the savior that has come to ruin me

444 35 24
                                    


dari awal lagu savior milik lee hi rilis, di kepalaku terbayang banget bahwa inilah hubungan Al dan Laz, saling menyelamatkan namun mengacaukan,
jadi, selamat membaca
~mars

TW:
unwanted pregnancy, suicide, sex
🔞🔞🔞









*

Berjam jam aku terdiam sekaligus melamun, pikiranku kosong, berusaha mencerna semua. Test pack berbagai merek yang tergeletak di kamarku. Ia beserta perempuan itu. Alfa beserta perempuan itu.

Dalam deru senyap suara kendaraan pada jalanan beberapa meter dari tempat duduk kami, Laz hanya menghembus asap rokoknya keras keras, sesekali tertawa. Mungkin baginya sudah tertebak, perempuan naif sepertiku akan dijebak seberapapun aku berusaha sok bisa mengendalikan keadaan. Kadang ia melirik sebentar untuk memastikan ruh ku tidak digantikan makhluk lain, atau aku kehilangan kesadaran.

Entah kenapa tawanya justru pengingat bahwa aku tidak sendirian, bahwa ada yang benar-benar di sampingku di tengah resto cepat saji 24 jam di sekitar tempat tinggalku, tepatnya ia di hadapanku, tanpa berkata apapun atau menasihati apapun. Aku hargai kemampuannya untuk memahami bahwa aku tidak butuh itu.

"Laz," aku akhirnya menyentuh sundae leleh di depanku, setengah berbisik. "Gue hamil."

"Bangsat," ia sontak mematikan rokok, membetulkan posisi duduknya, menopang atas tubuhnya dengan siku.

"Bukan anaklo, gue jamin," aku menyergah sebelum ia bertanya lebih lanjut, ini bukan tentang aku dan Laz.

"Ya tetep bangsat. Si bangsat itu tau lo hamil? Anaknya kan?"

Aku mengangguk.

Lalu menggeleng. "Dia nuduh elo bapaknya."

"Kampret! Gue kan cuma tidur sama- " Laz menghentikan jeritannya, menyadari bising kendaraan tidak cukup menyensor ucapannya. "We, literally, technically, sleep, Al.

"We do, it, twice, Laz." sungguh sifat Laz yang pelupa.

"I know, but," dia sendiri pun ragu mengingat-ingat. "He knows I have fiancee right."

Aku mengangguk. Mengerti kekhawatiran akan nasibnya, aku memastikan.

"I'm not looking for anything, Laz. Besides, I have a condition. I cant let him, her, this, grow," ujarku menunjuk perut yang kusadari belakangan memang sedikit membuncit.

Aku tidak menuntut apapun, termasuk menuntut pertanggung jawaban Laz, itu adalah opsi paling terakhir dari yang paling terakhir. After all, he's stranger, whom I've met accidentally.

"Lo yakin Al?"

"Gue sakit, Laz. Gue gakbisa."

Aku tidak begitu mengingat detil perkataan dokter kala pemeriksaanku, semata untuk menjaga diriku agar tidak mencari tau apakah aku punya pilihan lain selain menghilangkan sebuah nyawa yang tertanam dalam tubuhku. Agar mengurangi sedikit penyesalanku merelakan sebentuk makhluk yang bertumbuh di rahimku.

"Al."

Aku menengok pada Laz yang duduk membungkuk menatapku khawatir. "Bener itu bukan anak gue?"

"Bukan Laz," aku menjawab lirih bahkan ketika Laz bertanya lagi ketika tidak ada orang lain di lift menuju lantai teratas rumah sakit ibu dan anak.

Rumah sakit yang langsung kami cari melalui rekomendasi dalam forum dan media sosial malam itu. Rumah sakit ibu dan anak yang diam-diam menyelipkan usaha ilegal untuk menggugurkan kandungan pada lantai teratasnya.

BLUEBERRY   Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang