ANGIN berembus sangat kencang, terasa menyejukkan tetapi cukup terbilang menyeramkan juga. Apalagi ditambah awan mendung. Cuaca hari ini sepertinya akan turun badai, karena memang sangat gelap walaupun matahari sedang bertugas menyinari bumi.
Di rooftop sekolah, seorang murid laki-laki berseragam urakan dengan potongan rambut gondrong yang sangat melanggar peraturan sekolahnya itu masih asyik bermain game di ponselnya. Tak perduli bahkan sepertinya tidak menyadari cuaca di sekitarnya.
"Nani!" panggil Sammy, perempuan cantik yang terkenal karena sikap galaknya. Tidak heran, ia menjabat sebagai bendahara di kelasnya.
Dan, laki-laki urakan yang asyik bermain game di ponselnya itu bernama NANI DIRGANTARA, sudah biasa dengan panggilan Nani. Nama panggilannya itu memang terkesan perempuan, tapi Nani tidak perduli hal itu. Yang penting dia dikasih nama, masih di akui keluarga, walaupun keluarga sudah tidak utuh.
"Nan, sampe kapan lu disitu?"
"Sampe hutang uang kas gue lunas." jawabnya santai.
"GILA LO?!"
Nani mematikan ponselnya, menaruhnya di dalam kantung celana abu-abu yang dia pakai. Menoleh dengan cengiran khasnya. "Masih waras kok bunda, hehe."
"Mati aja lo sono, biar utangnya lunas tanpa bayar."
"Ide bagus!"
Nani tertawa kecil, tanpa takut sedikit pun. Dia melompat, untung saja tidak langsung jatuh ke permukaan tanah. Masih ada atap di bawahnya, hal itu tentu membuat jantung Juni seketika ingin membelah diri.
"ANJING LO ANAK NGENTOT!"
"Kaget ya?"
"BODO AMAT, NAN!"
Sammy memilih pergi dari rooftop sekolahnya itu, lebih tepatnya malas berurusan dengan anak nakal seperti Nani.
"Sam, Sammy?"
Nani memanggil nama temannya itu. Dia tidak bisa melihat dengan jelas permukaan di atasnya.
"Sialan! Sammy, lu pergi?"
Sial! Sial! Sial! Niatnya ingin mengerjai, justru terjebak sendirian sekarang. Nani terjebak di atap itu, karena dia terlalu pendek untuk kembali memanjat!
"WOY ADA ORANG GAK?!"
"Ada."
Tentunya Nani merasa sangat lega mendengar sahutan itu. "Lo tinggi gak?"
"Menurut lo?"
Seseorang yang sedari tadi meladeni pertanyaan Nani, langsung saja ikut turun dan berdiri di hadapan Nani.
Nani cukup tercengang melihatnya. "Anjay, lo keturunan titan ya?"
"Lo sendiri keturunan kurcaci ya?"
Nani melotot kesal, tangannya sudah siap ingin menonjok wajah songong pria dihadapannya itu.
"Cuman modal tinggi doang lo songong bet anjing."
"Daripada lo, kecil-kecil bandel."
"Apa dah? Gak jelas lo kayak dora!"
Nani ogah memikirkan hal tidak jelas dari sikap pria tinggi itu. Tapi dapat Nani tebak, bahwa pria di hadapannya ini seseorang yang taat peraturan. Terbukti dari penampilannya yang rapih dan berwibawa.
"Jadi?"
"Hah? Jadi apaan?"
Pria tinggi itu terkekeh kecil. Nani memang menggemaskan sejak dulu, pikirnya. "Jadi lo ngapain ada disini kalau ujungnya gak bisa naik lagi? Dasar pendek."
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu Atap [ end ]
Teen FictionKebahagian Nani untuk tinggal bebas dari tuntutan orang tuanya sejak lama, sirna hanya dalam kedipan mata. Semua itu karena Nani terpaksa satu atap dengan musuhnya di sekolah. Ketua osis yang sangat menyebalkan telah menjadi roommate-nya. Dewa Prak...