Cerita ini hanyalah fiktif belaka dan tak ada sangkut pautnya dengan kehidupan asli tokoh di dunia nyata. Apabila ada kesamaan nama, latar, dan alur dengan cerita lain, itu semua adalah unsur ketidaksengajaan. Harap bijak dalam membaca, terima kasih.
✧~~~~~~~~~~✧
Tangan lentik itu bergerak memotong seikat daun bawang di atas tatakan kayu, ia sedang menyiapkan makan malam untuknya dan kedua anaknya nanti sambil sesekali menonton televisi yang menyala dan kebetulan posisi dapur dan ruang tengah tak tertutupi oleh dinding. Jadi ia bisa dengan leluasa memasak sambil menonton acara kesukaannya.
CKLEK
"Aku pulang," ucap Mingrui yang baru saja membuka pintu.
"Selamat datang, sayang~" sapa Nayeon dari arah dapur.
Setelah melepas dan merapikan sepatunya di rak sepatu, Mingrui berjalan menuju dapur untuk menghampiri Sang ibu yang tengah memotong daun bawang di atas kabin. Mingrui mengambil alih tempat duduk yang kosong tepat di hadapan Nayeon.
"Dimana adikmu, Rui?" tanya Nayeon ketika menyadari Mingrui pulang tanpa adiknya.
"Tadi saat hendak pulang, tiba-tiba saja dia pergi entah ke mana. Katanya, ada urusan yang belum sempat dia selesaikan," jelas Mingrui sambil menyangga dagunya dengan sebelah tangan di atas meja.
"Urusan? Aw!" Tanpa sengaja, jari Nayeon berdarah karena matanya tak memerhatikan tangannya ketika sedang memotong daun bawang itu dan malah fokus pada Mingrui.
"Kenapa, Ma?" tanya Mingrui heran.
Nayeon menggeleng, "Tidak. Hanya teriris sedikit," jawabnya sambil menunjukkan darah di ujung jari telunjuknya.
"Astaga, biar kuambilkan obat sebentar, Ma."
Melihat hal itu, Mingrui segera mengambilkan kotak P3K di dalam lemari bawah televisi, sementara Nayeon segera mencuci darahnya agar tak terjadi iritasi. Lalu setelah mendapatkannya, Mingrui pun membantu mengobati luka irisan pada ujung jari telunjuk Sang ibu secara telaten.
"Terima kasih ya, Rui," ujar Nayeon. Mengelus kepala Mingrui lembut.
"Tidak masalah. Lain kali hati-hati ya, Ma." Kemudian tersenyum hangat.
Nayeon mengangguk. Ia memerhatikan pergerakan Mingrui yang sedang membereskan peralatan P3K itu dan mengembalikannya ke dalam lemari bawah televisi.
"Mirip seperti ayahnya," gumam Nayeon pelan.
Mingrui kemudian mengganti pakaiannya menjadi pakaian rumahan. Ia kembali menemani Sang ibu yang tengah sibuk memasak di dapur, menduduki kursi tempatnya duduk sebelumnya.
Telinganya menangkap suara gelakan tawa dan pukulan sebuah benda yang berasal dari halaman rumah orang disamping rumah mereka. Setahu Mingrui, rumah itu sudah cukup lama kosong. Baru sekarang saja ada suara orang lain di halaman rumah itu.
"Ma, apakah rumah kosong disamping kita sudah ada yang mengisi?" tanya Mingrui dengan tatapan mengarah pada jendela tempat suara itu berasal.
"Ya, sudah ada sejak minggu lalu sebenarnya. Tapi Mama juga baru sekarang mendengar suara pemilik rumah itu karena sejak minggu lalu Mama tak pernah melihat ada siapapun yang keluar dari rumah itu," jawab Nayeon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Satan's Sacrafice | Gou Mingrui
SpiritualCerita ini hanyalah fiktif belaka dan tak ada sangkut pautnya dengan kehidupan asli tokoh di dunia nyata. Apabila ada kesamaan nama, latar, dan alur dengan cerita lain, itu semua adalah unsur ketidaksengajaan. Harap bijak dalam membaca, terima kasih...