❁Daisy 00.34❁

6.4K 645 36
                                    

Tekan bintang nya dulu ya
★★

H a p p y R e a d i n g



Pagi ini Daisy terpaksa mengundurkan sedikit waktu sarapannya karena ia harus menemani Aster yang tengah terduduk diatas kasur dengan seorang dokter yang memeriksa keadannya.

Pria itu kekeh tidak mau kerumah sakit, alhasil Daisy harus memanggil dokter wanita kesini.

"Masih pusing?" ucapnya mengusap dahi Aster yang tengah memejam, sementara Daisy dan Aaron duduk disisi ranjang.

"Sedikit," ucapnya parau, jujur saja Daisy tidak tega melihat pria imut itu terdiam dengan wajah lelah karena terus memuntahkan cairan dari perutnya.

"Nona tenang saja Tuan Aster tidak apa-apa, dan mungkin sebentar lagi rasa mual dan pusingnya akan hilang dengan sendiri," ujar Dokter membauat ketiganya menoleh.

"Apa ada obat untuk menyembuhkan nya lebih cepat dok?" tanya Daisy.

"Tidak ada Nona," jawabnya seraya tersenyum simpul. "Apakah Nona tengah mengandung?"

Daisy mengangguk, dan hal itu membuat Dokter tersebut langsung paham apa yang terjadi.

"Saya akan menyiapkan vitamin serta susu Ibu hamil untuk Nona tebus di apotek nanti," ia memberikan selembaran kertas yang langsung diterima Daisy. "Sepertinya Nona yang harus menjaga kesehatan kandungan Nona mulai sekarang."

Aster dan Aaron mengernyit tak paham saat dokter itu malah beralih pada Daisy, padahal kan yang diperiksa itu Aster.

"Maaf dok, saya sempat berfikir apakah Aster tengah ngidam?" pria yang disebutkan namanya sontak membulat.

"Aisy aku tidak ngidam!" rengeknya mengerucutkan bibir kesal. "Lagipula laki-laki tidak bisa ngidam! Kan kamu yang hamil!"

"Memangnya Daisy ku harus merasakan ngidam sekaligus hamil secara bersamaan hah? Aku malah lebih suka melihatmu menderita seperti ini," Aster melempar bantal tepat ke wajah Aaron yang langsung menggeram kesal.

"Yang dibicarakan Nona Daisy benar Tuan, anda memang sedang ngidam. Anda mengalami sindrom Cauvade atau kehamilan simpatik yang dimana suami bisa merasakan ngidam sekaligus mual-mual layaknya ibu hamil, Tuan tenang saja karena banyak suami diluar sana yang juga merasakan hal serupa, saat sang istri tak merasakan apa-apa dan malah suaminya yang mengalami itu semua."

Dugaan Daisy benar, ia menatap Aster yang manggut-manggut mengerti.
"Maaf membuat-"

Ucapan Daisy terpotong saat jari Aster bersinggah di tengah-tengah bibirnya.
"Sssttt, jangan minta maaf ini bukan salah kamu Aisy. Aku senang karena kamu gak ngalamin hal yang melelahkan seperti ini, untuk sekarang. Biarin aku yang nangung semuanya."

Daisy tersenyum haru lalu memberikan kecupan dipelipis dan kedua pipi suaminya dengan gemas.
"Makasih sayang..."

Aaron terdiam melihat itu, ia juga ingin bisa ngidam seperti Aster, kan dia juga ayahnya.

"Sepertinya Tuan Aster sangat mencintai anda Nona jadi tidak aneh jika Tuan yang mengalami hal tersebut," mendengar itu semakin membuat Aaron merenggut kesal.

"Lalu kenapa aku tidak?! Aku juga ayahnya!" serunya kesal, Mereka sempat terkejut mendengar teriakan Aaron. "Aku juga mencintai Daisy! Aku lebih menyayanginya daripada dia!"

Daisy meringis malu, ia hendak berdiri dan menenangkan suaminya yang itu tapi pinggangnya segera dipeluk Aster erat.
"Aku mau tidur, kamu disini temenin."

"M-mungkin belum waktunya Tuan, atau kemungkinan anak didalam perut Nona adalah anaknya Tuan Aster," ucapnya terbata melihat tatapan menajam Aaron.

"Apa yang kau bilang?! Aku yang pertam-"

DAISY (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang