2

4.9K 532 51
                                    

Miaw... miaw...

Suara hewan berbulu itu sangat pelan, perlahan terdengar melemah. Karena penasaran asal suaranya, remaja kecil itu menghampirinya.

"Heh, kok kamu sendirian aja cing?"

Nani-- remaja kecil yang dimaksud. Dia menggendong kucing itu, nampaknya hewan berbulu yang di gendongnya tengah kesakitan.

"Cing, kamu luka tahu!"

Nani kecil terlihat kaget bercampur khawatir. Dia ingin sekali mengobati anak kucing itu, tetapi Daddy barunya itu pasti tidak akan mengizinkannya. Terbukti ketika Nani membawa burung yang terluka ke rumah.

"Nani!"

Panggilan samar itu terdengar di telinga Nani, otomatis karena merasa terpanggil, Nani refleks menoleh dan menurunkan kucingnya. "Mommy,"

Nani bingung dalam bersikap sekarang. Dia tidak rela meninggalkan anak kucing itu sendirian, cuacanya pun sudah sangat mendung dan sepertinya hujan deras akan turun dan membasahi anak kucing itu.

"Cing, gimana nih?"

Nani menoleh ke sekitarannya, ada sebuah rumah yang di halamannya terdapat gazebo berukuran kecil. "Apa disitu aja ya? Tapi, gimana cara masuk ke halaman rumahnya?"

Lagi-lagi hanya karena perihal anak kucing saja sudah membuat Nani berpikir keras.

"Nekat aja kali ya?"

Benar-benar modal nekat, Nani yang usianya baru menginjak delapan tahun itu mengendap-endap seperti maling yang membobol rumah orang.

"Woy, ngapain kamu?!"

Nani terlonjak kaget, kucing yang dia gendong sampai terjatuh.

"BUNDA ADA ANAK KECIL MALING MANGGA!"

Nani menggeleng cepat, wajahnya sudah memelas karena takut. Dia hanya ingin memberi rumah untuk anak kucing yang sedang kesakitan itu.

"Hiks, ma-maaf. Nani gak curi apapun."

Cowok tinggi yang berteriak itu menghampiri Nani, menatap Nani dengan penuh curiga. "Dih nangis! Maling bukan sih kamu?"

"Enggak, hiks..."

"Masa? Kata Ayah, maling gak ada yang ngaku!"

"Beneran enggak, coba periksa nih. Hiks, orang aku cuman pengen naro kucing."

Cowok tinggi yang nampaknya seumuran dengan Nani, terlihat mengintimidasi Nani. Dia mendekatkan wajahnya dengan wajah Nani, menarik dagunya agar Nani tidak menunduk takut.

"Iya sih, mana ada maling cantik."

Nani mengusap bekas air matanya, dia mengigit bawahnya. Nani mendongkakkan kepalanya agar bertatapan dengan cowok tinggi itu. "Jangan laporan ke polisi ya?"

"Emang cewek bisa dipenjara?"

"Siapa yang cewek?"

"Jadi kamu cowok?"

"Iyalah!"

"Berarti maling."

Nani refleks menggelengkan kepalanya cepat, membantah perkataan itu. "Aku... aku cewek."

Bego, dia pikir seorang Dewa enggak pinter kali ya. Perkataan itu hanya sebatas omongan yang tercekat di tenggerokan.

"Oh jadi kamu cewek, pantesan cantik, kecil, imut kayak Bunda."

Satu Atap [ end ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang