12. melarikan diri

6 2 0
                                    

Akmal sudah memakai seragamnya. Ia tahu ia tak akan sampai di sekolah melainkan ke rumah orang yang membelinya. Ia tersenyum sumir membayangkan hal itu. Setelah sarapan dan berdandan layaknya anak sekolahan. Akmal berangkat di antar oleh kedua orang dewasa berbeda gender itu.

" Seneng banget yang mau sekolah "
Seloroh Diana membuat senyum Akmal melebar. Mobil mulai berjalan.
" Sayang nanti kita mampir ke rumah temen Mama ya? "
Akmal mengangguk setuju. Akmal gugup ia takut kesempatan ini tak bisa ia gunakan dengan sempurna.


" Ma perjalanannya masih jauh? "
" Kenapa sayang? "
Tanya lelaki di samping Diana dengan senyuman sok ramahnya itu.
" Akmal pingen buang air kecil "
" Gak bisa ditahan dulu Akmal? "
" Eummm gak ma gak bisa "
Kata Akmal dengan merapatkan pahanya. Akhirnya mobil terparkir di sebuah masjid.



Akmal langsung berlari ke arah kamar mandi di ikuti oleh Diana. Ia takut terjadi sesuatu sama mesin uangnya itu. Akmal masuk di salah satu bilik. Ia menelpon nomor seseorang. Beruntungnya ia menghafal nomor telepon Bila.


" Halo ini siapa ya? "
" assalamualaikum tante. Ini Akmal tan. Tolongin Akmal  tan, Akmal gak mau di jual...... "
Kata Akmal berbisik dengan isakan tangis.
" waalaikumsalam Akmal. Kamu dimana sayang? "
" di masjid.... "
Tut tut tut.  Panggilan telepon itu terputus. Membuat Akmal panik.


Ia mencoba menelpon lagi tapi bukan suara Bila yang ia dengar melainkan suara operator. Ketukan di pintu kamar mandi membuat badan Akmal panas dingin. Akmal menyembunyikan telepon genggamnya. Barangkali ia membutuhkannya. Ia meraup wajahnya kasar. Menghapus air matanya. Kemudian mencuci wajahnya di wastafel. Setelah itu ia keluar. Diana sudah menunggu di depan pintu kamar mandi.


" Lama banget!! "
Kata Diana sedikit menyentak.
" Ma....maaf "
Cicit Akmal takut kemudian berjalan agak cepat mengimbangi langkah lebar Diana yang sedang menarik tangannya kasar. Ia Manahan ringisannya. Karena tak mau mamanya mendengarnya dan mengklaim ia sebagai anak laki-laki yang lemah.

Sampailah mereka di mobil. Mobil kembali berjalan. Diam diam Akmal mengelus pergelangan tangannya yang terasa perih dan telapak tangannya yang terasa kebas akibat darah seolah berhenti mengalir ke jari jari tangannya karena terlalu erat cengkraman Diana tadi.


Akmal mengamati kaca jendela. Mengamati beberapa penjual ikan hias yang berada di depannya.
" Ma, Akmal minta ikan hias itu boleh? "
Telunjuk anak kecil itu menunjuk ke arah pedagang itu.


" Buat apa Akmal?!! "
Kata Diana jengkel. Akmal menunduk takut. Tiba tiba tangan John memegang tangan Diana lembut sembari tersenyum dan mengangguk. Kemudian mobil menepi. Akmal mengangkat wajahnya dengan mata yang berbinar.



" Makasih ma om "
Katanya kemudian turun dari mobil. Pedagang ikan hias itu di kelilingi banyak orang. Mula mula Akmal mendekatkan gerobak pedagang itu. Dan memilah ikan apa yang ingin ia beli.



Diana ikut menemani Akmal tapi tiba-tiba telepon pintarnya berdering pertanda ada seseorang yang menelponnya. Alhasil ia menerimanya telepon itu sembari agak menjauh dari Akmal. Karena itu telepon dari seseorang yang menginginkan Akmal.


Melihat kesempatan emas itu Akmal menjauh perlahan darisana. Setelah sedikit jauh ia berlari sekuat tenaganya. Ia terus berlari sembari menengok ke belakang. Karena tak fokus ia terjatuh terjerembab ke tanah. Kedua lututnya terluka.



" AKMALLLLLLL!!!!!! "
Teriakan itu membuat tubuh Akmal menegang. Satu air matanya lolos seketika karena tindakannya itu ketahuan. Ia segera bangkit dari jatuhnya kemudian berlari sebisanya dengan kaki yang terluka.


Dengarkan akuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang