14. berhasil

4 2 0
                                    

Suasana di rumah yang Akmal tempati terasa begitu mencengkam. Tak ada seorangpun yang berniat berbicara. Hanya ada dentingan sendok yang beradu dengan piring. Akmal terdiam ia menatap nanar sepiring nasi di depannya.



Karena tak kunjung memakan makanannya. Membuat perhatian Diana teralihkan.
" Kenapa gak makan!! "
Sangking terkejutnya sendok yang ia pegang jatuh ke lantai.
" Ma....ma..makan kok "


Kata anak itu terbata kemudian mengambil sendok yang terjatuh itu dengan tangan yang bergetar. Entah mengapa ia menjadi sangat takut dengan Diana. Setelah mengambil sendok itu Akmal melapnya dengan tisu kemudian memakan makanannya perlahan.


Ia terus menunduk tak berani mendongak.
" Setelah makan ganti baju. Kita akan pergi hari ini "
Lanjut Diana yang hanya di angguk i oleh Akmal. Akmal terdiam jantungnya berdetak kencang. Badannya terasa panas dingin. Matanya mulai memanas.



Sekuat tenaga ia menahan lelehan air mata itu. Ia tak mau memancing apapun yang bisa membuat Diana marah. Karena ia sangat takut dengan Diana. Setelah makan anak itu ganti baju yang sudah di siapkan oleh pembantu baru pengganti bi Astrid.



Akmal menuruni anak tangga dengan kaki sedikit bergetar. Ia berpegangan pada railing tangga dengan erat. Ia takut terjatuh karena kakinya yang entah mengapa seperti lemas untuk sekedar menahan beban tubuhnya.



" Cepat!! "
Kata Diana membuat Akmal mencepatkan langkahnya sebisanya. Ia menjadi anak yang sangat penurut sekarang. Tindakan Diana yang menyuapinya dengan kasar itu membekas di hati Akmal.



Membuat anak itu sangat takut dengan Diana. Bukannya merasa iba. Diana malah menggunakan ketakutan Akmal agar anak itu patuh padanya. Diana menarik tangan Akmal keras. Membawanya berjalan dengan cepat.



Akmal sesekali meringis menahan cengkraman tangan Diana yang membuat kuku panjangnya itu kembali menusuk kulit Akmal. Akmal tak berani mengaduh. Ia hanya bisa mengelus pergelangan tangannya setelah ia duduk di mobil.



Tak seperti hari hari sebelumnya. Kini Akmal di apit oleh pria berotot di kanan dan kirinya. Diana benar benar menjaga anak itu agar tak kembali kabur. Akmal terus menunduk. Ia takut, tak ada yang bisa di harapkan kecuali pertolongan Tuhan-Nya.



" Ya Allah Akmal takut. Akmal gak mau disini. Tolong Akmal ya Allah.. "
Akmal terus merapal do'a di dalam hatinya. Ia berharap doa'nya itu terkabul. Tiba tiba mobil berhenti.



" Kalian jaga dia. Saya ada urusan bentar "
" Baik bos "
Sahut kedua bodyguard itu mengerti. Tak lama Diana dan juga John keluar dari sana.
" Tunggu disini ya lu bro. Gue mau nyari rokok "




" Siap!! "
Kata Romi sambil mengacungkan jempolnya. Setelah memastikan keadaan aman Romi mengamati Akmal kemudian menarik dagu anak kecil itu agar mengangkat wajahnya.




" Tak ada siapapun disini. Berlarilah ke arah selatan. Tak jauh dari sini ada kantor polisi. Kamu aman disana"
Mata Akmal mengerjap. Pria itu mengelus pucuk kepala Akmal sembari tersenyum.




" Berlarilah nak. Sebelum mereka kembali "
Akmal tak menyia-nyiakan kesempatan itu. Ia langsung membuka pintu mobil dan berlari menjauh dari mobil.


Ia terus berlari. Ia ingin meminta tolong namun tak ada satupun mobil yang menggubrisnya. Akmal terus berlari. Ia tak berani menengok ke belakang.  Ia terus berlari. Akmal berhenti sejenak untuk sekedar mengatur nafasnya yang tersengal-sengal.




" WOI!!! "
Akmal tersentak kaget ia menengok ke belakang. Matanya melotot dan langsung berlari menjauh kedua bodyguard itu. Seseorang yang berlari di depan itu orang yang menyuruhnya kabur tadi.

Akmal berlari di belokan tapi tangannya di tarik oleh Romi.
" Sembunyi di balik sini. Kalau kami udah pergi baru keluar! "
Akmal mengangguk menurut. Karena untuk berlari Akmal merasa tak kuat lagi.



Tak lama teman dari seseorang itu berdiri tak jauh dari Romi.
" Dimana dia bro? "
" Gak tau gue kehilangan jejak makanya gue berhenti "
" Ayo kita mencar ya "
" Okey Lo lurus gue belok "
Setelah temannya menjauh Romi ingin membantu Akmal kabur namun tiba tiba temannya itu kembali.



Untunglah Akmal belum keluar dari persembunyiannya.
" Kenapa bro? "
" Jalanan sana lurus secepat cepatnya anak itu lari pasti anak itu masih kelihatan "
" Iya juga sih gue juga mikir gitu. Gimana kalau kita balik dulu?. Kasih tahu bos "

Ketika kedua pria itu berbalik. Akmal yang mengendap untuk kabur itu tak sengaja menginjak kayu. Hingga keduanya berbalik dan memergokinya. Akmal langsung berlari sekuat tenaga menjauh.

Akmal berlari dengan kencang sembari menangis.
" Ya Allah tolong Akmal "
Kata Akmal sembari terus berlari tanpa menengok ke belakang. Nafasnya mulai tersenggal tapi ia tak bisa berhenti untuk sekedar mengatur nafasnya.



Langkah kecilnya hampir tersusul dengan langkah lebar bodyguard itu.
Dengan nekat Akmal menghadang mobil yang melaju cukup kencang yang berjarak tak jauh darinya.



Mobil itu terhenti tepat sejengkal dari tubuh Akmal. Akmal ingin berjalan ke samping kiri mobil. Ia ingin menggedor kaca mobil itu bermaksud meminta pertolongan. Namun penumpang yang berada di mobil itu keluar.



" Akmal! "
" O... Ommm "
Kata Akmal memeluk tubuh Stevano. Anak itu menangis dalam pelukan Stevano. Tak lama dua bodyguard itu datang kemudian menarik bahu Akmal keras.

" Eh apa apa an ini??!!! "
Bentak Stevano kemudian menjauhkan Akmal dari kedua bodyguard itu. Bila keluar dari mobil kemudian menarik tubuh Akmal. Memeluknya erat dan mengecupi pucuk kepala Akmal.



Tubuh Akmal bergetar karena tangisannya. Bila menggenggam tangan Akmal yang terasa dingin. Ia mengecup kening Akmal. Bila menempelkan telapak tangannya ke kening Akmal. Terasa panas. Bila memeluk anak itu erat. Memberikan Akmal rasa aman.



Sedangkan Stevano menghadapi kedua bodyguard itu. Dengan kalap Stevano memukuli keduanya sampai keduanya tak kuat untuk berdiri.



" Mas!!! "
Teriakan itu membuat Stevano menghentikan pukulannya.
" Akmal pingsan! "
" Astaghfirullah. Ini kenapa? "
" Tadi aku tanya apa yang terjadi. Akmal bilang kalau dia takut sama Diana. Dia gak mau ketemu Diana dulu. Setelah itu dia pingsan "



Kata Bila menjelaskan dengan air mata yang bercucuran. Tangan Stevano mengepal erat. Tak lama ada mobil berhenti di depan mobilnya. Diana turun darisana. Sontak saja Bila  memeluk Akmal erat.

" Kembalikan anak saya "
Stevano berbalik sembari terkekeh. Ia menatap nyalang ke arah Diana.
" Anak?. Masih gak tahu malunya kamu manggil dia anak!!! Hem?! Apa yang kau lakukan hingga seorang anak baik baik sepertinya ketakutan hingga pingsan?!!!Hah!!! "



Stevano semakin tambah marah ketika melihat seorang pria yang keluar dari mobil itu.
" Perempuan gila. Tega teganya ngorbanin anak buat aki aki kaya gini!!!!



Bentak Stevano langsung melenggang pergi. Merasa terhina John ingin membalas namun di tahan oleh Diana. Keduanya mengalah.
" Nanti juga Akmal bakal kembali ke aku!! "
Kata Diana percaya diri kemudian mereka belalu pergi tanpa mau memperdulikan kedua bodyguard nya yang babak belur.


Jangan lupa vote and comment ya. Makasih udah mau baca. Mampir ke cerita ku yang lain juga ya.



Dengarkan akuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang