4. PERTEMUAN

11 6 2
                                    

happy reading!

°°°

"Hari ini katanya sekolah kita adain tanding basket bareng."

"Sama sekolah mana?"

"SMA TARUNA BANGSA."

"Buset, bisa cuci mata nih gue."

Seseorang menoyor kepala Salsa. "Cowo mulu otak lo."

Salsa yang ditoyor hanya tersenyum.

"Lo Vin? Senang ga?"

Vina hanya menatap Weni diam. "Kenapa harus senang?"

"Ya... Bagus dong, dari situ lo bisa move on, kan?"

Vina hanya tersenyum kecil dan kembali memandang ke depan.

"Ayolah Vin. Cowo ga cuma satu, lo kan bisa ketemu cowok yang lebih ganteng dari Faisal." Semangat Salsa pada Vina yang sedang dalam proses move on.

"Bukan masalah gantengnya, Sal. Mau dia jelek atau apapun, yang gue pikirin cuma satu, yaitu kenangan gue sama dia, udah terlanjur manis gimana dong?"

Weni sontak menyubit pinggang Vani pelan.

Terdengar suara rintihan. "Aw..."

"Kenangan kenangan, mata lo kenangan, hubungan lo sama dia tuh toxic ya toxic, lo goblok apa gimana si?"

Vani mengusap pinggang yang baru saja dicubit oleh Weni. "Jangan marah gitu lah, Wen. Kan gue bercanda."

"Bercanda lo ga banget, bisa-bisanya lo bilang kenangan manis sama cowo brengsek kaya gitu?!"

Vina memeluk Weni dengan wajah sumringah. "Ini sebabnya gue suka temenan sama lo, meski lo galak tapi gue tau... Lo perhatian kan sama gue?"

"Siapa bilang? Gr lo..." Sangkal Weni dengan wajah memandang ke arah lain. Disisi lain, Vani hanya bisa melihat dagu Weni karena posisi keduanya sedang berpelukan.

"Udah lepas kali, Van. Lo mau dikira belok, hah?!"

"Anjing! Ga gitu juga ogeb." Sontak Vani menjauhi Weni dengan wajah jijik dan kaget.

Weni pun tiba-tiba kesal dibuatnya. "Lo juga si, ngapain peluk gue segala?! Gimana kalau kesebar rumor kalau kita belok dan lain-lain?!"

Salsa yang melihat perdebatan keduanya hanya bisa tertawa renyah. "Buset malah marahan, bercanda kali, lagian kan kalau cewe pelukan mah masih wajar, kecuali lo cowo... Pasti dikira belok." Tiba-tiba saja Salsa membayangkan jika Faisal berpelukan dengan Dino, selalu ketua TIM BASKET dan ketua OSIS yang selalu berkelahi karena lapangan.

"Sinting, gue jadi jijik sendiri njir..." Salsa langsung bergidik ngeri membayangkan jika itu benar-benar terjadi.

°°°

Tepat saat pulang, lapangan basket SMA HARAPAN penuh dengan penonton setia. Ada yang sekedar cuci mata, ada juga yang sedang taruhan, ada juga yang enggan pulang dan memilih untuk menonton, katanya biar ga disuruh-suruh pas pulang sekolah.

Disisi lain ada tiga sekawan yang sedang berdebat hendak pulang dan tidak. Yaitu Vani dan Weni.

"Udah kali Van. Pulang aja, lagian apa untungnya si nonton ginian?"

"Seru tau, lo mah pulang mulu, belajar mulu, sekali-kali jalan gitu..."

"Besok masih ulangan, Van, lo jangan ngada-ngada deh, mending gue pulang sendiri aja naik angkot."

Vani sontak menarik lengan Weni, menahan agar gadis itu tidak pergi.

"Please Wen. Sekali aja... Ya, ya, ya??"

Lara HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang