop!!" sentak vano berusaha menahan emosi nya mendengar perkataan helda membuat helda tersenyum sinis melihat emosi dimata putra nya
"mamah masih gak habis pikir sama kamu vano, apa sih yang bikin kamu terus terusan ngebela anak pungut itu? sadar vano dia bukan anak kamu!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Padre¿
Humor"papaa" dava yang dipanggil papa sontak terkejut dengan bola mata yang membulat sempurna "kamu udah punya anak dav?" tanya wanita yang sedari tadi disamping dava dan dibalas gelengan panik oleh dava "papa siapa heh? gue masih perjaka cil" "papaaaa...