5. bangga?

14 2 0
                                    

" Akmal makan ya. Biar cepet sembuh"
" Mama gak kesini ya mbak? "
Farah tersenyum sembari mengelus pelan rambut Akmal.
" Kesini kok, tapi tadi Akmal lagi tidur"
" Mbak bohong!!! "
Kata Akmal dengan mata berkaca-kaca. Luruh sudah air mata itu. Membuat Farah merasa bersalah. Ia memeluk erat tubuh lemah Akmal.


" Mbak bo.....hiks... hong...hiks.... dari tadi Akmal gak......hiks.... tidur....mama gak....hiks kesini "
Kata anak itu dengan Isak tangis yang perlahan mengeras. Farah memeluk erat tubuh Akmal. Ia mengelus punggung Akmal halus. Mencoba memberi ketenangan.



" Apa....hiks...Akmal itu.....hiks beban.....mama....ya....mbak.....hiks "
Kata Akmal di dalam pelukan Farah. Air mata Farah ikut mengalir deras mendengar anak majikannya itu berbicara seperti itu.
" Enggak kok enggak "
" Apa Akmal...... harus....nyusul ayah.... hiks.... dulu ya mbak.....hiks..... biar mama perduli? "


Semakin erat saja pelukan yang di berikan Farah.
" Gak boleh gitu ya? Emang Akmal mau nyusul ayah dengan keadaan kaya gini? Akmal gak jadi bangga in ayah dulu? Katanya Akmal mau jadi Hafisz Qur'an ya? Terus kan Akmal belum mewujudkan itu kan? Masa Akmal mau menyerah? "
Mendengar itu isakan tangis Akmal perlahan hilang. Ia menguraikan pelukannya. Kemudian ia tersenyum.


" Eh iya ya Mbak. Kan Akmal janji mau bangga in ayah. Kan Akmal mau sama sama ayah dan buat ayah bangga kan. Jadi Akmal harus sembuh ya? "
Farah mengangguk ia menghapus air mata di pelupuk matanya.
" Ya sudah Akmal makan dulu ya. Nanti minum obat "
" Mbak kalau Akmal jadi Hafisz Qur'an pasti ayah bangga kan sama Akmal? "



" Pasti dong sayang "
Kata Farah tersenyum lebar. Ia mengelus kepala Akmal halus.
" Kalau mama papa bangga gak? "
" Pasti sayang "
" Kalau gitu Akmal mau cepet cepet jadi Hafisz Qur'an biar bisa buat ayah papa mama bangga sama Akmal. Nanti mama papa pasti sayang ke Akmal kan mbak? "




Farah mengangguk dengan air mata yang mengalir lagi. Ia menghapus air matanya kemudian menyuapi Akmal yang sudah kembali dengan senyuman manisnya. Bila yang menyaksikan itu semua menangis tergugu di depan. Stevano memeluk erat tubuh Bila yang melemas karena kesedihannya itu.



" Tega sekali Diana dan suaminya mengabaikan anak sebaik mereka mas "
Kata Bila masih dengan Isak tangisnya.
" Sudahlah berhenti menangis. Kamu mau lihat Akmal sedih? Akmal akan sedih kalau lihat ada orang yang nangis karena dia? Mau? "
Bila menggelengkan kepalanya dengan air mata yang terus mengalir.



Stevano mengusap lembut air mata yang membasahi pipi istrinya itu.
" Udah ya? Kamu harus cepat temuin Akmal. Nanti Fizan lama nungguin kamu! "
Bila mengangguk. Ia kemudian menghapus air matanya. Kemudian ia mengeluarkan alat make up nya sekedar menghilangkan jejak air matanya.
" Jangan lama lama "



Tegur Stevano ketika melihat sang istri yang masih sibuk berkutat dengan kegiatannya itu. Setelah 10 menit akhirnya kegiatannya selesai. Mereka berdua kemudian masuk.
" Assalamualaikum Akmal "
" Waaiakumsalam Tante om "
Kata Akmal dengan senyum sumringahnya. Ia ingin bangun dari tidurnya.


" Udah udah gak usah bangun. Akmal tiduran aja ya. Biar cepat sembuh "
Akmal menganggukkan kepalanya patuh. Ia tersenyum lebar kemudian menyalimi tangan keduanya.
" Tante bawain Akmal buah, di makan ya biar cepet sembuh "
" Makasih tante, Fizan aman kan tante? "
Tanya Akmal khawatir. Bila dan Stevano tersenyum.



" Tentu dong sayang, makanya Akmal cepat sembuh. Fizan ga mungkin di bawa ke sini. Dia masih kecil rentan tertular penyakit "
" Iya tante. Makasih udah mau jenguk Akmal "
" Iya sayang sama sama. Tante kupasin buah nya ya? Akmal mau apa? "
" Nggak usah tante. Akmal baru saja selesai makan jadi masih kenyang "


" Ya sudah. Tante ga bisa lama lama ya soalnya Tante harus kembali lagi ke sekolah! "
" Iya tante. Emmm Akmal nitip Fizan ya tante, maafin Akmal selalu ngerepotin tante sama om "
Keduanya menggeleng tak setuju dengan Kalimat yang terlontar dari mulut Akmal.


" Tante ga usah bohong ya sama Akmal demi buat Akmal senang. Soalnya Akmal gak mau bahagia di atas kepalsuan. Akmal tau kok kalau mama papa gak akan perduli sama Fizan ataupun sama Akmal. Jadi om, tante, sama mbak Farah ga perlu repot-repot bohongin Akmal ya? "
Kata Akmal panjang lebar. Bila langsung memeluk erat tubuh Akmal.



" Tante gak bohong kok sayang, Tante gak mau ngasih Akmal kebahagiaan palsu. Tante yakin pasti mama papa sayang sama Fizan dan Akmal. Mereka kerja keras kan biar Fizan Akmal gak kekurangan biaya. "
Akmal menganggukkan kepalanya dengan tersenyum.
" Iya kok Akmal tahu. Makanya Akmal gak pernah protes. "



" Akmal anak pintar. Ya sudah tante om pulang ya. Jangan lupa di makan buah nya ya Akmal sayang! Dan satu lagi habis ini langsung istirahat ya! "
" Siap Tante "
Kata Akmal kemudian menyalimi keduanya.
" Asslamualaiakum "
" Waalaikum salam warohmahmatullahi wabatoaktuh "




Stevano dan Bila keluar dari ruang inap Akmal.
" Kita telat deh jemput Fizan mas "
" Iya tapi aku tadi udah suruh Mba Ira buat jemput Fizan sayang. Jadi tenang saja! "
" Kamu memang sangat pengertian mas "
" Iya dong Stevano  Jackson gitu loh "
" Hahahaha iyha iyha mas "



Mereka akhirnya sampai di tempat dimana Fizan bersekolah. Benar saja Fizan sedang sibuk makan es krim di temani oleh mbak Ira. Mereka berdua menghampiri mbak Ira yang sedang ikut memakan es krim bersama Fizan.
" Assalamualaikum "
" Eh wassalamu'alaikum warahmatullahi wabatoaktuh nya "
" Waalaikum salam tante cantik "

Mendengar itu membuat tawa Bila lepas begitu saja. Ia mengelus pucuk kepala Fizan dengan gemas mengacak-acak rambut yang di sisir rapi anak itu sehingga terlihat acak-acakan.
" Ih mbak Ira ikut makan es krim "
" Hehehehe Fisan yang paksa. Habisnya mbak Ila gak mau kok di kasih Fisan es klim. Ya Fisan suap langsung mbak ila nya sampai mau "




Mereka semua tertawa serentak. Kemudian mereka mengajak Fizan jalan jalan.
" Sayang, aku harus kembali ke kantor sekarang. Tapi tadi aku sudah telepon pak Tito. Biar pak Tito yang supir ya? Kamu jangan capek capek ya sayang "
Kata Stevano mencium  kening Bila kemudian mengecup kedua pipi tirus Fizan. Setelahnya ia benar-benar pergi dari sana.



Tak lama pak Tito sampai. Mereka jalan jalan sebentar sambil menunggu jam pulang Raisya. Setelah menjemput Raisya mereka kembali bermain main sekedar menghubungi Fizan. Tak lama notifikasi handphone Bila berbunyi.





" aku sudah sampai sayang. Sepuluh menit lagi ada meeting. Gimana jalan jalannya? Seru ya? Mungkin waktu makan siang nanti aku akan pulang. Aku sangat rindu Raisya dan tentunya ibunya "
Bila tersenyum lebar melihat deretan kalimat itu.

       Jangan lupa vote dan komen

Dengarkan akuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang