1. bohong

16 2 0
                                    

Pagi itu seperti biasa mereka sarapan di ruang tengah.
" Mama nanti pulang jam berapa? "
Tanya anak laki laki itu mencengkal tangan mamanya yang hendak melenggang pergi.

" Apa hubungannya denganmu?. Mama sibuk! jangan manja!! "
Anak laki-laki itu terduduk lemah. Tak lama seseorang duduk di seberangnya. Membuat semangatnya kembali membuncah.

" Papa nanti datang kan? "
" Papa sibuk, biasanya juga ambil sendiri kan? "
Mendengar penuturan itu membuat rasa sedihnya kembali bertambah. Ia pun mengangguk. Nafsu makannya hilang dalam sekejap.

" Papa sama Mama mau berangkat. Selepas sekolah langsung pulang. Jaga Fizan "
Kata pria itu namun tak mengusik lamunan bocah lelaki itu.
" Akmal!! Denger papa ngomong nggakk?!! "
" Iya pa "

Akmal  menghampiri adek laki-lakinya yang sedang sibuk bermain. Anak umur lima tahunan itu tersenyum ke arahnya.
" Jangan nakal ya Fizan, kakak mau berangkat ke sekolah ya "

" Fisan ikut kak Akmal boleh? "
Akmal mensejajarkan tinggi tubuhnya dengan anak lima tahunan itu.
" Kakak kan sekolah. Fizan di rumah saja ya, nanti kakak beliin mobil mobilan mau? "
Kepala bocah itu mengangguk ngangguk semangat.



" Jangan bandel ya sama Mbak Farah. Sekarang Fizan siap siap ke sekolah."
" Tapi janji yaa bawa mobilnya "
Akmal tersenyum kemudian mengulurkan tangannya yang di sambut oleh Fizan.
" Janji kelingking dulu "


Akmal tersenyum kemudian menyambut jari kelingking adeknya. Ia menyisir rambut adeknya kemudian berdiri. Akmal mengendarai sepedanya sambil melambaikan tangganya ke arah dimana adeknya berdiri.

Di sekolah sudah ramai orang berlalu lalang. Banyak orang orang dewasa yang hadir untuk mengambil raport anak anaknya. Akmal hanya bisa mengamati tanpa bisa ikut merasakannya.

Akmal memasuki kelas tak sengaja menabrak bahu Alfin.
" Gimana sih kamu!! "
" Maaf aku gak sengaja Al "
Alfin langsung pergi begitu saja meninggalkan Akmal.

Akmal kemudian menuju kelasnya. Di kelasnya ia duduk di bangkunya sendiri. Teman temannya bermain di luar sana sedangkan di dalam kelas mereka di wakilkan orangtuanya. Kecuali dengan Akmal. Tak satupun keadaan yang mendukungnya.

Akmal tersenyum ketika ia mendapatkan peringkat pertama seperti yang di harapkan mamanya. Peringkat satu dua tiga maju ke depan untuk mendapatkan hadiah serta penghargaan. Akmal terikut foto walaupun ia hanya sendiri tanpa ada yang mendampingi.

" Akmal Artarayhan "
Akmal langsung menuju menuju meja guru karena merasa terpanggil.
" Kenapa di ambil sendiri Akmal? "
" Akmal lupa gak kasih undangannya Bu "
Bohongnya ia tak mungkin menjelekkan orang tuanya.

" Peraturan tetap peraturan Akmal. Tahun kemarin ibu masih beri toleransi tapi sepertinya tahun ini tak ada lagi toleran lagi buat kamu. Raport ini gak akan ibu kasih kalau bukan orangtuamu atau walimu yang ngambil "



Kelopak mata anak itu memanas. Ia mencoba menahannya. Ia tak boleh menangis.
" Ayah gak suka Akmal nangis, jadi Akmal gak boleh nangis. Nanti ayah sedih "


Akmal duduk di bangku taman ada seseorang yang duduk di dekatnya.
" Tante Diana sibuk ya Arta? "
Mendengar suara seseorang ia menatap ke arah suara itu berasal.
" Iya "
Jawab Akmal singkat. Ia tidak bisa berbohong dengan sahabat sekaligus tetangganya itu.

" Akmal, ini tante ambilin raport mu "
Kata perempuan dengan paras ayunya itu. Membuat senyum Akmal mengembang.
" Makasih tante, tapi tante gak bilang kan kenapa mama gak datang? "
" Engga Akmal tenang saja "

" Yaudah ya mah, Rara mau main sama Arta dulu "
Kata gadis kecil itu menarik tangan Akmal.
" Arta gak jajan? "
" Lagi nabung Ra "

" Nih, Rara beliin eskrim biar semangat nabungnya "
Keduanya tertawa kemudian memakan es krim bersama.
" Nanti temenin beli mobil mobilan ya? "
" Buat isrhaad ya? "
Akmal menganggukkan kepalanya.

Dari jauh Bila memantau keduanya.
" Dia anak yang baik Diana. Kenapa kamu begitu tega sama anak sekecil dia "
Setelah mereka berdua membeli mobil mobilan mereka kembali dimana Bila tadi duduk.


" Ayo pulang yuk "
" Tapi Akmal bawa sepeda tante "
" Pokoknya Arta ikut Rara "
Akmal tersenyum kemudian dengan semangat ikut masuk ke dalam mobil. Sedangkan Stevano mengangkat sepeda Akmal dan memasukkannya kedalam bagasi.

" Akmal nanti mau ikut kami jalan jalan gak sayang? "
Tanya Bila sambil menghadap ke belakang.
" Enggak Tante nanti Akmal mau jalan jalan sama mama "

" Have fun ya sayang "
Kata Stevano ikut senang dan mengelus kepala Akmal pelan.
"  Arta nggak ngajak Rara? "
" Di ajak kok kalau Rara mau "
" Mau mau mau mau mau "

Mereka tertawa serentak. Ketika sampai di depan rumah. Fizan langsung menghampiri Akmal dengan berlari.
" Mobilnya mana kak Akmal? "
" Iniiii "
Kata Akmal memperlihatkan barang kecil itu.

Mereka tertawa kemudian masuk rumah.
" Apa Diana tak datang? "
" Seperti biasa ia sibuk dengan bisnis fashion nya yang sedang naik daun "
Stevano geleng geleng kemudian merangkul putri kecilnya untuk masuk.


Setelah solat dhuhur berjamaah dengan adeknya Akmal mengantuk. Ia mencoba menahan kantuknya itu. Ia menunggu kehadiran mamanya. Tak lama pintu utama rumah itu terbuka membuat mata yang semula mengantuk itu terbuka lebar.




" Mama Akmal dapat peringkat pertama kita jadi jalan jalan kan? "
" Mama capek "
" Katanya mama kalau Akmal dapat peringkat pertama Akmal boleh minta apapun. Akmal mau jalan jalan "

" Bisa sama Mbak Farah kan? "
" Pinginnya sama Mama "
" MAMA CAPEK!! NGERTI NGGAK SIH!! "
Tubuh Akmal bergetar hebat.
" NANGIS! NANGIS TERUS. LAKI LAKI CENGENG!!! "


Diana langsung pergi meninggalkan anak sulungnya. Melihat wajah anak sulungnya itu membuat amarahnya makin menjadi.
" Ayah bohong. Katanya mama baik. Mama juga bohong. Katanya mau ajak Akmal jalan jalan "

Mbak Farah yang melihat itu langsung menghampiri anak majikannya itu.
" Jalan jalan sama mbak saja ya "
" Akmal mau tidur saja mbak, capek "
Kata Akmal kemudian naik ke kamarnya. Ia memandang wajah adeknya. Ia langsung mengingat jelas perkataan mamanya dua tahun lalu.

Flashback on

" Mama mama Akmal dapat peringkat tiga. Akmal mau minta sesuatu boleh"
Kata Akmal semangat kemudian membuat kedua orangtuanya menatapnya malas.
" Baru peringkat tiga banyak maunya"
Kata Lian kemudian beranjak dari meja makan.

" Dapat peringkat satu dulu. "
Kata Diana kemudian meninggalkan Akmal sendiri.
" Akmal gak mau aneh aneh kok ma pa, Akmal cuma mau di ajak jalan jalan sama kalian "
Katanya sedih.

" Makanya belajar yang bener!! Dapat peringkat satu dulu baru mama turutin "
Kata perempuan itu kemudian hilang tertelan pintu ruang kerjanya.
" Iya Akmal bakal belajar lebih giat lagi biar bisa jalan jalan sama mama papa "

Flashback off

Akmal tertidur di samping Fizan yang tertidur memeluk mobil mobilan yang di belikan oleh kakaknya.

Dengarkan akuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang