22

338 26 1
                                    

Tangannya meraba ke samping dengan mata yang masih tertutup, keningnya mengernyit kala tak merasa siapapun.


Matanya terbuka mengerjap pelan lantas melirik ke sampingnya 'kosong', sontak saja ia menengok jam dinding kamarnya.

01.00 dini hari

Gadis itu mulai panik kemana sahabatnya, lantas ia turun dari tempat tidur mencoba tenang, menghela napas pelan.

Yang pertama ia cek kamar mandi, siapa tau sang sahabat sedang buang air kecil.

Kosong

Itulah yang ia lihat saat membuka pintu kamar mandi. Ia berjalan cepat untuk mengecek meja belajar.

Helaan napas lega terdengar kala tas milik sahabatnya masih ada, berarti gadis itu masih berada di sini kan?

Ia berjalan ke arah pintu keluar berniat mengecek ke bawah, siapa tau orang yang dirinya cari sedang berada di dapur.

Baru saja tangannya ingin meraih knop pintu terhenti, kala samar-samar telinga mendengar isak tangis terdengar lirih.

Bulu kuduknya meremang, netranya menggulir ke sumber suara tepat di balkon kamarnya. Kakinya melangkah pelan untuk melihat di sana.

Saat sudah dekat isakan itu semakin terdengar. Tangannya menyibakkan gorden pintu balkon, mengintip dikit.

Lagi-lagi ia menghela napas lega

Ia menekan knop pintu pelan agar tak menghasilkan suara.

"Bita."

Sontak saja gadis itu menoleh, "Lala, kamu- bangun?" Iya, gadis itu adalah Mawar.

Mawar duduk di samping Arunika, gadis itu terlihat kacau, matanya bengkak dan memerah karena menangis.

Terdengar helaan napas pelan, "kamu kenapa?"

"Kenapa nggak bangunin aku? Aku panik pas ke bangun kamu udah nggak ada, aku cari ke kamar mandi juga nggak ada. Tapi aku liat tas kamu masih ada jadi aku berinisiatif cek ke dapur-" ia menjeda ucapannya.

"Kamu kenapa?" dari tatapannya jelas tersirat jika ia khawatir.

Arunika merasa bersalah, ia menundukkan kepala, "maaf udah bikin kamu bangun sama panik. A-aku nggak ma-maksud kok Maw." jujur saja Arunika merasa takut jika sang sahabat marah padanya.

Mawar menggeleng keras, "jangan merasa bersalah gitu, aku cuman khawatir tadi."

"Coba cerita ke aku kamu kenapa nangis sendiri di sini?"

"Apa kamu mimpi itu lagi?" tanya Mawar hati-hati.

Arunika langsung memeluknya, ia hanya butuh pelukan saat ini. Dadanya naik turun, rasanya sangat menyesakkan, mimpi itu lagi-lagi berputar di otaknya layaknya kaset rusak.

Sekarang ia yakin jika Arunika kembali memimpikan kenangan buruk itu, tidak bahkan sangat buruk.

Mawar yang paham akan itu membalas pelukannya, satu tangannya memilih mengusap punggung Arunika, guna menenangkan.

Mawar paham bagaimana terpukul Arunika ketika mimpi itu lagi-lagi menghantuinya.

Mengingatkannya akan kejadian paling menyakitkan itu.

A Little HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang