#39[New]

921 125 2
                                    

"Sial.. Apa-apaan ini hey Eral apa maksudnya semua ini."

Randall yang membaca halaman itupun menjatuhkan bukunya secara tidak sengaja karena tangannya sudah sangat lemas.

Dia merasa teman yang menemaninya sejak awal di dunia aneh ini menghilang begitu saja. Sekarang yang dia rasakan hanyalah kehampaan karena dia tidak tahu harus pergi ke mana dan masa depan apa yang akan dia temui.

Meskipun Randall baru bertemu Eral sebentar saja, Randall sudah menganggapnya sebagai adik kecilnya sendiri.

"Nafas ku sesak.."

Tidak terasa Randall sudah berada di tempat itu selama beberapa hari.

***

"Randall Randall!"

Saat Randall membuka matanya dia langsung melihat Louis sedang memanggilnya.

"Ah dia sudah sadar Chayenne!"

Kakak-kakak lainnya pun juga sedang berada di situ.

"Apa.. yang.. terjadi?"

"Sudah jangan bangun dulu tubuhmu masih belum stabil." Kata Chayenne sambil mengambil alatnya.

Saat di cek ternyata badan Randall sudah baik-baik saja, Randall yang dalam posisi tertidur pun langsung duduk ketika melihat ada banyak
orang di ruangan itu.

"Apakah kamu sudah baik-baik saja?" Tanya Brian sambil memegang pundak Randall.

"Aku hanya sedikit pusing tetapi selain itu aku tidak merasa hal yang lain."

Mendengar omongan Randall pun semuanya langsung merasa lega. Sebelum Randall kembali ke Kastil Kartis, Chayenne memberitahunya untuk beristirahat minimal 2 minggu sebelum beraktivitas lagi dan Randall langsung setuju pada perkataan Chayenne. Sejak dia hadir di tempat ini dia tidak pernah istirahat dengan nyaman jadi dia ingin menggunakan waktu-waktu ini untuk menenangkan pikirannya.

"Baiklah kalau begitu terimakasih Ms Chayenne."

"Sama-sama."

Saat melihat punggung Randall, Chayenne hanya bisa berkata dalam hatinya 'bagaimana seorang anak bisa memiliki sebuah badan yang sangat rapuh seperti itu, tubuh itu seakan akan jatuh ketika hanya ditiup dengan angin kecil. Semoga tidak ada hal berbahaya yang terjadi pada anak itu huft..'

***
Sebelum kembali ke kamarnya dia mencari mayat burung yang dirasuki oleh Eral untuk menguburnya.

"Apa yang kamu lakukan di sini Randall? Bukankah kamu sudah berjanji kalau kamu akan beristirahat."

"Maaf kak.. Aku hanya sedang mencari sesuatu yang sangat berharga bagiku."

"Hm? Apakah itu?"

"Apakah kamu ingat seekor burung yang selalu terbang mengikutiku?"

"Oh itu iya aku ingat emang ada apa?"

Randall tidak menjawab dan hanya menunjukkan mayat burung itu ke wajah Brian.

"..."

Brian tidak bisa berkata apa-apa kepada itu dan hanya mengikuti Randall untuk mengubur burung itu.

Setelah mereka mengubur burung itu mereka mendoakannya agar burung itu dapat beristirahat dengan tenang.

"Apakah kamu mau memelihara yang baru? Aku tahu kamu pasti sedih." Tanya Brian sambil menaruh sekopnya di tanah.

"Tidak.. Aku hanya ingin sendiri sekarang."

"Baiklah jangan lama-lama di luar."

Setelah Brian pergi Randall langsung berbicara.

"Maafkan aku Eral aku tidak bisa menyelamatkanmu, jika saja aku ada di sana pada saat itu."

Randall merasa bahwa kematian Eral adalah salahnya karena dia menyuruh Eral untuk mencari tahu informasi tentang apa yang dibicarakan Louis.

Setelah itu Randall mengambil sesuatu dari sakunya dan ternyata itu adalah kristal yang pecah di buku itu. Dia menaruh kristal itu di kuburannya dan berdiri.

"Aku janji Eral, tidak. Randall aku berjanji bahwa aku akan menyelamatkan dunia ini apapun keadaannya. Aku akan menyelesaikan keinginanmu agar kamu dapat beristirahat dengan tenang."

Setelah mengatakan itu Randall kembali ke kastilnya.

***

"Huft.. Akhirnya aku bisa kembali."

Memikirkan lagi apa yang sudah terjadi membuat Randall menjadi penuh dengan perasaan negatif jadi dia berusaha untuk tidak memikirkan apapun. Di saat dia bersiap untuk tidur, dia ingat bahwa buku yang ada di alam bawah sadarnya itu seharusnya sama dengan yang ada di tas yang selalu dia bawa. Diapun langsung bergegas mengambil buku itu dan membukanya.

[ New Gate ]

Itulah judul yang tiba-tiba muncul di buku itu.

"Hm? Ini tidak ada di sini waktu itu."

{ Di saat pertandingan sedang berlangsung seorang siswa sedang bertarung satu sama lain menggunakan senjata yang mereka bisa gunakan masing-masing. Dengan sangat cepat dia langsung menerobos semua pertahanan lawan dengan pedangnya yang lincah dan kekuatannya yang sangat kuat. }

"Tunggu.. Apakah ini sebuah cerita?" Tanya Randall sambil membalik lembar selanjutnya.

{ Siswa itupun tidak terima dan membalikkan serangan dari lawannya, tetapi tanpa di sangka pedang yang dibawanya langsung terbang begitu saja. Dengan hembus nafas kelelahan akhirnya dia pun menyerah melawan Kameron, murid dengan kekuatan paling tinggi di seluruh akademinya.}

"Hmmm Kameron.. Menarik juga."

Tanpa disadari Randall membaca buku cerita itu sampai lupa waktu.

*Tok tok*

Tiba-tiba terdengar suara ketukan dari balik pintu Randall, karena tidak ada suara yang memanggilnya Randall pun langsung menjadi waspada dan menutup bukunya.

"Permisi Pangeran Rahel?"

Saat pintu tersebut dibuka terlihat sosok laki-laki yang tinggi dengan rambut pirang yang sangat indah.

"Kamu.. Siapa?" Tanya Randall sambil memiringkan kepalanya.

"Ah aku..."

"Tunggu bagaimana kamu bisa tahu namaku."

Randall pun langsung sadar bahwa tidak mungkin orang di dunia ini tahu nama aslinya selain Eral jadi dia langsung bersiap-siap menggunakan tongkatnya.

"Tunggu-tunggu! Aku adalah orang yang kamu selamatkan pada waktu itu!"

Orang itu pun langsung mengangkat tangannya ke udara menandakan dia tidak berbahaya. Melihat itupun Randall langsung ingat dengan orang berjubah hitam waktu itu.

"Ahh kamu!"

Setelah keadaan menjadi tenang Randall meminta salah satu pelayannya untuk membuatkan mereka sebuah cangkir teh. Mereka pun langsung duduk di sofa ruangan Randall.

"Pertama-tama aku ingin berterimakasih karena kamu telah menyelamatkan nyawaku, jika kamu dan anak perempuan itu tidak menolongku aku pasti sudah dibawa pergi oleh orang sialan itu." Kata Randall sambil menundukkan kepalanya.

"Ahh itu tidak masalah aku juga ingin berterimakasih karena pangeran Rahel telah menyembuhkanku entah bagaimana caranya."

Orang itupun langsung berdiri dan menunduk 90° kepada Randall.

"Jangan terlalu formal ke aku, aku yang seharusnya berterimakasih pada kamu."

"Tidak-tidak aku hanya membalas perbaikan baikmu pada waktu itu."

"Hm? Apa maksudmu?"

"Lho? Kamu tidak ingat?"

Setelah mengingat-ingat hal yang terjadi di masa lalu Randall tetap tidak bisa mengingat ada orang yang memiliki muka seperti dia.

"Waktu itu kamu memberi makanan dan beberapa uang kepada ku dan adikku di gua, jadi aku ingin berterimakasih pangeran Rahel." Kata orang itu dengan senyum secerah matahari.

"Ha?"

To Be Continued




Living In Another World As The Useless PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang