Potongan Karya
Karya: Apii🌱🌱🌱
"Zila! Zila sayang bangun nak! kamu gak sekolah?" teriak bunda Zila dari luar kamar.
"Iya Bun, aku bentar lagi bangun kok!"
"Nanti kamu telat ke sekolahnya," ujar Bunda Zila yang sudah berdiri di depan pintu kamarnya.
"Memang sekarang jam berapa?" tanyanya dengan setengah sadar.
"Udah mau jam 8."
"Ha!"
Zila kaget dan langsung bergegas bangun. Dia langsung bergegas ke kamar mandi, sedangkan bundanya hanya menggelengkan kepala melihat tingkah putrinya yang tak kunjung berubah.
"Selamat pagi semua," sapanya pada keluarganya yang sudah berkumpul di meja makan.
"Dasar kebo," sindir cowok tampan yang mirip dengannya -- Zulfi abangnya.
Azila duduk di sebelah abangnya dan menghiraukan sindiran abangnya tersebut. Ia tidak ingin nafsu makannya hilang hanya karna berdebat dengan Zulfi.
"Bang Zul."
"Apa?"
"Anterin gue ke sekolah, ya?" Zila menatap abangnya dengan penuh harap.
"Iya deh, nanti abang anterin ya. Mumpung abang lagi libur," ujar Zulfi sembari mengelus kepala Zila dengan penuh kasih sayang.
"Makasih abangku sayang." Zila membuat suara imut membuat papa dan bundanya terkekeh.
"Sama-sama adik abang yang manis."
Zulfi dan Zila biasanya selalu bertengkar. Tetapi bukan berarti mereka tidak akan saling membantu jika ada yang meminta tolong. Zulfi tahu betul adiknya sudah terlambat, itu sebabnya dengan senang hati ia mengantar Zila ke sekolah.
Setelah makan selesai Zulfi memanaskan motor kesayangannya. Sedangkan Zila menyusun semua keperluan sekolahnya.
"Zila berangkat sekolah dulu ya Ma, Pa."
"Iya sayang semangat ya sekolahnya."
"Iya bunda pastinya."
Papa dan bunda mencium kening Zila bergantian, mereka berdua sangat sayang sekali sama zila karena zila adalah harapan keduanya setelah abangnya.
"Zul."
"Iya, Pa?"
"Jangan ngebut-ngebut bawa motornya, patuhi lalu lintas!"
"Iya, Pa. Aman kok, Zul pasti menaati apa yang sudah sepatutnya."
"Bagus." Ayah memberikan dua jempol ke anaknya.
"Zil, ayo berangkat!"
Zila langsung naik ke motor Zulfi, setelah bersalaman kepada kedua orang tua mereka. Zulfi langsung membelah jalanan kota yang sedikit macet karena orang-orang yang tak cukup sabar untuk segera sampai ke tujuan mereka.
"Gimana sekolah lu, La?"
"Lancar bang."
"Terus ada yang gangguin lu gak di sekolah?"
"Gak ada yang gangguin maupun usik gue sih. Gua kan terkenal di sekolah," ujar Zila membanggakan diri.
"Dih pede banget lu. Tapi kalau ada yang gangguin, kasih tau gua. Sebut aja nama gua, kicep tu bocah teri."
"Tumben lu baik?"
"Sekali-kali gue gini."
"Iya tenang aja. Makasih ya lu udah jadi sosok pelindung dan mentor dalam kehidupan yang gw jalanin ini, beruntung banget gua punya abang kaya lu." Zila memeluk erat punggung abangnya.
"Gue gak mau adek manis gua satu-satunya diganggu bocah teri."
"Iya abang bawel."
"Gua bukan bawel, cuma di usia lu sekarang, gua harus ekstra buat jaga lu. Demi kebaikan lu juga."
Zila terkekeh sekaligus terharu dengan perkataan hangat dari Zulfi. Ya, semenjak ia menapak kelas 3 SMA, abangnya selalu memberikan banyak nasihat. Bahkan terkadang membuatnya sangat kesal. Tapi syukurlah, karena apa yang ia terima adalah untuk kebaikannya sendiri.
"Turun woy! Jangan tidur lu, dah sampe." Azila turun dari motor sembari terkekeh mendengar ucapan Zulfi.
"Gua masuk ya. Udah mulai sepi," ujar Zila sembari mencium tangan Zulfi untuk pamit.
"Semangat ya sekolahnya! Belajar yang rajin, gw bangga punya adek kaya lu, I love you dek Zila," teriak Zulfi tiba-tiba membuat beberapa siswa yang berada di situ terkekeh. Sedangkan Azilla langsung menutup wajahnya karna malu dengan tingkah konyol abangnya itu. Ia melambaikan tangannya kemudian langsung berlalu menuju kelasnya.
"Selamat pagi bu," sapa Azila saat tidak sengaja bertemu bu Mardiah.
"Pagi juga Zila."
"Selalu ceria seperti biasanya."
"Always Happy in my life," ujar Zilla sok inggris membuat ia dan gurunya itu tertawa.
"Good. Oke ayo masuk."
Zila dan bu Mardiah berjalan menuju kelasnya yang terletak di tengah-tengah gedung sekolah, dan nampaknya kelas juga sudah ramai.
Zila masuk ke kelasnya Dengan bu Mardiah berada di belakangnya. Anak-anak yang semula berserak dalam sekejab langsun rapih pada tempat masing-masing, kecuali satu orang yang masih saja asik menggoda seorang siswi.
Zilla menyentuh pundak Alvian, tetapi cowok itu tak juga menoleh. Teman-teman sekelasnya yang melihat itu berusaha menahan tawa mereka. Puja langsung berdiri dan duduk di kursinya saat sadar bahwa gurunya berada di belakang Zilla.
"Lah Puja sayang, belum dijawab juga," ujar Alvian memasang wajah manyun.
"Gua gak suka sama lu!" teriak Puja membuat teman-temannya tertawa.
Ekhemm!
Bu Mardiah berdehem, membuat Alvian menoleh dan langsung turun dari meja saat sadar siapa yang tengah menatapnya tajam.
"Hehe, ibu sayang," ujar Alvian nyengir kuda.
"Nilai kamu masih dibawah standar sok-sokan mau pacaran. Belajar dulu yang benar!" tegas bu Mardiah.
"Hehe. Iya ibu sayang, jangan marah-marah dong. Cantiknya nanti ke Azilla," ujar Alvian sembari memicingkan matanya pada Zilla.
"Dih sakit tu mata. Jijay gua sama lu." Azilla langsung berlalu ke mejanya.
"Alvian! Kamu sudah kelas 3. Jadi saya harap kamu lebih rajin lagi belajar."
"Baik ibuku sayang. Saya janji, mulai besok saya akan belajar kelompok bareng Zila."
"Ha? Gila lu ya? Gua mah ogah," ujar Zilla kesal karna Alvian membawa-bawa namanya.
"Nah liat bu. Yang pinter gak mau ngajari saya, gimana saya mau pinter?"
"Azila, jangan pelit ilmu dong. Kamu bantu Alvian ya!"
"Ha? Orang lain sih, oke aja. Nah ini buaya cap teri begini," ketus Zilla sembari menatap tajam pada Alvian, sedangkan yang ditatap hanya memasang wajah (sok) bodoh.
"Sudah-sudah. Sekarang waktunya belajar, jangan berdebat. Alvian kembali ke meja kamu."
Bu Mardiah membuka pelajaran dengan mata pelajaran fisika. Dengan penuh perhatian mereka mendengarkan setiap penjelasan guru muda itu. Tetapi itu hanya untuk siswa-siwa terdepan, sedangkan siswa yang berada paling belakang meganggap guru mereka itu sedang mendongeng, hingga membuat mereka tertidur, begitu juga Alvian.
'Suaramu terlalu indah seperti nyanyian di lapangan rumput dengan angin sepoi yang membuatku ngantuk.' -Alvian-
Tinggalkan vote dan coment ya guys kalo kalian suka sama ceritanya 😊terimakasih guys✨
Jakarta, 03 Oktober 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
Renjana dalam Aksara
Ficção Adolescente"Hanya secangkir frasa dalam asa yang kian meredup." -JEJAK AKSARA SENJA- *** Hallo, hai. MinJAS bawa karya anak-anaknya, nih. Buat kamu yang suka dengan puisi, cerpen, quotes kamu bisa nih baca ini. Bisa juga dijadiin referensi, loh, buat yang la...