10

4.4K 402 29
                                    

"Dew, panas nghh gak kuat... mnnh."

Nani melorotkan celana jeans yang tengah di pakainya, parahnya tepat di hadapan Dewa. Sepertinya malam ini adalah malam keberuntungan Dewa.

"Tahan Nan, gue juga gak kuat liat lo kayak gini njir."

Nani menggeliat tidak nyaman, kaki jenjang miliknya terekspos. Meninggalkan kaos oversize berwarna hitam yang tengah di pakainya. Dia sudah melepaskan jaket kulit miliknya di mobil tadi.

"Dewa, sumpah hah... gak kuat sakit nghh, panashhh."

"Terus gue kudu ngapain anjrit? Perkosa lo gitu?!"

Dewa sama frustasinya disini, dia tidak akan ikut hawa nafsunya karena itu akan sama saja dengan kelakuan bejat Om-Om mesum yang menjadi Daddy baru Nani.

"Mnnhh sentuh pliss Dew..."

"Nani, ayok tarik napas yang dalem terus hembuskan. Lo pasti kuat!"

Nani mengernyit kesakitan, bibirnya bawahnya menghilang di gigit gigi atasnya, terlihat sedang menahan gejolak panas di tubuhnya. Matanya sayu dan penampakan itu sangat seksi.

Gluk~

Sampai-sampai suara liur di telan yang dilakukan Dewa tanpa sengaja itu terdengar jelas dalam keheningan yang di dominasi desahan Nani.

"Nan, please deh..." Dewa frustasi karena libidonya mulai meningkat.

"Gak pa-pa, Dew, trobos ajahhh..."

"Jangan nangis tengah jalan, awas loh,"

Dewa gak banyak gaya, langsung trobos sesuai permintaan Nani, walaupun beresiko besar nantinya. Maksud beresiko itu yaa bukan karena kehamilan, mana ada cowok hamil! Resiko besarnya itu kebencian Nani terhadap Dewa, padahal mendekati Nani sangat susah.

Alah, persetan dengan semua itu! Penis Dewa sudah minta dimanjakan sedari tadi, ingin masuk sangkar yang hangat.

"Mmnnhh, pelan-pelan ahhh..."

Tanda di leher Nani semakin memperindah tubuh seksinya membuat Dewa bersemangat melukisnya.

"Dew, gue benci sama situasinya tapi eunghh... gue suka sama rasanya."

Mendengar hal itu, Dewa tertegun. Jadi sedari tadi Nani memang masih mempertahankan kewarasannya walaupun setipis tisu dibelah tujuh tapi dengan bodohnya Dewa mengikuti nafsu.

"Gue udah bilang gak pa-pa," ujar Nani marah, ya dia kesal karena tubuhnya sangat ingin disentuh.

"Yang bilang itu bukan lo, Nan. Gue gak mau beresiko nanti pagi."

Dewa kembali tegak, tak perduli rengekan Nani yang minta dijamah oleh lidah hangatnya dan tangan besarnya, apalagi minta dimasukkan pentungan satpam di tengah selangkangannya.

"Sakit Dew, tubuh gue butuh sentu-"

Sebelum kalimat jalang yang terdengar menjijikkan itu terlontar dari mulut Nani, Dewa lebih dulu membekapnya. Lalu tanpa aba-aba, dia menggendong Nani ala bridal style dan membawanya di bathup, tangannya segera mengambil sower; menyemprotkan banyak air ke tubuh Nani hingga basah kuyup.

"Dimandiin lebih baik daripada diewe," celetuk Dewa, frontal.

Nani jelas udah lemes banget, keliatan dari caranya memejamkan mata dengan napas yang terbilang berantakan. Kayaknya obat perangsang agak jahat buat tubuh Nani yang dipaksa suci sementara dulu kalau udah taken baru di unboxing.

"Jujur, gue juga sakit nahan sange, Nan," ujar Dewa memperhatikan tenda di tengah selangkangannya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Satu Atap [ end ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang