Hari perlombaan pun tiba.
Kini tim basket dan QUEENS akan memasuki lapangan dalam hitungan menit. Jang Wonyoung tengah mengatur nafasnya yang tak beraturan sembari mengencangkan ikat tali sepatunya. Gadis kelahiran 2003 itu tengah gugup bukan main. Bagaimana tidak? Ia dipasrahi sebuah bagian penting dalam routine khusus yang dibuat untuk pertandingan kali ini. Tak hanya itu, pertandingan ini jugalah menjadi debutnya. Wonyoung hanya tidak mau melakukan kesalahan sekecil apa pun dan mengecewakan seluruh tim dan juga dirinya sendiri.
"Stand by ya? 15 menit lagi," ucap salah seorang staff acara lomba yang membuat Wonyoung semakin gugup.
"WON!!!" Sebuah teriakan terdengar nyaring memecahkan keheningan lorong tempat seluruh tim sedang menunggu. Yang dipanggil pun sontak menoleh ke arah sumber suara. Dilihatnys dua anggota PRODS yang jugalah sahabat dekatnya tengah berusaha menerobos kerumunan.
"Nervous amat, Won?" Celetuk Liz yang kini tengah berdiri tepat di hadapann Wonyoung. Mengekor di belakangnya, Rei, tengah berjalan sambil sesekali menyapa beberapa anak QUEENS kenalannya.
"Menurut lo?" Kegugupan Wonyoung membuatnya sedikit sensi dan benar Ia sedang tidak mood untuk menanggapi Liz.
"Won, atur nafas. Tenangin diri dan pikiran lo. Bisa, gue yakin lo bakalan perfect."
"Thanks, Rei," Wonyoung menggenggam tangan Rei dan berusaha mengatur nafasnya. Setelah beberapa menit, Wonyoung merasa jauh lebih tenang dan kini celotehan Liz pun mulai bisa Ia balas.
"Btw, anak sekolah banyak yang dateng?" Tanya Wonyoung penasaran.
"Emmm, berapa ya Rei?" Yang ditanya pun hanya meringis tak yakin, "Kayaknya total nggak sampe 100 lah. Dikit doang."
"Dih, beneran kerja ngga sih lo pada di PRODS?"
Liz pun hanya mendengus kesal dan Rei malah tertawa, "Yeee kan bukan sensus penduduk gue."
"Yaudah, Won. Kita harus balik, nih. Lo juga harus siap kan bentar lagi?"
Wonyoung mengangguk lemas dan mengingatkan kedua temannya untuk tidak melewatkan acara hang out mereka besok malam. Setelah Liz dan Rei meninggalkan lorong, Ia mendengar sang Captain berseru, "QUEENS!" Segeralah seluruh anggota berkumpul melingkar. Sepatah dua patah kata diucapkan, dan mereka pun siap memasuki lapangan. Semua berbaris rapi dengan tim basket di depan lalu diikuti oleh tim cheers. Jang Wonyoung menghela nafas panjang dan bersiap diri di ujung barisan.
Tersisa 3 menit.
Wonyoung mengedarkan pandangannya. Lalu Ia menoleh ke belakang, dimana para staff berkumpul, dan melihat satu sosok perempuan yang sejenak Ia lupakan keberadaannya seminggu terakhir ini.
Ahn Yujin.
Yah, benar. Banyaknya tugas dan latihan sangat membuat hidupnya menjadi cukup hectic. Juga sosok itu kerap tak terlihat lagi di aula maupun kantin sekolah. Bukannya Wonyoung sempat memperhatikan. Hanya saja teman sekelasnya sering kali mengeluhkan absensi seorang Ahn Yujin di sekolah.
Terakhir kali Ia melihat sosok tersebut adalah ketika mereka menyantap semangkok bakso di kantin sepulang dari TM. Lebih tepatnya, ketika Wonyoung dengan lahapnya menghabiskan semangkok bakso, dan Yujin menemaninya dalam diam.
Sore itu, Yujin hanya sibuk memainkan ponselnya. Setidaknya itu menurut Jang Wonyoung. Sesungguhnya, Ahn Yujin tengah memutar otak mencari cara agar bisa mendapatkan kontak sang adik kelas. Pada akhirnya, Yujin malah menciut. Jangankan kontak hp, sampai Wonyoung tengah beranjak pergi dari kantin pun Yujin hanya mengucapkan dua kalimat; 'laper banget ya?' dan salam perpisahan.
Hari itu Ahn Yujin merutuki dirinya hingga tujuh hari tujuh malam lamanya.
Kini tersisa 2 menit.
Wonyoung melihat kakak kelasnya itu tengah berbicara dengan dua orang staff. Wajahnya terlihat serius dan tegas. Wonyoung menerka-nerka apa yang sedang mereka diskusikan.
"Okay, 1 menit lagi!" Seru seorang staff dan Wonyoung pun membalikkan badan menghadap depan.
Sebuah tepukan kecil terasa di pundak kanannya, "Dek," Wonyoung sontak menoleh kaget.
Ahn Yujin kini berada tepat di hadapannya. Tersenyum cerah, menampilkan lesung pipinya, "Kaget ya? Kan gue udah bilang biasain."
Wonyoung terperangah, "E-Eh, Kak Yujin." Gadis yang lebih tua itu pun hanya terkekeh dan berniat menjalankan misi utamanya hari itu. Bukan, bukan soal mengkoordinasi supporter. Ia sudah bertekad untuk setidaknya mengucapkan 'semangat' atau apa pun itu kepada adik kelasnya itu. Setidaknya sudah 3 hari Ia merencanakan adegan ini.
Kini satu menit itu telah mendekati akhir. Beberapa anak basket telah berjalan memasuki lapangan. Wonyoung masih saja diam dibuat pusing oleh Yujin. Pusing karena apa? Lagi-lagi Wonyoung tak mau memikirkannya.
Yujin melongok ke arah barisan terdepan dan Ia tau bahwa Ia harus segera pergi. "Gue buru-buru. Intinya, good luck!" Dan gadis itu pun berjalan mundur meninggalkan lorong, dan berlari kecil sembari tak sengaja menabrak orang-orang di kerumunan.
Wonyoung lagi-lagi tak bisa menahan senyumnya. Merekah secara otomatis kala Yujin tersenyum begitu lebarnya. Wonyoung kembali menghadap barisan, dan berjalan melangkah memasuki lapangan.
Inilah pertandingan pertamanya. Wonyoung tidak mau mengecewakan timnya dan juga dirinya sendiri.
Ah, dan juga seluruh murid SMA Perdana Bangsa.
—
Pertandingan basket dimenangkan oleh SMA Perdana Bangsa. Begitu sengit dan pada babak terakhir Choi Yena berhasil menambahkan tiga poin unggul dari SMA rival mereka. Tiga babak lagi harus mereka lalui menuju kemenangan.
Sedangkan tim cheers tengah bersuka ria. Tak ada kesalahan dalam penampilan, respon juri pun terlihat baik selama penilaian. Mereka hanya perlu mempertahankan performa mereka dan menampilkan yang lebih baik lagi pada babak selanjutnya.
Di sisi lain, Yujin tak begitu puas dengan hasil kinerja PRODS dalam mengajak murid-murid sekolah untuk datang dan menyemangati sekolah mereka. Terhitung tak sampai 100 orang.
Seusai pertandingan, Yujin mengumpulkan seluruh anggotanya. Mereka tengah berdiskusi di dekat pintu keluar.
"Gue harap kita bisa susun strategi lebih baik lagi biar anak-anak mau dateng ramein nonton pertandingan babak selanjutnya," ucap Yujin tegas. Gaeul pun menimpali, "Iya, besok kan libur nih, istirahat semua ya. Senin kita kumpul untuk bikin strategi baru."
Seluruh anggota PRODS pun mengangguk dan mengucapkan satu dua patah kata untuk menyemangati satu sama lain. Dengan acara-acara yang akan datang, dan juga lomba dadakan ini, energi mereka cukup terkuras.
"Okay, guys. Listen," Yujin hendak menyerukan jargon mereka sebagai penutup diskusi tersebut ketika Ia mendapati seorang Jang Wonyoung tengah berjalan keluar dari gedung. Secara otomatis mata mereka bertemu pandang, dan secara otomatis Ahn Yujin tercekat. Wonyoung berjalan dan tak sekalipun melepaskan tatapannya dari Yujin. Langkahnya semakin mendekat ke arah sang kakak kelas, lalu berhenti tak jauh dari lingkaran PRODS. Hingga Ia tersadar bahwa kedua pasang mata milik Naoi Rei menangkap basah dirinya juga tatapannya kepada sang ketua.
"Jin?" Gaeul memanggilnya seraya menyenggol lengan Yujin. Sang ketua PRODS kembali tersadar dan meneruskan kalimatnya yang sempat terputus. Sungguh Ia berharap tak ada yang menyadari kebodohannya itu.
Sayangnya, Naoi Rei dan sahabat karibnya Kim Liz jelas sedang menjadi saksi bisu kebodohannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TEENS
FanfictionAhn Yujin, usia baru saja genap 17 tahun, merupakan murid SMA Perdana Bangsa kelas 11 yang tidak begitu percaya akan cinta, apalagi yang berembel-embel pandangan pertama. Tetapi hal itu dipatahkan oleh seorang adik kelas bernama Jang Wonyoung pada p...