Cerita ini hanyalah fiktif belaka dan tak ada sangkut pautnya dengan kehidupan asli tokoh di dunia nyata. Apabila ada kesamaan nama, latar, dan alur dengan cerita lain, itu semua adalah unsur ketidaksengajaan. Harap bijak dalam membaca, terima kasih.
✧~~~~~~~~~~✧
Mingrui baru saja sampai di rumah, segera membuka sepatunya menggunakan kakinya sambil berdiri dan meletakkannya di sembarang tempat. Tujuan Mingrui pulang lebih dulu adalah tak lain karena ia berniat ingin mencari kalung yang dimaksud oleh Lucifer di dalam kamar Daehan.
"Mama, aku pul–" ucapannya terpotong setelah melihat Nayeon yang sedang duduk di sofa ruang tamu sambil.. menangis?
Ia juga melihat ponsel milik Nayeon yang kini tampak sudah pecah di atas meja, tepat di hadapan Nayeon. Serta pecahan vas bunga yang sudah berserakan di lantai.
"Mama?" panggil Mingrui sambil berjalan cepat menghampirinya, membuat yang dipanggil seketika menghapus air matanya terlebih dahulu sebelum menoleh.
"Hai," sapanya dengan nada ceria, kemudian memeluk Mingrui yang duduk disampingnya. "Kau sudah pulang ternyata."
"Kenapa Mama menangis?" tanya Mingrui setelah melepas pelukan.
"Mama– tadi Mama baru saja menonton film yang sangat menyedihkan, Rui. Mama tidak apa-apa," jawabnya, yang Mingrui yakin itu adalah kebohongan.
"Sungguh? Lalu ponsel mama? Dan pecahan vas bunga itu?"
"Ponsel Mama jatuh tadi, vas bunga nya juga.. Mama hanya tidak sengaja menyenggolnya. Jangan khawatir. Emm dimana adikmu? Kenapa tidak pulang bersamamu?" tanya Mama saat menyadari bahwa Mingrui pulang tanpa Daehan.
"Oh itu.. Dia bilang, tadi dia memintaku untuk pulang duluan saja karena–" Mingrui terdiam sejenak memikirkan alasan yang tepat. "Ada urusan mendadak katanya." lanjutnya.
"Urusan apa lagi?"
"Entah, dia tak memberitahuku."
Nayeon terdiam, 'Apa jangan-jangan dia menemui ibunya lagi?', batinnya.
"Tapi bagaimana keadaannya tadi? Apa luka di kakinya separah itu?"
"Dari mana Mama tahu kalau kakinya terluka?" Mingrui kebingungan.
"Pak Lim, wali kelas kalian menelfon Mama tadi siang. Satu jam setelah Daehan terjatuh dan kakinya terluka," jelas Nayeon.
"Ah begitu rupanya. Daehan baik-baik saja, Ma. Aku bantu bersihkan vas bunga nya ya, Ma?" ujar Mingrui sambil meletakkan tas nya di sebelah Nayeon, kemudian mengambil sapu serta pengki dari arah dapur tanpa menunggu jawaban Nayeon.
Melihat kepergian Mingrui, berulang kali Nayeon mengucap syukur di dalam hati nya karena telah melahirkan anak yang berbakti seperti Mingrui. Entah apa yang akan terjadi jika Daehan akan pergi setelah di umurnya yang menginjak 17 tahun nanti, Mingrui pasti akan kesepian di rumahnya.
Meski Mingrui dan Daehan seringkali bertengkar bila di rumah, tapi tak menutup kemungkinan bahwa Nayeon pasti akan merindukan suasana itu setelah Daehan ikut bersama ayah kandungnya nanti.
Mingrui membersihkan pecahan vas hunga itu dengan teliti, lalu menbuangnya ke tempat sampah setelah semuanya selesai dan meletakkan alat kebersihan yang dibawanya tadi ke tempat semula. Mingrui sempat menolak saat sebelumnya Nayeon hendak membantnya, tapi Mingrui bersikeras ingin Mamanya tetap duduk diam di sofa.
"Sudah selesai, Ma. Kalau begitu, aku izin ke kamarnya dulu ya. Ada barangku yang ketinggalan di kamarnya kemarin pagi," ucap Mingrui lalu bangkit, bersiap pergi ke kamar Daehan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Satan's Sacrafice | Gou Mingrui
SpiritualCerita ini hanyalah fiktif belaka dan tak ada sangkut pautnya dengan kehidupan asli tokoh di dunia nyata. Apabila ada kesamaan nama, latar, dan alur dengan cerita lain, itu semua adalah unsur ketidaksengajaan. Harap bijak dalam membaca, terima kasih...