14. Mulai Dekat

681 86 3
                                    

"Felix itu musuh Kakek kamu Sacra

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Felix itu musuh Kakek kamu Sacra. Dia orang jahat. Dari mana kamu tahu soal dia?"

Sacra membolakan kedua matanya. Ia merasa seolah tengah diintimidasi oleh tatapan Pak Lim yang kini tertuju padanya. Sacra tak bisa menjawab. Tiba-tiba saja lidahnya jadi kelu. Seperti baru saja tertangkap basah, Sacra jadi gugup dan gelagapan. Beruntung Pak Lim tak mengusut lebih lanjut persoalan tersebut. Melihat hari sudah semakin sore, Pak Lim pun lekas menyuruh anak itu untuk segera masuk ke dalam rumah.

"Jadi, apa kata Pak Lim?" tanya Jensen setelah makan malam selesai 30 menit yang lalu. Kini ketiga cucu Tuan Grigor tersebut sudah berkumpul di kamar. Mereka kembali membahas soal buku gambar Sacra yang tiba-tiba utuh dan kembali ke tempat semula. Meski takut, tetapi mereka benar-benar penasaran akan hal itu.

Sacra menghela napas berat. Ia lupa bertanya soal buku gambarnya. Yang ia ingat saat melihat Pak Lim adalah sosok bernama Felix. Sacra sendiri tidak paham apa maksudnya. Namun, akhir-akhir ini Sacra merasa seperti ada dorongan kuat untuk mengusut sosok tersebut. Dorongan itu bukan berasal dari luar, melainkan dari hatinya sendiri.

"Heh! Malah bengong lagi. Jangan bikin kita over thinking, bisa nggak sih?!" seru Jayden yang sudah emosi duluan.

"Sorry Kak, gue lupa tanyain soal itu. Gue cuma ...." Ucapan Sacra menggantung. Tiba-tiba otaknya merasa blank. Tidak mungkin ia bercerita soal Felix, dan apa yang Pak Lim dan Kakeknya bicarakan soal itu. Tapi, Sacra yakin kedua kakaknya juga akan penasaran dengan rumah lama sang kakek.

"Gue tanya soal rumah lama Kakek," jawabnya pada akhirnya.

Jensen dan Jayden nampak terkejut mendengarnya. Mereka berdua langsung saling menatap satu sama lain. Melihat dari raut wajahnya yang juga tampak penasaran, keduanya kembali menatap yang paling muda.

"Tanya soal apa?" tanya si kembar dengan kompaknya.

Sacra tampak berpikir kembali. Ia tidak sembarangan dalam mengambil kosa kata, atau semuanya akan salah paham. Sebisa mungkin ia harus bersikap sewajarnya saja. "Soal izin doang, sih. Gue pengen masuk ke sana. Penasaran aja sama isinya. Itu kan rumah jadul, pasti isinya barang antik semua."

"Terus apa kata Pak Lim?" tanya Jayden.

Sacra menghela napas berat. Kedua bahunya turun, bersamaan dengan bibirnya yang mengerucut. Lalu kepalanya menggeleng pelan. "Nggak dibolehin masuk," jawabnya dengan lesu.

Kali ini Jensen tampak berpikir keras. Keningnya berkerut dan ia menggigit bibir bawahnya. "Kenapa selalu nggak boleh, sih? Kalo alesannya cuma karena rumah itu angker, kan Pak Lim bisa anter kita. Iya kan?"

Itu dia, akhirnya Sacra mendapat pemikiran yang sama. Ia menatap kakak keduanya itu dengan penuh harap. Barangkali nantinya ia bisa bertukar pikiran dengan Jensen. Rupanya tidak hanya Jensen, tetapi Jayden pun menganggukkan kepala seolah ia setuju dengan pemikiran adik kembarnya itu.

My UniverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang