1. Jagung Susu Keju

2.4K 178 52
                                    

Hallo, jumpa lagi di Jumat malam. Kali ini aku bawain cerita baru. Cast utama tetap Sunghoon, ya. Temanya masih tetap family, brothership, dan tentunya sicklit. Tapi ada satu yang berbeda dari cerita ini. Penasaran?

Ayook dibaca dulu, siapa tahu tertarik mengikuti😉

Malam itu, seharusnya Sacra bisa mengerjakan tugasnya dengan tenang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam itu, seharusnya Sacra bisa mengerjakan tugasnya dengan tenang. Namun lagi-lagi hal itu tak bisa terlaksana, sebab dua makhluk lainnya yang juga tinggal bersama dirinya tidak bisa untuk tidak adu mulut barang sejenak saja. Sacra menghentakkan pulpennya dengan kasar. Otaknya yang tak sepintar Jensen, jelas saja agak macet jika berurusan dengan soal fisika. Lagipula, mengapa dia harus masuk IPA disaat otaknya hanya sebatas IPS? Bahkan Sacra hanya mengisi tesnya dengan menghitung kancing. Alhasil, dia selalu merasa stres sendiri saat berada di sekolah.


"Berisik wooy!! Gue nggak bisa mikir kalo kalian berdua masih aja berantem!" tegur Sacra dengan kesabaran yang sudah diambang batas. Biasanya dia paling sabar di antara mereka bertiga. Namun kali ini tidak, Sacra sudah cukup banyak bersabar sejak dua jam yang lalu.

Mendengar gertakan Sacra, Jayden dan Jensen pun berhenti bertengkar dan menoleh secara bersamaan ke arah yang termuda. "Masih belom beres juga?" tanya Jensen heran. Padahal biasanya, dia hanya memerlukan waktu kurang lebih 10 menit untuk mengisi soal-soal semacam itu.

Sacra menggelengkan kepalanya dengan raut wajah menahan kantuk. "Susah Kak," keluhnya. "Kalian berdua juga berisik mulu, gue jadi nggak konsen." Sacra mengerucutkan bibirnya sambil menghapus angka yang baru saja dia tulis. Sepertinya dia salah menghitung. Dengan malas, Sacra kembali menghitung dengan rumus sesuai dengan contoh soal yang sudah diberikan oleh gurunya kala itu.

"Kan udah gue bilang, lo ngerjainnya di kamar aja. Kita lagi maen game, ya jelas berisiklah," ujar Jayden ketus. Perlu diketahui kalau Jayden ini memilki tingkat kesabaran yang paling rendah.

"Yang berisik teriak-teriak itu cuma lo ya, Jay. Gue mah cuma sesekali."

"Enak aja, lo juga teriak ya, Jen!"

Sacra berdecak sebal. Kali ini kesabarannya yang terkikis habis. Ia pun melempari keduanya dengan penghapus dan pensil secara bergantian sambil mengomel. "Udah gede masih aja pada berantem. Kalian tuh, sama-sama berisik, tau?!" Sayangnya, lemparan Sacra meleset. Kedua alat tulis itu entah mendarat di mana. Sacra semakin kesal karena ia malas mencari kedua benda tersebut.

Tatapan Jayden dan Jensen kembali tertuju pada Sacra. Kemudian secara bersamaan keduanya mendorong pelan bahu Sacra sambil menyuruhnya pindah ke kamar. "Pindah sana! Lo ganggu kita aja di sini," kata Jayden yang dibenarkan oleh Jensen. Padahal mereka selalu ribut, tetapi untuk urusan Sacra, mereka selalu kompak.

"Nggak mau, takut!" rengeknya. Kedua orang itu memutar bola matanya malas. "Dasar penakut," cibir Jayden yang langsung mengundang tawa Jensen. Sadar atau tidak, tetapi Jayden terdengar seperti tengah mengolok-olong dirinya sendiri.

My UniverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang