02

1K 141 7
                                    

Dua hari lagi bulan purnama akan segera datang. Jisung juga sudah berada di wilayah pesisir pantai bagian barat pack Oceanid. Seminggu yang lalu ia ikut pulang bersama ayah dan ibunya secara mendadak. Katanya untuk persiapan mengikuti ritual persembahan untuk Moon goddess.

Dan selama itu juga komunikasi antara dirinya dengan Rhino terjalin. Meski belum pernah bertemu sekalipun, rasanya ia begitu dekat dengannya, nyaman, dan juga perasaan tenang yang selalu ia rasa.

Jisung juga sudah bertanya kepada ayah dan ibunya perihal perkataan Felix waktu itu tentang Lunar yang menghilang di bulan purnama biru. Sedikit tidak percaya kalau dirinyalah yang dimaksudkan sebagai Lunar yang menghilang. Dan dua hari lagi ia akan bertemu sang Mama, tepat di hari ulang tahunnya yang ke enam belas tahun.

"Sayang, kenapa melamun ? Tidak ikut berkumpul dengan kakak-kakakmu yang lain ?" Mariana masuk kedalam kamar Jisung, kemudian dirinya ikut duduk disamping anaknya itu.

"Tidak apa-apa Bu. Peter hanya masih tidak percaya, Lunar yang selama ini dicari orang-orang itu adalah Peter sendiri. Apa dewi Aleina tidak salah memberi kepercayaan sebesar ini padaku ?" Jisung tampak begitu lesu dimata sang ibu, Mariana jadi ikut sedih. Ia raih tubuh kecil Jisung dalam dekapannya kemudian mengelus pelan surai Jisung yang semakin hari semakin berubah menjadi silver.

"Zaman menang sudah modern, akan tetapi tatanan dunia kita tetap sama sayang, kita tidak bisa menentang garis takdir yang sudah di berikan oleh Moon goddess." Jisung memeluk manja sang ibu yang dibalas dengan kecupan hangat di keningnya.

"Lusa, bicaralah pada beliau jika ia memanggilmu untuk menemuinya. Tidak apa-apa, keberadaanmu tidak ada yang tahu jika pack kita tidak ada yang berhianat dan menbocorkan informasi rahasia ini.

Jisung kuat kan ? Jisung harus bertahan meski nanti, mungkin ada yang berniat jahat pada Jisung. Ingat selalu kalau ayah, ibu dan kakak-kakakmu begitu sayang padamu."

"Ekhem, kenapa jadi sedih-sedihan ? Adik lucunya kakak kenapa, hmn ?" Brian, kakak tertuanya masuk kekamar dan menghampiri keduanya yang tengah berpelukan.

Pelukan Jisung pun beralih kepada sang kakak, sepertinya ia juga rindu bermanja-manja dengan ketua pack baru Oceanid ini.

"Aduh gemasnya. Manja banget ya Jisung hari ini. Udah mau enam belas tahun loh padahal." Sang kakak menggodanya dengan mencubit kedua pipi Jisung yang sedang memeluknya itu.

"Ihh, sakit. Kenapa sih suka sekali cubit-cubit pipi aku ?" Jisung merengut tak suka sambil mengelus kedua pipinya yang habis dicubit oleh kakaknya.

"Kamu terlalu gemas dek. Udah sedih-sedihnya, harus happy, kan mau ulang tahun sebentar lagi ?" Brian memeluk Jisung erat untuk sesaat, setelahnya melepas pelukan keduanya.

"Mending Jisung sekarang tidur aja, udah larut malam juga kan. Besok kakak temanin main ke pantai depan deh, mau ?" Jisung mengangguk dengan semangat atas tawaran sang kakak.

"Ya udah, ibu sama kakak keluar ya ? Tidur yang nyenyak sayang." Mariana mengecup kening Jisung sebelum keluar bersama anak tertuanya.

Jisung yang baru saja ditinggal ibu dan kakaknya langsung berbaring nyaman di kasurnya. Ia mencoba memejamkan matanya untuk tidur.

Beberapa menit sudah terlewati, tetapi Jisung sama sekali tidak bisa tidur. Ia menggeram karena susah sekali untuk membuat dirinya sendiri tertidur.

"Kak Rhino ? Kakak disana ?" Jisung mencoba memanggil.

"Yes, I'm here. Kenapa Hannie ?" Suara berat nan lembut itu kemudian menyapa dalam kepala Jisung. Ia bisa mendengar suara Rhino dengan jelas.

"Ngga bisa tidur kak. Ada tips biar bisa cepat tidur ngga ?" Jisung memutar tubuhnya menyamping, memandang dinding putih yang ada dihadapannya.

[01] Child of The Moon Goddess | MINSUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang