4. Kepulangan Mereka

963 132 31
                                    

Seperti yang sudah kakek janjikan sebelumnya, bahwa beliau akan pulang dengan segera

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seperti yang sudah kakek janjikan sebelumnya, bahwa beliau akan pulang dengan segera. Maka Sabtu ini adalah jawabannya. Hari itu, rupanya sang kakek tidak pulang sendirian, tetapi Jefrey dan juga Viona ikut pulang ke tanah air. Anak-anak tentu saja senang bukan kepalang. Mereka menyambut kedatangan para orang tua itu dengan antusias tinggi. Ya, walau pun mereka terkenal dengan sebutan cowok cool di sekolah, tetapi tetap saja mereka itu masih bocah jika di rumah. Mungkin karena jarang bertemu, maka sekalinya bertemu mereka akan bersikap manja, terlebih pada kedua orang taunya.

Jefrey sang ayah memang terlihat tegas, tetapi sebetulnya beliau adalah sosok ayah yang baik. Sangat menyayangi keluarganya lebih dari apapun. Begitu pula sosok Viona. Beliau adalah sosok ibu yang lemah lembut. Ketika pulang, mereka tentu akan memeluk bahkan mencium pucuk kepala anak-anaknya. Seperti saat ini, secara bergantian mereka memeluk dan mencium Jayden serta Jensen. Sacra yang juga berada di ruang keluarga, memperhatikan mereka dengan senyuman lebar, menanti giliran.

Namun, sudah hampir 10 menit berlalu, sang ibu belum juga menghampirinya. Beliau sibuk bertanya hal random pada si kembar. Berbeda dengan Viona, Jefrey tak begitu banyak bertanya. Hanya bertanya soal kabar saja, kemudian menghampiri anak bungsunya. Jefrey tersenyum seraya mengusap kepala Sacra, bertanya hal serupa. Setelah itu ia pamit untuk istirahat di kamar.

Setelah 20 menit menunggu, akhirnya penantian Sacra terbayarkan. Viona datang menghampiri anak bungsunya. Ia tersenyum hangat layaknya mentari. Namun entah mengapa, Sacra tak bisa merasakan hangatnya mentari tersebut. Viona tak mengucap apa-apa selain ungkapan rasa senang melihat Sacra baik-baik saja. Setelahnya beliau pamit ke kamar, menyusul sang suami untuk beristirahat. Jadi, apakah semua penantian Sacra masih bisa dibilang telah terbayarkan?

"Sacra?" sapa Tuan Grigor ——sang kakek—— yang berhasil mengalihkan atensi mereka berempat. Beliau baru sempat menyapa, sebab baru saja mendapat panggilan mendadak dari seseorang. Tuan Grigor menduduki kursinya, lalu menatap cucu bungsunya dengan intens. Sebelumnya ia sempat menggelengkan kepalanya kala melihat cucu kembarnya yang tengah rebutan topi.

"Iya Kek?" balas Sacra yang kini beralih pada sosok pria tua tersebut.

"Apa yang terjadi semalam?" tanyanya penuh selidik. Dengan cepat Sacra menggelengkan kepalanya. Ia tidak mau membuat semua orang khawatir. Jadi lebih baik, ia tidak menceritakan semuanya secara detail.

Akan tetapi, semua diluar kendali Sacra. Agaknya ia lupa dengan si kembar yang selalu berbicara apa adanya. Begitu mendengar pertanyaan sang kakek, tentu saja mereka langsung mengatakan kalau akhir-akhir ini rumah terasa lebih mneyeramkan, dan lagi Sacra lebih sering mendapat gangguan dari 'mereka'. Satu lagi, Sacra lupa perihal kepercayaan kakeknya ——Pak Lim—— yang akan senantiasa melaporkan semua kejadian aneh yang Sacra alami.

"Sacra, tolong dengarkan nasihat Pak Lim. Kakek nggak mau sampai terjadi hal yang tidak diinginkan, terjadi sama cucu kesayangan Kakek ini."

"Maafin Sacra, Kek." Anak itu menunduk, merasa bersalah. Karena kadang kala ia merasa kasihan dan ingin membantu, hingga ia lupa nasihat orang-orang agar tidak terpancing oleh 'mereka'.

My UniverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang