Cerita ini hanyalah fiktif belaka dan tak ada sangkut pautnya dengan kehidupan asli tokoh di dunia nyata Apabila ada kesamaan nama, latar, dan alur dengan cerita lain, itu semua adalah unsur ketidaksengajaan. Harap bijak dalam membaca, terima kasih.
✧~~~~~~~~~~✧
"Dan satu lagi, apa yang Mama mu berikan padamu? Dia pasti memberimu sesuatu, kan?" tanya Nayeon yang langsung saja dijawab dengan gelengan kepala Daehan.
'Gawat! Kenapa Mama bisa tahu?!', batinnya terkejut.
"Tidak ada, kok."
"Ingin mengeluarkannya sendiri atau Mama yang akan mencarinya di setiap sudut kamarmu ini?" Nayeon memberi pilihan.
"Aku tidak bohong, Ma. Benar tidak ada yang kuterima darinya," bohongnya.
"Baiklah, Mama akan mencarinya sendiri," ucap Nayeon lalu bangkit.
Daehan tak bisa melakukan apa-apa lagi setelah itu, dia bingung harus bagaimana jika kalung itu ketahuan oleh Nayeon.
Nayeon sibuk memeriksa ke dalam lemari pakaian, meja belajar, rak sepatu, tas, toilet, bathub, dan tempat lainnya. Hingga tibalah saatnya Nayeon memeriksa laci meja riasnya yang menjadi tempat persembunyian kalung itu, jantung Daehan berdetak lebih kencang saking tegangnya.
Daehan sudah benar-benar pasrah, biarlah Nayeon berlaku sesukanya pada kalung itu setelah ditemukan nanti. Berusaha tenang, tapi hatinya tetap merasa gelisah. Dan kemudian helaan napas lelah Nayeon membuat perhatian Daehan kembali tertuju padanya.
"Dimana kau menyimpannya?" tanya Nayeon.
"Menyimpan apa?"
"Kalung itu!"
Sontak Daehan terkejut karena ternyata Nayeon tak menemukan kalung itu dari dalam laci meja riasnya, padahal ia ingat sekali kalau sebelumnya dirinya sempat menaruh kalung itu di dalam laci tersebut. Dan sekarang..
..kalungnya tidak ditemukan?
"Kalung apa, Ma? Aku sama sekali tidak mengerti," elak Daehan berlagak seolah tak tahu apa-apa. Nayeon tampak menghela napasnya kasar sambil menyisir rambutnya ke belakang.
"Sudahlah, lupakan saja. Cepat menyusul ke meja makan, makanan sudah hampir dingin karena menunggumu," ujarnya lalu membuka kunci pintu sekaligus pintunya juga. Nayeon keluar lebih dulu dari sana.
Dengan segera gadis itu bangkit lalu menghampiri laci meja riasnya dan benar saja, kalung itu hilang entah kemana. Pandangannya mengedar ke sekitar kamar, hingga ia teringat pada bola Lucky Ball itu yang masih berada di dalam tas sekolahnya.
Daehan segera mengambilnya untuk menanyakan perihal kalung itu. Namun niatnya urung setelah memikirkan bahwa pertanyaannya terlalu orsinil.
"Apa kucoba tanyakan saja, ya?" gumam Daehan. Sebelumnya, ia menutup pintu kamarnya terlebih dahulu agar tak ada yang mendengarnya.
"Dimanakah kalung itu berada?" tanya Daehan pada bola itu, lalu mengocoknya beberapa kali.
Ini benar-benar ajaib! Bola itu bisa menjawab pertanyaan apa saja yang dilontarkan oleh si pemilik, dan bola itu memberi jawaban 'bantal'. Langsung saja Daehan memeriksa bantalnya, senyumnya mereka ketika mendapati kalung itu yang ternyata benar-benar ada di dalam sarung bantal miliknya.
"Ketemu!" seru Daehan sambil berbisik.
"Daehan masih di kamar, Ma?" tanya Mingrui yang kini terlihat sangat lapar di meja makan.
"Sebentar lagi dia kemari," jawab Nayeon seadanya. Kembali dengan nada lembut dan tenangnya.
Dan benar saja, beberapa saat kemudian Daehan datang dan langsung menduduki kursi kosong di hadapan Mingrui tanpa mengatakan apapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Satan's Sacrafice | Gou Mingrui
SpiritualCerita ini hanyalah fiktif belaka dan tak ada sangkut pautnya dengan kehidupan asli tokoh di dunia nyata. Apabila ada kesamaan nama, latar, dan alur dengan cerita lain, itu semua adalah unsur ketidaksengajaan. Harap bijak dalam membaca, terima kasih...