151. Prolog

5 0 0
                                    

PROLOG
Karya: Rahma

🌱🌱🌱

"Kamu harus semangat Rahma, ini hari pertama kamu pindah kesini loh!"

"Bundaa.. udah berapa kali sih, bunda bilang kayak gini ke aku? Aku bosen tau, udh dari kemarin. Bilangnya semangat muluu.." "nanti kalau aku nggak punya temen gimana? Hayolahh bund.. jangan pindahin aku kesini.." "ya ya.. ya.. boleh ya?" 

Semenjak kedua orang tuanya sibuk dengan bisnis mereka, Rahma terpaksa harus ikut bundanya pindah dari kota Bandung, kota kelahiran sekaligus kota dimana ia menemukan Sheilla dan Laura teman akrabnya.

Rahma menyatukan kedua tangannya, sembari mengedip-edip manis matanya, berharap  Bundara mau mengubah keputusannya.

"Nggak bisa sayang, kamu harus sekolah disini.  Bundara yakin kamu pasti bakalan betah disini."

"Tapi gimana dengan teman-temanku di Bandung? Aku nggak bisa ketemu mereka lagi!"

Aukiara Rahma, sesuai namanya dia tumbuh menjadi gadis yang cerdas, baik dan suka sekali senyum.  Memiliki rambut yang hitam berkilau sepanjang bahu, alis yang tebal serta bibir pink alami. Tubuhnya mungil dan tingginya sekitar 155cm.

Rahma, panggilan akrabnya. Anaknya suka sekali aktivitas diluar ruangan, suka hujan, langit biru yang cerah, bahkan langit sore yang senja, tapi.. paling benci yang namanya petir.

Nanti aku bakal kasih tau deh, kenapa sih cantik Rahma takut sekali sama petir.

"Kan, kita masih punya rumah di Bandung, kamu bisa main sama teman-teman kamu di Bandung." Ujar Bundara.

"Sekarang kamu masuk gih, have fun sayang. Pulangnya telepon bunda ya, bunda jemput."

"Iyaa.. assalamualaikum Bunda."

"Waalaikumsalam, hafe fun ya sayang."

Rahma melangkahkan kaki berjalan memasuki gedung sekolah. Sambil melangkahkan kaki, ia menggerutu dan mengeluh "kenapa sih, bunda selalu buat keputusan mendadak. Udah gitu nggak nanya lagi. Capek tau ih!" Ia menendang-nendang angin guna melampiaskan kekesalannya itu.

"Papa juga, kenapa harus jauh-jauh pindah ke Medan. Nggak ngasih kabar, mendadak, tau-tau pergi. Udah pada nggak say.." kata-kata Rahma mendadak terhenti ketika ada suara yang memotongnya, santai tapi menusuk.

"Mereka mau yang terbaik buat Lo. Selama itu baik, why not buat Lo turutin kemauan mereka." Cowok itu berlalu begitu saja.

Rahma belum sempat untuk melihat wajahnya, dia sudah berlalu, meninggalkan koridor sekolah.

Pakaian putih abu-abu yang dipadukan dengan jaket baseball merah maroon serta sepatu kets warna putih. Ganteng! Itu satu kata yang menggambarkan dirinya.

"Semoga gue, bisa kenal Lo lebih jauh." Batin  Maher.

🗒cerita selengkapnya ada di WP @rahmaoktrna

Indonesia, 31 Oktober 2022

Renjana dalam AksaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang