Persahabatan antara Jang Wonyoung, Naoi Rei, dan Kim Liz telah terjalin begitu lamanya. Terkadang mereka pun tak mengingat sejak kapan dan bagaimana tali pertemanan mereka mulai terjalin. Ketiga perempuan yang menamai trio mereka ZEFOURZ ini memiliki latar belakang dan kepribadian yang lumayan berlawanan arah. Entah bagaimana mereka bisa bertahan sejauh ini, terkadang Wonyoung tidak terlalu mengerti.
Liz adalah anak yang pemalu, pada umumnya, dan 180 derajat berbeda ketika bersama dengan Wonyoung dan Rei. Sedangkan Rei, dengan pembawaannya yang terlihat tenang dan senyumnya yang seperti malaikat itu, akan menyampaikan berbagai macam celetukan yang sedikit menyakitkan meskipun berdasar fakta. Lalu peran Wonyoung adalah sebagai anak tengah di antara mereka.
Wonyoung bukanlah anak yang pemalu, juga tidak sebaliknya. Ia juga tak memiliki pembawaan bagai malaikat, pun tak melontarkan celotehan yang menyayat. Tak terlihat setenang Rei, juga tidak seheboh Liz. Jang Wonyoung adalah keseimbangan dari Kim Liz dan Naoi Rei.
Setidaknya itu yang ada di pikiran Wonyoung. Bahwa dia adalah sang kunci keseimbangan. Setelah Ia pikir berulang kali, Wonyoung benar merasa cocok dengan kata seimbang. Hidupnya adalah bukti dari kata imbang itu sendiri dan Ia menyukainya.
Dari hal terkecil, seperti imbang dalam pembagian waktunya sampai soal kondisi fisik dan mentalnya. Juga dalam hubungan pertemanannya, keluarganya, dan dengan dirinya sendiri. Perihal tugas sekolah, nilai akademis, sampai aktivitas cheers, semuanya terasa baik dan imbang.
Wonyoung tak menyukai perasaan terombang ambing, tidak terorganisir, dan kelabilan. Ia membencinya. Lalu, hadirlah seorang Ahn Yujin dan Jang Wonyoung seperti berjalan di atas tali.
Ini masalah hati dan pikirannya yang tak sedikitpun imbang.
Tapi untuk saat ini, Wonyoung masih saja mengabaikan rasa tak nyamannya itu. Masih menolak fakta bahwa benar ada sedikit 'rasa yang aneh' saat bersama kakak kelasnya itu. Dengan tegas Ia menolak segala rasa, meskipun semburat merah di pipinya mengkhianatinya kemarin sore.
Hari Minggu tiba dan Wonyoung menghabiskan sepanjang siang hingga sore bersama sahabatnya. Ia tengah terduduk di lantai, bersandar pada kasurnya, dengan segenggam ice cream di tangan. Sedangkan Rei dan Liz sedang sibuk memainkan handphone mereka masing-masing menghimpit Wonyoung. Yah, salah satu lambang konsep keseimbangan mereka.
"Eh, tau ngga gosip terbaru?"celetuk Rei yang dengan cepat mengundang perhatian kedua temannya, "katanya ada yang liat Coach Irene jalan sama...."
Wonyoung dan Liz seakan menahan nafas menunggu Rei menuntaskan kalimatnya yang tak kunjung selesai, "Siapa ngga?!"
"Sabar atuh neng," ucap Rei di sela gelak tawanya, "coba gih tebak."
"Itu ya?! Guru Biologi, Pak Bogem! Yakin gue soalnya Pak Bogem doyan banget di Aula kalau gue lagi latihan," ucap Wonyoung dengan semangat yang lalu dibantah Liz, "IH! Bukan! Yakin gue pasti mentor kita kan, Rei? Coach Seulgay– eh, Seulgi."
Sebuah tutup botol melayang ke jidat Liz, "Suka bener kalau nebak."
Wonyoung terlihat bingung sebab Ia baru tau jika pelatih basket tim SMA nya itu juga merangkap sebagai mentor PRODS. Lalu kata PRODS membuat pikirannya bercabang dengan sendirinya. Tentu sudah bisa ditebak; Kak Yujin.
Dan saat pikirannya tentang Kak Yujin mulai merambah hatinya, Wonyoung menegaskan dirinya kembali.
Lalu Ia merasakan sebuah getaran. Bukan getaran di hati, tapi di pahanya.
Sebuah notifikasi muncul di layar ponsel milik gadis kelas 10 itu dan Wonyoung hanya berniat meliriknya. Tetapi yang didapatinya justru membuat Ia terpaku. Sebuah pesan singkat dari @ahnyujj yang sungguh terdengar seperti om-om hidung belang.
KAMU SEDANG MEMBACA
TEENS
FanfictionAhn Yujin, usia baru saja genap 17 tahun, merupakan murid SMA Perdana Bangsa kelas 11 yang tidak begitu percaya akan cinta, apalagi yang berembel-embel pandangan pertama. Tetapi hal itu dipatahkan oleh seorang adik kelas bernama Jang Wonyoung pada p...