Prolog

77 4 1
                                    

13 tahun yang lalu..

Seorang gadis kecil berusia empat tahun itu kini sedang berdiri di belakang pintu, tepatnya di sela-sela pintu yang sengaja ia buka sejak beberapa menit yang lalu karena mendengar suara pertengkaran kedua orangtuanya di luar kamar. Sehingga suara kegaduhan itu membuatnya terbangun dari tidur siangnya.

Secara tidak sengaja, gadis berusia empat tahun itu menguping pembicaraan kedua orangtuanya tanpa ia mengerti apa maksud mereka sebenarnya. Namun gadis itu tahu, mereka sedang saling menyalahkan saat itu.

"Kau ini benar-benar suami yang tidak bertanggung jawab!" bentak Sang ibu sambil menunjuk ayahnya.

"Apa? Kau bilang, aku tidak bertanggung jawab? Lalu bagaimana denganmu yang tidur bersama lelaki simpananmu tanpa sepengetahuanku? HAH?! Dasar istri tidak tahu diri!" balas bentak Sang ayah.

PLAK

Satu tamparan keras dari tangan Gongyoo mendarat di pipi Dahyun hingga tersungkur di lantai sambil memegangi pipinya yang kesakitan.

BRAK

Suara bantingan pintu terdengar memekakkan telinga. Atensi keduanya kini mengarah pada gadis kecil yang ternyata adalah pelaku yang telah membanting pintu tersebut.

"PAPA!" teriak Yang Daehan –gadis kecil itu, lalu berdiri diantara kedua orang tuanya.

Kini gadis itu berdiri menghadap kearah Sang ayah sambil merentangkan kedua tangannya, seolah berusaha melindungi Dahyun.

"Jangan sakiti Mama yagi!" polosnya dengan aksen cadelnya.

"Hey, kau tahu apa tentang urusan orangtua?! Jangan ikut campur!" Lagi-lagi Gongyoo membentak, namun kini beralih pada Daehan.

BRUK

Entah sudah yang ke berapa kalinya, Gongyoo memukul bahu gadis itu lagi dengan pukulan yang lebih keras dari pukulan-pukulan yang ia berikan pada anak satu-satunya itu sebelumnya. Dan disaat itu juga, Daehan langsung terjatuh di lantai bersamaan dengan kepalanya yang terbentur oleh sudut meja sehingga ia hampir tak sadarkan diri di bawah sana.

"Astaga, Daehan!" pekik Dahyun, memangku kepala Daehan di pahanya lalu menatap Gongyoo tajam.

"BODOH! Kau ini benar-benar bodoh! Dia ini masih kecil, kau tidak seharusnya memukulnya sekeras itu!" teriaknya murka. Saking marahnya, urat-urat di leher Dahyun sampai menonjol keluar.

"Biarkan saja dia kesakitan seperti itu! Bukankah kau juga tidak menginginkan anak itu untuk lahir ke dunia ini? Kenapa sekarang kau mengasihaninya?"

Benar.

Apa yang dikatakan suaminya itu benar. Dahyun memang tidak menginginkan Daehan lahir ke dunia ini karena Daehan berasal dari benih seseorang yang tidak pernah ia sangka akan tidur bersamanya saat itu.

"Aku memang tidak pernah menginginkannya, tapi setidaknya aku masih memiliki jiwa kemanusiaan!" jawab Dahyun.

"Apa kau lupa? JIWAMU SUDAH BERSATU DENGAN IBLIS!!" Suara bentakan Gongyoo berhasil membuat Dahyun menciut seketika, wanita itu bahkan sampai terhenyak ketika Gongyoo berteriak seperti itu.

Lalu tiba-tiba saja ada seorang wanita yang datang tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu setelah ia mendengar suara teriakan Gongyoo yang terdegar sampai ke luar rumah.

Itu Kim Nayeon, sahabat Dahyun.

"Dah–"

Ucapannya terpotong setelah matanya tak sengaja menangkap seorang gadis yang kini tengah terbaring lemas di lantai dengan posisi kepala berada di pangkuan Dahyun.

Satan's Sacrafice | Gou Mingrui Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang