05

426 35 0
                                    

"Aku sungguh tidak sengaja. A-aku minta maaf, biarkan aku pergi, tolong."

Damara melepaskan cekalan tangannya ia baru tersadar akan tindakannya itu, Damara tak memgerti ia refleks melakukannya.

Netra hitam pekat tersebut memandang tak terbaca punggung Arunika yang berlari menjauh darinya.

Sedangkan Arunika telah berada di kelasnya duduk dibangku paling pojok. Keadaan kelas sepi hanya ada dirinya.

Arunika memegang dadanya yang berdebar kencang karena rasa takut di tambah habis berlari dari lantai dua tadi. "Aru, Aru! Lain jalan hati-hati. Ini masih pagi gimana kalo cowok tadi marah gara-gara kamu tabrak, jangan cari masalah." rutuknya menepuk jidat sendiri.

Gadis menghembuskan napas panjang detak jantungnya kembali normal memperbaiki posisi duduknya. Baru akan menidurkan kepala di atas lipatan tangan suara seseorang mengurungkan niatnya.

"Pagi Aru!" Siapa lagi jika bukan Mawar. Gadis ceria tersebut menyapanya dengan senyum manis lalu menjatuhkan bokong di kursi sebelahnya.

"Pagi Mawar!"

"Udah dari tadi nih datangnya?" ia bertanya membuka percakapan agar tak hening. Mendapat anggukan pelan dari Arunika.

Mata Mawar memicing kala tak sengaja tertuju ke sudut bibir sang sahabat serta pipi kanannya memar walau samar. Mawar tahu Arunika menutupi dengan bedak.

Tapi bukan itu masalahnya. Memang kemarin ia melihatnya juga namun kali ini nampak seperti luka baru.

Gadis dengan ciri khas rambut bergelombang itu memegang kedua pundak Arunika, ia abaikan Arunika yang kaget karena tindakan tiba-tiba nya. "Aru, apa yang terjadi semalam?"

Arunika mengerjap-ngerjap bingung dengan lontaran Mawar terlebih sorot khawatir itu. "Apa?" ulangnya.

Mawar menghela napas kasar, tatapannya berubah sendu. "Kamu nggak mau cerita sama aku lagi?"

Sekarang Arunika mengerti yang di maksud Mawar. Mengulas senyum menenangkan. "Aku nggak papa kok. Kamu nanya soal luka ini 'kan?" Arunika menunjuk lukanya.

"Semalam nggak ada apa-apa. Aku kesandung gara-gara nggak liat jalan makanya dapat luka ini." akunya tentu sebuah kebohongan.

"Sayang banget kamu nggak jago bohong, Aru. Kita bersahabat bukan baru-baru ini tapi dari kecil. Aku kenal kamu bagaimana. Apa kamu gini karena udah nggak anggap aku sahabat kamu lagi?"

Dengan cepat Arunika menggeleng, sungguh Arunika tidak berniat membohongi Mawar ia hanya tidak ingin membuat Mawar mengkhawatirkan nya masalah ini masih bisa Arunika atasi sendiri.

Arunika menunduk ia merasa takut bila Mawar salah paham. "Maaf Maw, aku nggak maksud bohong," Ada jeda di kalimatnya, Arunika mengangkat kepalanya memberi senyuman tipis, "Aku baik-baik aja. Dan semalam aku pulang telat, di marahin sama papa."

Raut wajah Mawar berubah geram. "Mereka udah keterlaluan, bertahun-tahun kamu di perlakukan gini, nggak di hargai dan dianggap, hanya karena alasan spele. Kalo memang tujuan baik kan bisa di omong baik-baik, di nasehati. Kamu tau semuanya Aru, dan kamu masih bertahan di keluarga nggak ngotak itu," Mawar sengaja berbicara demikian, ini semua sebab ia terlanjur kesal.

Sebenarnya Mawar sering kali menyarankan Arunika untuk keluar dari rumah itu mengajaknya tinggal dengannya, Mawar tentu senang bila ada Arunika ia tak kesepian dan menjadi lebih menyenangkan melakukan sesuatu yang seru.

Tapi Arunika tetap pada pendiriannya bertahan di keluarga itu. Mawar salut Arunika begitu kuat menghadapi ujian dalam hidupnya tanpa ada kata menyerah.

Mungkin bila dirinya berada di posisi itu Mawar tak yakin ia masih bisa melihat dunia.

Oleh sebab itu Mawar tak pernah menyarankan hal yang sama.

Arunika menggeleng pelan. "Mau sejahat apapun mereka tetap keluargaku. Untuk semua yang aku dapatkan kamu jangan khawatir aku selalu baik-baik aja, kamu tau kan aku kuat." ujarnya mantap kemudian tertawa kecil.

Mawar terdiam sejenak mengulas senyuman di bibir ranumnya. "Aku akan dukung apapun yang kamu lakukan selama itu kebaikan. Tapi kalo terjadi sekali lagi kamu mesti kabari aku saat itu juga. Aku nggak mau tau pokoknya harus!" balasnya tegas.

Arunika mengangguk cepat.

"Janji dulu," Mawar menyodorkan jari kelingkingnya segera Arunika tautkan kelingkingnya, "Pasti, aku janji!" Lantas keduanya berpelukan.

"Tetap bertahan ya, Aru. Jangan pernah menyerah, aku selalu ada kalo kamu butuh."

•••

Sagara Mahendra Sadewa
18 Tahun

Sagara Mahendra Sadewa18 Tahun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Nathan Putra Athalla
18 Tahun

Nathan Putra Athalla18 Tahun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
A Little HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang