7. Praduga

852 120 6
                                    

Senja kala itu menghantarkan langkah kecil milik Sacra menuju halaman belakang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Senja kala itu menghantarkan langkah kecil milik Sacra menuju halaman belakang. Lama-lama berbaring di tempat tidur membuat seluruh tubuhnya pegal. Rumah juga tampak sepi. Mungkin karena semua orang memiliki kegiatan masing-masing. Sama halnya dengan Viona. Melihat kondisi putra bungsunya yang sudah semakin membaik, ia tidak ragu untuk meninggalkannya bersama Bi Mur dan Pak Lim.

Maka dari itu, sembari menunggu kepulangan mereka semua, Sacra memilih untuk berjalan-jalan di sekitar rumah saja. Tanpa sadar, langkah kecilnya itu membawanya ke halaman belakang yang sangat luas. Rasanya ini tidak asing bagi Sacra, seolah ia sudah pernah melakukannya, tetapi lupa kapan kejadiannya. Yang pasti, Sacra merasa ia tengah melakukan reka ulang suatu adegan. Tunggu, apakah itu di dalam mimpi? Tapi kapan? Mimpi yang mana?

Akhir-akhir ini mimpinya memang selalu membuat pikirannya terasa rumit. Terakhir kali adalah ketika dirinya yang dikejar sampai tertabrak sebuah truk. Mengerikan. Sacra memejamkan matanya sejenak saat rasa pusing tiba-tiba mendera. Begitu membuka mata, Sacra langsung disuguhi sebuah pemandangan berupa rumah dengan halaman yang luas juga bekas kolam renang besar yang selama ini hanya bisa Sacra lihat dari balkon rumahnya. Katanya, itu adalah rumah kakeknya dulu, sebelum rumah yang kini mereka tinggali dibangun. Tuan Grigor melarang siapapun untuk mengunjunginya.

Sacra menghela napas. Ia tidak mengerti mengapa rumah itu harus dibiarkan begitu saja. Padahal bangunan bergaya Eropa itu masih terlihat kokoh meski dindingnya sudah dipenuhi oleh tanaman rambat. Benar-benar tidak terurus, sayang sekali.

Seperti ada sebuah dorongan, Sacra mulai mendekati rumah itu

karena penasaran dengan isinya. Terlebih ia tidak merasa takut, sebab di sana ia tidak melihat satu pun makhluk halus yang biasa dia lihat. Apa itu artinya di sana aman? Atau justru mereka sedang menyiapkan satu jebakan untuknya, agar mereka bisa membawanya? Entahlah.

Tidak mau ambil pusing memikirkan hal itu, Sacra tetap ingin melihat isinya walau hanya mengintip melalui jendela. Rasa penasarannya mengalahkan rasa takutnya. Bukan tanpa alasan sebetulnya. Perasaannya tiba-tiba menghangat seiring langkahnya yang terus mendekat. Ia tidak tahu saja kalau ada seseorang yang mengikutinya dari belakang.

Tangan Sacra terhulur, hendak menyingkirkan tanaman yang menghalangi jendela. Namun bersamaan dengan itu, ada tangan lain yang justru terhulur ke arah pundaknya. Tangan itu kemudian mencengkram bahu Sacra, hingga anak itu berteriak. Selain karena terkejut, ia juga merasa kesakitan di bagian sana.

"Argh!" Sacra menelan salivanya dengan kedua mata yang berkaca-kaca. Ia hanya sedang menahan rasa sakit di bahunya yang teramat sangat. Dengan perlahan, Sacra membalikkan tubuhnya ke belakang. Seketika tubuhnya melemas, hingga Pak Lim memeganginya. Sacra kira, dia akan bertemu makhluk aneh, tetapi rupanya sosok yang mengagetkannya itu adalah penjaganya sendiri.

"Kamu nggak apa-apa? Kenapa ada di sini? Lupa sama pesan Tuan Grigor? Ini tempat terlarang. Kalau saya tidak datang, saya tidak bisa menjamin kamu akan selamat dari para makhluk itu."

My UniverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang