6. Teror

872 129 15
                                    

Sacra menatap jam dinding yang menunjukkan pukul 00

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sacra menatap jam dinding yang menunjukkan pukul 00.00 WIB. Ia merasa bingung, bukankah dirinya masih dirawat di rumah sakit? Ia masih ingat, beberapa saat lalu sebelum memejamkan mata, ia masih mengobrol dengan kakeknya, dan hari itu masih sore. Ia sedang menunggu kedatangan kedua kakak dan orang tuanya.

Sacra mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan. Dilihat dari properti yang terpajang di sana, Sacra bisa menyimpulkan bahwa itu merupakan sebuah kamar hotel. Sacra semakin bingung dengan keadaan itu. Tak lama, pintu kamar terbuka. Seorang pria dan wanita memasuki kamar itu. Anehnya, mereka berdua tidak melihat keberadaan Sacra yang berdiri di dekat lemari. Mereka tampak berbincang dengan raut wajah serius, tetapi Sacra tak bisa mendengar apapun.

Merasa ada yang salah, Sacra pun mengusap-usap telinganya hingga memerah. Nihil, ucapan demi ucapan yang terlontar dari kedua orang itu tak bisa Sacra dengar. Yang ia lihat kini mereka seperti sedang berteriak satu sama lain. Sampai tangan besar pria itu mendarat di pipi mulus wanita yang ada di hadapannya. Seketika mereka terdiam. Pria itu tampak menyesal setelah melihat wanitanya menangis sambil mengusap perutnya. Pria itu hendak memeluk, tetapi segera ditepisnya oleh si wanita. Adu mulut pun kembali terjadi, mereka kembali bertengkar.

"Hentikan!" Sacra refleks berteriak kepada kedua orang itu. Ajaibnya, mereka menoleh ke arah Sacra secara bersaman. Anak itu terdiam saat melihat tatapan keduanya yang tak biasa. Mereka menatap Sacra seolah sedang melihat mangsanya.

Mereka melupakan pertengkarannya, dan memilih fokus pada Sacra. Keduanya melangkah perlahan untuk menghampiri anak itu. Walau jarak diantara mereka tak lebih dari 10 meter, tetapi Sacra merasa kalau jarak mereka begitu jauh. Sacra masih terdiam dan memperhatikan mereka yang masih mencoba mendekatinya.

Semakin dekat jarak mereka, semakin panas pula suhu ruangan yang Sacra rasakan. Bukan hanya itu, bau busuk kini menyengat indera penciumannya. Sacra hampir saja muntah, tetapi ia berhasil menahannya. Sacra yang baru sadar kalau ada yang tidak beres dengan mereka, mulai memundurkan langkahnya. Kini cara berjalan mereka semakin lama semakin condong ke deoan, dan tangan mereka jadi bertambah panjang.

Sacra segera melangkah pergi dari sana. Ia berlari untuk mencapai pintu. Namun belum juga tangannya meraih gagang pintu, rambutnya sudah ditarik ke belakang hingga tubuhnya terlempar dan menghantam dinding. Sacra meringis saat mencoba untuk berdiri. Rasanya seperti semua tulangnya remuk saat itu juga. Ia terjebak, tak bisa pergi ke mana pun. Ketika si wanita itu hendak menyerangnya lagi, ia sudah pasrah dengan memejamkan matanya. Namun,

"La-ri!" Suara terbata itu mampu membuat Sacra kembali membuka matanya. Dilihatnya, sosok pria tadi tengah menahan si wanita yang ingin memangsanya barusan. Dengan tertatih, Sacra bangkit dan menyeret langkahnya agar bisa kabur dari sana. Ia tetap berjalan meski sulit, mengabaikan semua tatap para penghuni hotel itu yang kini seolah mengintimidasinya. Bukan, ini bukan hotel sesungguhnya. Sacra yakin tempat ini hanyalah tipu daya.

Setelah berhasil ke luar dari hotel, Sacra terdiam. Ia baru menyadarinya. Pria tadi, adalah pria yang sama dengan pria yang ada di mimpinya tempo hari. Pria itu lagi-lagi tak membiarkannya tersakiti terlalu banyak. Satu pertanyaan yang kini hinggap di benak Sacra, siapa sebenarnya sosok pria itu? Mengapa Sacra merasa dekat dengannya?

My UniverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang