"Kalau lo ke Kak Yujin gimana, Won?" Tanya Liz melanjutkan interogasinya yang tertunda kemarin. Kini mereka tengah berada di kantin sekolah menyantap bakso Pak Tatang. Wonyoung jelas sudah menduga interogasi kemarin akan berlanjut. Bagaimana tidak? Ia sangat hafal dengan kelakuan dua sahabatnya ini.
Rei yang tengah menyelesaikan satu mangkok bakso pun berhenti untuk menyimak dengan tatapan penuh harap. Wonyoung menyibukkan dirinya dengan terus menyantap bakso yang ada di hadapannya.
"Tinggal kuah doang itu, neng. Haus amat?" Liz tersenyum melihat sahabatnya yang dapat dibilang salah tingkah mendengar pertanyaannya.
"Ngga gimana-gimana, Kim Jiwon. Nih ya, pertama gue ketemu cuma ga sengaja. Kedua, ya gue cuma ngobrol kenalan biasa biar ntar pas TM ngga canggung-canggung amat." Jelas Wonyoung sembari tetap menyibukkan dirinya.
Rei pun tak puas dengan jawaban Wonyoung, "Ngga ada getar-getir apa gitu, Won? Kak Yujin loh ini..?"
"Yee, emang kudu ada getar-getir kalau sama Kak Yujin?"
Ada.
Sejujurnya, jika Wonyoung mau untuk jujur, Ia merasa ada sedikit rasa aneh yang timbul di dadanya saat Yujin menatapnya lekat kemarin sore. Tetapi pada dasarnya, Wonyoung adalah orang yang tak mau ambil pusing. Apa pun efek yang Ia terima dari Yujin dan segala perlakuannya juga tingkah lakunya, Wonyoung tak mau banyak memikirkannya.
Ia bulat mengambil keputusan bahwa kakak kelasnya itu mungkin memiliki cara berkenalan yang unik saja. Yah, sebatas itu.
Wonyoung baru saja memasuki masa SMA, baginya terlalu awal untuk memikirkan drama juga hal-hal berbau rasa suka dan cinta. Itu lah yang ia putuskan semalam saat Ia melihat nama Yujin disebut dalam barisan chat obrolan group kelasnya. Lalu malam itu juga Ia sadar, mengapa Ia memikirkan Yujin? Juga menyangkut pautkan Yujin dengan kalimat 'rasa suka dan cinta'?
Wonyoung pikir Ia sedikit gila. Baru dua kali bertemu, dan Yujin cukup mampu mengganggu pikirannya.
Ia kembali sadar dari lamunannya saat Liz menyenggol lengannya, "Kak Yujin, Won."
Wonyoung mengerutkan dahinya dan mengikuti arah pandang Liz. Ia melihat Yujin dan beberapa temannya, yang salah satunya Ia kenali bernama Choi Yena, baru saja selesai memesan dan duduk beberapa meja jaraknya dari mereka.
Yujin, di satu sisi, merasa ada yang sedang memperhatikannya. Karena Ia sudah terbiasa mendapat beberapa tatapan mata dari murid di sekolah itu, Ia berpikir itu suatu hal yang biasa. Ia mengedarkan pandangannya ke penjuru kantin sambil berharap bahwa Ia bisa menemukan seorang gadis yang menyita perhatiannya sedari kemarin.
Yujin pun tercekat saat Ia mendapati Wonyoung di salah satu meja dekatnya. Lagi, dan lagi mereka bertemu tatap. Yujin menyunggingkan senyum kecil dan Wonyoung membalas sama. Hal itu mengundang tanda tanya bagi teman-teman Yujin yang diam-diam memperhatikan tingkah dan senyum bodohnya.
Wonyoung kembali memalingkan wajahnya dari Yujin yang kini tengah melalui hal yang tak jauh berbeda darinya.
Interogasi.
"Siapa tuh?"
"Adek kelas bukan sih?"
"Anjir, lo ngardusin adek kelas nih, Jin?"
Tiga pertanyaan serentak diucapkan berurutan oleh Lee Chaeyeon, Kang Hyewon, dan Kim Chaewon. Yujin hanya bisa tertegun mendengar pertanyaan teman-teman satu groupnya itu.
Choi Yena yang notabenenya adalah sahabat terdekatnya pun membantu menjawab, "Jang Wonyoung. Anak kelas 10." Yujin pun tersenyum bersyukur bahwa setidaknya satu temannya ini membantunya dan tidak meledeknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TEENS
FanfictionAhn Yujin, usia baru saja genap 17 tahun, merupakan murid SMA Perdana Bangsa kelas 11 yang tidak begitu percaya akan cinta, apalagi yang berembel-embel pandangan pertama. Tetapi hal itu dipatahkan oleh seorang adik kelas bernama Jang Wonyoung pada p...