08

358 30 0
                                    

Bola mata berwarna coklat gelap tersebut memandang tak berarti gedung yang menjulang tinggi dari atas tepatnya di rooftop sekolah. Arunika menurunkan pandangannya ke ke bawa dimana langsung berhadapan lapangan utama sekolah ini.

Sudah hampir dua jam Arunika berada disini menenangkan diri sejenak, sebelumnya Arunika sempat mengobati tangan dan pipinya yang terluka akibat ulah Nancy dan antek-anteknya. Pun penampilan telah lebih baik.

Arunika sekarang sedang berada di Rooftop sekolahnya seorang diri, setelah mengobati tangannya yang terluka gara-gara ulah temannya Vina itu, penampilannya juga sudah ia benarkan.

Keberuntungan kali ini tengah berpihak pada gadis itu karena usai istirahat tadi kelas jam kosong Arunika tidak perlu repot-repot memberi alasan mengapa dia tak mengikuti pembelajaran.

Sedang Mawar Arunika pinta untuk pulang lebih dulu dengan alasan dirinya butuh waktu sendiri saat ini, dan Mawar mau mengerti.

Sungguh Arunika merasa sangat beruntung di pertemukan sosok sahabat seperti Mawar.

Tidak sepenuhnya berbohong tujuannya kesini memang untuk menenangkan diri. Masih bertahan pada posisinya Arunika memejam kala semilir angin berhembus di wajah cantiknya.

"Tenang banget, aku suka," monolognya pelan.

Jujur saja kepalanya masih terasa sedikit pusing sebab jambakan tidak main-main tadi bahkan rambut Arunika rontok. Apa tak apa bila Arunika menyebut mereka jahat?

"Aku nggak tau salahku apa sampai mereka membenciku? Atau aku memang pantas di benci?" Gadis yang rambutnya di cepol asal itu menghembuskan napas pelan.

Arunika tertunduk salah satu tangannya mengepal. "Ma, pa, Aru rindu kalian yang dulu, kapan bisa sayang Aru lagi? Aru butuh kalian," Suaranya mulai terdengar bergetar.

Tanpa Arunika sadari dari tadi ada yang memperhatikannya sejak tadi.

"Can I hug him tightly and calm him down?."

***

"Segarnya," sepulang sekolah tadi Arunika segera membersihkan tubuh yang terasa lengket.

Kemudian gadis itu duduk di kursi meja belajar tapi tak melakukan apapun.

Dia menatap tak minat ponsel yang berada diatas meja, memilih beranjak dari sana untuk duduk di balkon kamarnya sembari menikmati pemandangan sore hari, sebelum itu Arunika mengambil snack dan minuman yang ia beli tadi didalam tas ransel miliknya.

Malam nanti adalah malam minggu malam yang di nantikan oleh anak remaja tapi tidak untuk Arunika, baginya malam apapun tetap sama. Membuka snack itu dan memulai memakannya.

"Aku jadi penasaran mereka lagi obrolin apa ya, tadi juga waktu Nancy sama temennya bully aku Vina nggak ada, biasanya di ada terus kalo soal bully aku,"

"Kok aku jadi kepo ya,"

"Tapi malas juga kalo harus ketemu mereka," Vina dan Nancy memang kini ada di kediamannya pasti Embun yang mangajak, waktu Arunika baru tiba tadi ia bertemu di ruang tengah ketiga gadis tersebut sedang asik mengobrol.

Sebenarnya Arunika malas bertemu mereka tapi jika harus ke kamar harus melewati ruang tengah, pun Embun tadi menyapanya dan bertanya mengapa telat pulang.

Arunika jawab seadanya, hanya itu saja setelahnya Arunika benar-benar ke kamarnya.

Pagi telah menyapa Arunika bangun sedikit lebih pagi meski hari ini hari minggu. Ia berjalan ke bawah untuk minum tenggorokannya kering sekali, tapi saat Arunika turun matanya menangkap sosok Mama, Papa, serta Embun pergi, tidak hanya bertiga tetapi berlima.

Ya berlima karena ada Vina dan Nancy, Arunika baru tahu ternyata kedua temannya kakaknya itu bermalam disini.

Arunika memandang miris kepergian mereka, bukan hal baru lagi untuknya memang setiap minggu keluarga Arunika memiliki jadwal family time dengan cara jalan-jalan.

Dan seperti biasanya tanpa ada Arunika.

Mengabaikan dadanya yang berdenyut nyeri sebab pemandangan barusan Arunika fokus pada tujuan awalnya.

"It's okay, Arunika..."

•••

A Little HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang