12

1.1K 136 9
                                    

Ludah ditelan secara paksa terdengar cukup keras di ruang kamar yang begitu sunyi, jakun terlihat naik-turun seperti orang kehausan. Dewa bimbang tapi juga sangat ingin merasakan tekstur kenyal dada milik Nani.

"Nani?" panggil Dewa, matanya memperhatikan wajah tertidur Nani tapi tangannya dengan nakal meremas dada Nani.

"Empuk," bisik Dewa berkomentar dengan rasanya.

Nani menggeliat tidak nyaman membuat Dewa berjengit kaget, sempat cosplay jadi patung. Tapi, tidak berlangsung lama karena setelah menyecap aneh, Nani pulas lagi seperti orang mati.

"Dikirain lo bakal pukul gue sampe bonyok, hehehe," sambil cengengesan tidak jelas, Dewa membuka sedikit kancing piyama tidur Nani.

Tangannya yang masih kesakitan akibat kejadian di sekolahnya itu pelan-pelan memulai aksinya. Walaupun sakit kalau untuk membuatnya enak, Dewa rela menahannya.

"Aw, aw, tangan gue jir...," tangan itu sedikit nyeri ketika di gerakan terlalu keras.

"Dew,"

Membeku, semua diluar prediksi. Dewa terdiam pada posisinya yang menindih tubuh Nani. Ketika melirik, Nani tetap memejamkan mata dengan napas yang tenang.

"Anying! Lo suka banget bikin kaget, Nan."

Dewa jadi ragu untuk kembali memulai aksi nakalnya, lebih baik dia menyimpannya saja. Ketika sudah waktunya, Dewa akan memuaskan diri menyusu di puting susu berwarna pink milik Nani.

"Kecup aja apa ya?"

Dewa bener-benar penasaran dengan rasa dan teksturnya. Tidak apa 'kan menyicipinya sedikit saja? Senyum Dewa mencurigakan, seperti paman-paman mesum kalau kata Nani.

"Mommy..."

Suara itu seperti merintih kesakitan, Dewa yang tadinya ingin berbuat mesum jadi tidak enak hati untuk melakukan hal itu. Bukannya tidak berani, tapi Dewa masih tahu diri apalagi di situasi seperti sekarang. Dewa bertanya-tanya dalam hatinya, apa yang membuat Nani ketakutan seperti itu?

"Nani?"

Nani tiba-tiba saja menarik Dewa, memeluknya begitu erat. Hal itu membuat Dewa berada tepat di dekat puting susu milik Nani.

Sial.

Dewa sangat buruk karena tidak bisa menahan hasrat. Ia mengecup pelan kuncup itu, Nani sedikit menggeliat tidak nyaman namun tetap terlelap manis.

"Sorry, Nan." bisik Dewa sebelum akhirnya dia melahap puting sebelah kanan milik Nani.

Melumat sensual, menjilatinya dengan gerakan memutar dan berakhir menghisapnya sampai bunyi kecap yang terdengar enak sekali melahap puting Nani. Dada putih dengan puting mencuat sebelah kiri milik Nani terlihat memerah karena diremas pelan oleh tangan Dewa.

Jadi, kedua puting susu Nani tidak suci lagi. Puting sebelah kiri dilecehkan oleh tangan Dewa dan puting sebelah kanan dilecehkan oleh mulut Dewa.

Brengsek.

Untung saja Nani tipe manusia yang susah terbangun, mungkin kalau ada gempa bumi saja dia bisa terbangun dengan tiba-tiba.

"Mmnnhh,"

Dewa langsung berhenti. Dia masih sayang nyawa. Perlahan menjauh dari Nani, Dewa terpaksa ke toilet untuk mengurus penisnya yang sudah bangun. Walaupun tangannya sakit, lebih baik cari aman dahulu daripada di amuk Nani.

***

Pagi-pagi buta sekali bahkan matahari belum sepenuhnya datang menyinari bumi tapi Nani sudah kalang kabut dan sangat panik.

Satu Atap [ end ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang