Akmal sudah menyiapkan segala keperluannya. Tapi ada yang sedikit mengganjal di relung hatinya. Ia menatap ke arah Fizan yang terlihat memandanginya dengan tatapan yang membuatnya semakin ragu dengan keputusannya itu. Akmal tersenyum kemudian menghampirinya ia merengkuh tubuh kecil itu kemudian membawanya untuk duduk berdampingan di atas ranjang.
" Fizan jangan sedih dong "
" Fisan ga sedih kok "
Kata anak itu dengan memainkan kedua kakinya. Akmal mengelus pucuk rambut adeknya itu dan membawanya ke dekapannya.
" Udah Fizan jangan sedih ya. Sekarang bantuin kak Akmal bongkar tasnya lagi "
" Kenapa? "
" Kak Akmal ga jadi ikut "Kata Akmal membuat Fizan merasa bersalah karena dirinyalah Akmal membatalkan rencana untuk ikut study tour.
" Kak Akmal ikut aja. Kan buat kenang-kenangan sama temen temen kak Akmal kalau besal nanti "
" Menurut kakak yang terpenting itu Fizan "
Kata Akmal mengulas senyuman. Fizan ikut tersenyum kemudian memeluk tubuh Akmal." Assalamualaikum "
Salam Bila membuat keduanya girang kemudian bergegas berlari keluar.
" Waalaikum salam "
Jawab mereka bersamaan. Seperti biasa Fizan akan berlarian untuk memeluk Bila. Akmal tersenyum lebar melihatnya.
" Diana mana Akmal? "" Mungkin nginap di kantor tan "
Kata Akmal dengan senyumannya seolah itu adalah hal biasa.
" Maaf ya "
Kata Bila tak enak membuat Akmal merasa sedih. Akmal menggelengkan kepalanya dengan tersenyum lebar.
" Lian mana Akmal? "
Tanya Stevano dari belakang. Ketika Stevano berdiri di sampingnya segera saja cubitan maut Bila mendarat mulus di pinggang Stevano." Mungkin sibuk "
Jawab Akmal sambil menatap kakinya gelisah. Ia memikirkan bagaimana nasib adek kecilnya jika ia tetap egois. Bila menangkap jelas kegelisahan pada raut wajah Akmal.
" Kenapa Akmal? Sudah siap semuanya? "
" Ak.. Akmal gak jadi ikut tante "
Kata Akmal sambil menggigit bibir bawahnya lantaran takut Bila akan marah ke Diana. Jika itu terjadi akan semakin parah mamanya itu memarahinya." Kenapa? Fizan ga mau di tinggal? "
" Ak.. Akmal takut kalau Akmal pergi Fi.. Fizan nanti ga ada yang urus "
Kata Akmal jujur. Kelopak matanya terlihat menggenang menahan butiran bening agar tak menetes. Ia memalingkan wajahnya ia tak mau terlihat seperti laki laki cengeng yang sangat di benci mamanya itu.Bila langsung berlutut kemudian merengkuh tubuh itu.
" Akmal pergi aja. Nanti kan ada Mba Farah ada Mba Ira juga yang jagain Fizan. Ada om Stevano juga "
Kata Bila sambil mengelus punggung yang mulai bergetar itu.
" Kak Akmal kopelnya ketinggalan "
Teriakan Fizan membuat keduanya melepaskan pelukannya. Akmal buru buru menghapus jejak air mata yang tadinya mengalir deras. Ia tak mau terlihat sedih di depan adeknya.Akmal berbalik. Ia terkejut melihat Fizan yang dengan susah payah mengangkat tas kopernya. Padahal itu hanya berisi 1 setalan baju dengan beberapa cemilan dan juga peralatan mandi saja. Tapi Fizan seperti kesusahan membawanya. Semuanya tertawa melihat wajah Fizan yang memerah karena sedari tadi berusaha menarik barang yang terlalu berat untuk dia angkat.
Akmal menghampirinya kemudian meraih tasnya itu.
" Ternyata adeknya kak Akmal kuat juga ya? "
" Iya dong "
Kata Fizan dengan bangga membuat tawa pecah di antaranya. Tak lama mereka memutuskan untuk segera pergi agar tak ketinggalan bis.Akmal menatap sendu Fizan yang berada di gendongan Farah.
" Akmal, tenang saja Fizan akan baik baik saja "
Mendengar penuturan dari Bila membuat hati Akmal sedikit menghangat. Sampailah mereka di sekolah. Mereka semua kemudian memasuki bis. Keadaan bis ramai dengan bisingnya para ibu ibu yang ikut menemani anaknya. Akmal memang tak duduk sendirian. Ia duduk bersama dengan Raisya dan Bila.Ia mengamati sekelilingnya.
" Andai saja mama mau nemenin Akmal. Mungkin Akmal tak akan merasa berbeda dengan yang lainnya "
Akmal menatap ke luar jendela dan termenung lama. Membuat Bila merasa kawatir. Ia mencoba untuk memanggil Akmal.
" Akmal "
" Akmal "
" Akmal "
Bahkan panggilan ketiga darinya tak membuat Akmal terusik sekalipun.Melihat itu membuat Raisya yang berada di tengah keduanya menepuk keras paha Akmal. Membuat Akmal terkejut lantas spontan memalingkan wajahnya.
" astaghfirullahaladzim Raaaaa "
Keluh Akmal terkejut. Raisya terkekeh geli melihat ekspresi terkejut Akmal.
" Dari tadi mama ajak Arta bicara loh"
" Hah? Eummmm maaf tante "Kata Akmal takut. Ia takut mengecewakan hati orang yang selalu menjadi pelipur lara hatinya itu. Bila tersenyum kemudian.
" Gak papa Akmal. Mikirin apa sih sampai sepaneng gitu? Tenang aja Fizan akan baik baik saja. Dan juga kan kita cuma sehari Akmal ga ada sehari malah. Cuma main main ke pantai aja. Gak berhari hari "
" Iyah Tante "
Kata Akmal berat. Bila menghela nafasnya panjang yah dia ingin sedikit menghibur namun Akmal sepertinya sudah anti hiburan dalam bentuk apapun.Sampailah mereka di tempat tujuan. Semuanya berlarian di atas pasir. Mereka langsung menyatu dengan alam. Yakni bermain di pesisir pantai tentu saja dengan pengawasan orang tua yang ketat. Akmal dan Raisya tak tertarik dengan deburan ombak. Akmal menemani Raisya yang membuat istina dari pasir dengan cetakan.
" Arta ga mau ikut main sama temen temen "
" Ayo! "
Mata Akmal menarik tangan itu halus. Namun Raisya tetap berdiam membuat Akmal menghentikan langkahnya.
" Arta aja Rara takut "
" Kan ada aku "
" Tap... tapi.... "
" Udah ayo "Tanpa memperdulikan penolakan Raisya Akmal menarik tangan itu halus. Walaupun Raisya terus melontarkan kata penolakan tapi ia tak memberontak ketika tangan Akmal membawanya mendekati bibir pantai.
" Arta "
Akmal menoleh ketika tiba-tiba Raisya melepaskan genggaman tangan mereka.Gadis kecil itu terdiam takut. Akmal tersenyum ketika kaki telanjangnya itu merasakan deburan ombak yang menyapanya halus.
" Ayo Ra, gak apa "
Akmal mengulurkan tangannya ke arah Akmal. Dengan ragu Raisya menerima uluran tangan itu. Akmal tersenyum kemudian membawa Raisya mendekat. Raisya merasakan ombak kecil itu membasahi kakinya. Terasa dingin dan tenang. Ia tersenyum." Gak ada yang perlu di takutin Ra, kalau kita nurut sama aturan insyaallah gak papa kok "
" Tapi Arta kalau ada monster gimana? "
" Yaaa nanti aku suruh monster nya buat nangkap Rara aja. Aku kabur deh "
Kelekar Akmal membuat Raisya kesal. Ia langsung menyirami tubuh serta wajah Akmal dengan air laut itu.Terjadilah pertengkaran kecil di antara mereka. Tanpa di sadari sedari tadi kegiatan itu tak lepas dari pengawasan Bila dan Stevano.
" Lihatlah mereka mas! Akmal memang cocok buat Raisya. Bahkan Raisya yang dulu selalu takut dengan air yang menggenang ataupun laut dan sungai menjadi berani untuk menyentuhnya "
Stevano terkekeh di seberang sana. Iya sekarang mereka melakukan panggilan video." Iya mereka itu sangat dekat sekarang semoga saja dimasa yang akan datang akan tetap seperti itu "
Mereka kemudian mengobrol banyak. Setelah puas mengobrol. Bila memutuskan untuk menemani keduanya bermain main. Setelah agak sorean akhirnya mereka pulang juga. Akmal terlihat gusar bahkan tadi ia tak menikmati makan siangnya.
" Akmal baik baik saja? "
" Iya Tan "
Kata Akmal dengan senyum yang di paksakan.
Senyuman yang selalu Akmal tunjukkan agar Bila tak khawatir itu gagal. Bila menangkap kegusaran diwajah Akmal.Bila juga mengetahui dibalik senyuman keterpaksaan Akmal. Anak kecil pandai berbohong hanya untuk tak terlihat lemah di depan orang lain. Bila menghela nafas. Tak ada yang bisa ia lakukan untuk membuat senyuman itu kembali terlukis tanpa beban. Hanya Raisya dan Fizan yang membuat Akmal bisa tersenyum selebar itu. Tapi sekarang Raisya sedang tertidur. Karena sangking lelahnya. Dan juga ia terbiasa tidur siang.
Jangan lupa vote and comment. Makasih udah baca. Dan mampir ke cerita ku yang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dengarkan aku
Teen Fictionkisah ini terinspirasi dari seseorang. seorang laki laki yang memiliki peran kuat. ia mampu menjadi seorang kakak yang perhatian, seorang ayah yang tegas, seorang ibu yang lembut bahkan ia bisa jadi seorang sahabat sejati untuk adek kecilnya. " kena...