Akmal mengerjapkan matanya perlahan guna menyesuaikan cahaya yang masuk pada pupil matanya. Ia memandang kesekitarnya yang tak terlihat seperti kamarnya. Perlahan ingatannya kembali.
Ia menghembuskan nafas kasar kemudian menendang selimut yang melilit tubuhnya.
" Coba aja ini murni kepedulian mereka pasti aku akan merasa sedikit baik "Katanya kemudian beranjak dari tempat tidur. Setelah membereskan kasur ia langsung menuju kamar mandi guna mengambil wudhu.
Ia memang sudah terbiasa bangun pagi seperti ini. Setelah melaksanakan sholat ia langsung mengambil Al Qur'an kecilnya. Ia sudah berniat ingin menjadi Hafisz Qur'an dan sekarang ia harus belajar membacanya dengan tartil dan benar baru bisa menghafalnya.
Ketukan di pintu kamarnya menghentikan aktivitasnya. Ia langsung menaruh mushaf kecilnya dan menghampiri pintu dan membukanya.
" Sarapan sudah siap den "
Akmal mengangguk sembari tersenyum. Ia langsung meraih tangan Bi Astrid untuk ia gandeng. Bi Astrid terlihat membeku sesaat sebelum akhirnya tersenyum dan ikut menggenggam erat telapak tangan kecil milik Akmal.Mereka sampai di ruang tengah. Akmal duduk di antara keduanya.
" Pagi sayang "
" Pagi my hiro "
Akmal tersenyum mendapatkan perlakukan manis yang sudah lama tak ia dapatkan.Ia mencoba menyembunyikan rasa kecewanya sekarang. Andai saja ia tak mendengar kenyataannya mungkin ia akan terlena dengan kenikmatan sesaat dan janji janji sesat yang mereka tuturkan.
Akmal menikmati makanannya dengan lahap. Ia butuh banyak Tenaga untuk bisa kabur. Ia juga bersikap biasa saja agar mereka percaya. Dan peluang untuk terbebas itu semakin besar.
" Nanti Akmal mau jalan jalan nggak?"
Akmal menganggukkan kepalanya antusias.
" Akmal mau ketemu Fizan boleh ma?"
Tanya Akmal menatap Lamat netra hitam Diana.Diana tersenyum kemudian mengelus pucuk kepala Akmal.
" Papa masih marah sama mama. Nanti papa sakitin Akmal gimana? "
Akmal terlihat lesuh ia mengangguk setuju. Ia begitu menurut membuat Diana senang.Terlalu rapi akting Akmal membuat keduanya tak sadar jika Akmal sudah mempersiapkan segala sesuatunya untuk melarikan diri.
Mereka benar benar pergi ke taman. Akmal terlihat senang walaupun hatinya terus gundah. Ia harus terlihat bodoh untuk membodohi orang bodoh.
Akmal tak berlarian. Ia tak mau terlalu menunjukan kesenangannya karena ia tak pernah seperti itu sebelumnya. Ia hanya meminta beberapa buku dan membacanya sembari bermain ayunan dan jungkat-jungkit bersama pria yang mamanya bilang adalah papa barunya itu.
" Akmal gak mau jajan? "
Anak itu menggelengkan kepalanya.
" Akmal mau di peluk mama sama om boleh gak? "
Keduanya tersenyum kemudian merengkuh tubuh kecil Akmal.Rembesan air matanya mengalir tanpa bisa ia cegah.
" Loh Akmal kenapa nangis? "
" Akmal kangen di peluk sama mama dan ayah kaya dulu "
Kata Akmal jujur. Meraka saling pandang kemudian tersenyum lebar.Meraka mengurai pelukannya kemudian kembali bermain. Alhasil ketiganya pulang dengan membawa tumpukan buku yang Akmal pinta.
Ia hanya membeli buku itu untuk mengisi waktu luangnya sampai ia benar-benar siap untuk melarikan diri dari sangkar buatan mamanya sendiri.
Setelah sampai di rumah Akmal menata buku buku itu di rak buku di samping meja belajarnya. Ia tersenyum lebar kemudian meraih salah satu buku untuk ia baca. Ia membuka pintu balkon dan duduk di kursi santai dengan menselonjorkan kaki kecilnya.
Ia terus membaca buku hingga Adzan dhuhur berkumandang. Setelah melaksanakan kewajibannya ia pun turun karena merasakan lapar.
" Baru aja mau di panggil udah turun aja "
Akmal tersenyum kemudian duduk.
" Ma, Akmal kapan bisa sekolah lagi? "
Tanya Akmal berpura pura percaya bahwa ia di rawat oleh mamanya itu." Besok ya sayang "
Akmal mengangguk senang kemudian menyantap makanannya lahap. Diana tersenyum miring melihat binar bahagia di wajah Akmal.Akmal termenung di atas sajadahnya. Ia baru saja menunaikan solat isya'. Malam ini ia tak mau makan dengan beralasan mengantuk. Kegiatan itu di sadari oleh Bi Astrid. Bi Astrid membuka pintu perlahan.
Posisi Akmal yang membelakangi pintu membuatnya tak sadar dengan kehadirannya Bi Astrid.
" Ya Allah, Akmal tahu Akmal cuma beban bagi mama. Akmal juga udah coba buat mandiri agar gak ngerepotin mama. Tapi kenapa mama selalu ingin membuang Akmal? "Mendengar itu membuat hati Bi Astrid mencelos. Air matanya menggenang di pelupuk mata.
" Mungkin kalau Akmal tak dengar di hari itu Akmal akan merasa paling beruntung. Dan ketika hari itu tiba Akmal tak akan bisa mengelaknya "Lanjut Akmal membuat air mata yang menggenang di pelupuk mata Bi Astrid meleleh seketika itu juga. Apalagi melihat tubuh anak kecil itu bergetar dengan isakan tangis yang terdengar tertahan.
" Akmal gak mau pisah Fizan jauh. Tapi Akmal gak berani kabur. "
Lanjut anak itu kemudian. Air mata Bi Astrid makin deras mendengar keluh kesah anak itu. Sampai akhirnya anak itu melipat sajadahnya.Seketika tubuhnya kaku melihat kehadiran Bi Astrid. Jantung Akmal berdegup kencang. Air matanya yang belum ia usap sempurna itu tertutup air mata baru yang berderai deras.
Tubuh Akmal bergetar kemudian membungkuk di bawah kaki Bi Astrid.
" Akmal mohon bi hiks.... Akmal mohon jangan bilang mama. Jangan bilang mama hiks...... Jangan bi Akmal mohon jangan.... "Kata Akmal bergetar hebat karena isakan tangisnya yang tak bisa ia tahan. Bi Astrid menarik bahu Akmal akan untuk berdiri. Ia menatap Lamat wajah Akmal.
Netra anak laki laki itu terlihat menyimpan banyak lara.
" Bangun nak. Tenang bibi gak akan bilang ibuk dan bapak "
Akmal memeluk tubuh Bi Astrid." Makasih Bi makasih "
Kata Akmal senang kemudian mengurai pelukannya.
" Makan dulu den "
Akmal menurut ketika Bi Astrid menyuapinya dengan sabar.Setelah Akmal selesai makan Bi Astrid menyerahkan telepon genggam pada Akmal.
" Jika sudah keluar besok usahakan cari waktu yang tepat untuk menelpon seseorang. Atau telepon nomor darurat ya. Jangan sampai di tempat tujuan kamu belum nelepon siapapun "Akmal kembali memeluk Bi Astrid. Setelah sesi pelukannya selesai. Bi Astrid membantu Akmal untuk tertidur. Bi Astrid keluar dari kamar Akmal tanpa di curigai. Karena memang kedua majikannya itu tak begitu peduli.
Jangan lupa vote and comment ya. Makasih udah mau baca. Mampir ke cerita ku yang lain juga ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dengarkan aku
Teen Fictionkisah ini terinspirasi dari seseorang. seorang laki laki yang memiliki peran kuat. ia mampu menjadi seorang kakak yang perhatian, seorang ayah yang tegas, seorang ibu yang lembut bahkan ia bisa jadi seorang sahabat sejati untuk adek kecilnya. " kena...