02

566 45 0
                                    

Saat bel istirahat berbunyi nyaring serta guru meninggalkan kelas satu persatu murid mulai pergi dari kelas dan kini tersisa Arunika juga Mawar.

Selesai membereskan alat tulisnya Arunika menoleh ke samping. Berniat mengajak Mawar ke kantin, pasalnya ia lupa membawa bekal terpaksa harus ke sana jika tidak ingin menahan lapar sampai pulang nanti.

"Maw, mau ke kantin nggak? Bareng aja. Aku lupa bawa bekal." celetuk Arunika posisi kini memiring menghadap Mawar.

Mawar menggaruk tengkuknya ekspresi tidak enak nampak jelas di wajahnya. "Duh maaf, Ru, bukannya nggak mau aku. Ada urusan yang harus aku selesaikan, jadi hari ini nggak bisa."

Arunika terdiam sesaat selang beberapa detik gadis itu mengangguk. "Iya nggak papa kok. Lagi pula aku ngajaknya dadakan."

"Tapi kamu nggak papa aku tinggal?" Tatapan khawatir tersirat dari manik Mawar.

Lantas Arunika tersenyum menyakinkan bahwa dirinya baik-baik saja. Selama ini Arunika telah banyak merepotkan gadis itu. "Aku baik-baik aja dan bisa jaga diri udah gede loh. Sana gih katanya ada urusan."

Mawar menghela napas berat, bila bukan urusan penting yang harus ia selesai kan sudah Mawar tinggal. "Oke, aku pergi dulu ya. Nanti aku secepatnya balik ke kelas." Sebagai respon Arunika mengacungkan jari jempolnya.

Sepeninggalan sang sahabat Arunika ikut beranjak untuk ke tujuan awal tadi, cacing perutnya sudah berdemo meminta di isi segera.

Tiba di depan pintu kantin sangat ramai dan berisik seketika Arunika merutuki dirinya yang lupa membawa bekal. "Masuk nggak ya?" ujarnya ragu-ragu antara masuk atau kembali ke kelas.

Akhirnya Arunika memutuskan untuk melanjutkan saja, masa sudah jauh-jauh berjalan membutuhkan tenaga Arunika putar balik tanpa mendapat apa-apa. "Pesan, makan cepat terus balik ke kelas. Selesai!"

Menarik napas lalu membuangnya perlahan Arunika memasuki kantin dengan kepala tertunduk. Baru beberapa langkah saja telinganya sudah menangkap banyak kalimat pedas yang di tuju padanya.

Arunika kian mempercepat langkahnya ke tempat penjual bakso mengabaikan ucapan tak bermutu itu. "Bu, baksonya semangkuk sama air mineral botol satu."

"Siap neng, tunggu sebentar!" sahut Bu Juminten semangat.

Beruntung disini tidak ada yang beli selain dirinya jadi Arunika tak perlu mengantri.

Tak membutuhkan waktu lama pesanannya sudah jadi. "ini neng. Selamat di nikmati"Arunika membayar lalu mengambil bakso dan sebotol air mineral, "Makasih Bu."

Memutar badan lalu membawa langkah kakinya ke meja kosong yang sudah dirinya incar tepat di pojok kantin dekat jendela.

Bruk!

Nasib sial agaknya selalu berpihak padanya kakinya di jegal oleh kaki seseorang, mengakibatkan Arunika jatuh tersungkur menimbulkan suara cukup keras.

Bakso yang kuahnya masih panas tumpah mengenai tangannya, tetapi Arunika masih merasa sedikit beruntung sebab mangkuk tersebut berbahan elastis. Rasa panas menjalar ke kulit dengan kepala tertunduk itu Arunika mengigit bibirnya menahan perih.

Perhatian seluruh penghuni kantin kembali ke arahnya, sebagian orang ikut meringis namun tak bertahan lama Arunika mendapatkan tertawaan seolah tengah menonton sebuah pertunjukan komedi.

Bukan hanya tangannya saja yang sakit juga lututnya.

Orang-orang di sini memang minim perasaan, terbukti orang jatuh bukan di tolong malah di tertawakan.

"Ups sorry, nggak sengaja buat lo jatuh. Gue kira nggak ada orang lewat tadi. Btw gimana, cupu? Jelas enak dong kena kuah panas." seloroh Vina-teman sekelasnya- Rupanya gadis itu penyebab Arunika terjatuh di depan semua orang.

A Little HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang