Cerita ini hanyalah fiktif belaka dan tak ada sangkut pautnya dengan kehidupan asli tokoh di dunia nyata. Apabila ada kesamaan nama, latar, dan alur dengan cerita lain, itu semua adalah unsur ketidaksengajaan. Harap bijak dalam membaca, terima kasih.
✧~~~~~~~~~~✧
Jam pelajaran pertama berakhir, kini guru pelajaran Bahasa Inggris yang sebelumnya mengajar di depan kelas sudah berganti dengan guru pelajaran Etika. Daehan tampak masih gelisah karena PR Matematikanya belum terselesaikan sampai detik ini juga. Apalagi pelajaran Matematika hari ini mulai di jam ke empat.
Gadis itu melirik kearah Mingrui yang duduk sebangku dengannya. Bukan Daehan yang mau, tapi Mingrui yang memaksa saat pertama kali masuk ke sekolah ini.
Mingrui tampak sibuk mendengarkan Pak Lim yang sedang menjelaskan materi di depan sana. Daehan kemudian menggeser kursinya menjadi lebih dekat dengan Mingrui untuk memudahkannya berbisik pada anak itu.
"Gougou," panggil Daehan berbisik. Namun tak ada reaksi dari Mingrui.
Merasa jengkel, akhirnya ia semakin mendekatkan kursinya pada Mingrui hingga kini posisi duduk keduanya sangatlah dekat.
"Gougou," panggilnya lagi, kini dengan nada sedikit menekan. "Aku ingin pinjam buku matematika-mu."
Dan benar saja dugaannya, Mingrui masih menghiraukannya. Karena kesal, akhirnya Daehan kembali berbisik.
"Kau masih marah padaku?" tanya gadis itu yang masih saja diacuhkan oleh Mingrui.
Merasa ada suara yang berbisik, Pak Lim segera menoleh kearah bias suara dan mendapati Daehan yang masih berbisik pada Mingrui dengan jarak yang sangat dekat. Sementara Mingrui? Anak itu dengan santainya hanya melihat ke papan tulis, membaca materi yang telah ditulis oleh Pak Lim.
"Ayolah, jangan marah lagi–"
"Yang Daehan?" panggil Pak Lim tegas.
Mendengar itu, tubuhnya menegang dan Daehan segera bangkit dari bangkunya sambil menjawab. "Ya, Pak?"
"Sampai kapan kau akan terus berbisik pada kakakmu itu?" tanya Pak Lim.
"Sampai.." Daehan menjeda kalimatnya sebentar untuk melirik kearah Mingrui, ia bisa melihat kalau Mingrui juga sedang menatap kearahnya dengan tatapan seolah tak tahu apa-apa.
"Sampai apa?"
"Tidak ada, Pak."
"Keluar," titah Pak Lim.
Daehan ingin sekali membantah tapi apalah daya, ia hanya seorang siswi biasa disini. Maka dari itu, Daehan hanya bisa membungkuk singkat lalu melenggang keluar. Di ambang pintu, Daehan sempat melirik lagi kearah Mingrui yang menunjukkan ekspresi mengejek, membuat gadis itu kesal dan hanya bisa mengepalkan tangannya sebelum benar-benar keluar kelas.
10 menit berlalu, dan Daehan masih berdiri di samping pintu kelas sambil menyandarkan punggungnya pada dinding. Kakinya pegal karena telah berdiri selama 10 menit, terkadang ia mengangkat satu kakinya untuk melegakan rasa pegal secara bergantian.
Saat sedang mengangkat kaki kirinya, tiba-tiba saja ada sebuah bola yang menggelinding kearah lorong menuju pintu keluar. Bola itu terus menggelinding seolah ada angin yang mendorongnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Satan's Sacrafice | Gou Mingrui
SpiritualCerita ini hanyalah fiktif belaka dan tak ada sangkut pautnya dengan kehidupan asli tokoh di dunia nyata. Apabila ada kesamaan nama, latar, dan alur dengan cerita lain, itu semua adalah unsur ketidaksengajaan. Harap bijak dalam membaca, terima kasih...