Twenty Two

126 17 0
                                    

Hai! Aku balik lagi hehe. Walau di akhir ada kabar buruk :(( Enjoy 💜

Di dalam kamarnya, Jisu menangis tersedu-sedu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Di dalam kamarnya, Jisu menangis tersedu-sedu. Meluapkan semua kesedihan yang selama ini ia pendam. Begitu banyak hal yang menimpanya kurang dari satu minggu ini. Dimulai dari perceraian kedua orangtuanya. Kekecewaan sang adik dengan tuduhan yang tak mengenakkan padanya. Sekarang? Putus dari sang kekasih yang selama lima tahun ini menemani hari-harinya. Lengkap sudah kesedihan yang menimpa gadis bermarga Choi tersebut.

"Mengapa? Mengapa harus sesakit ini?" Jisu terus menangis, melupakan fakta akan tangisannya yang bisa mengganggu tetangga.

Pertemuannya dengan Hyunjin beberapa waktu lalu memberikan pengaruh yang cukup besar pada hatinya. Di satu sisi ia merasa lega karena akhirnya bisa bebas dari belenggu hubungan yang membuat luka di hatinya semakin dalam. Namun di sisi lain ia juga sedih, kecewa, kesal, dan marah karena Hyunjin lebih memilih selir hatinya dibanding dirinya yang sudah menemani pria itu hampir lima tahun lamanya.

"Kau jahat, Hyunjin. Kau jahat..." Sekeras apapun Jisu memaki pria itu, tetap saja takkan pernah terdengar olehnya. Namun setidaknya makian yang ia keluarkan dapat mengurangi beban yang memenuhi relung hati.

Jisu mendongak dan matanya terfokus pada sebilah pisau yang terletak di counter dapur. Perlahan ia bangun dan melangkah mendekat. Diraihnya pisau itu dan Jisu menatap lekat mata pisau yang terlihat sangat tajam tersebut. Ia tertawa hambar dan menyentuhnya pelan.

"Apa yang akan terjadi jika mata pisau ini menggores pergelangan tanganku?" Gumamnya yang mulai mendekatkan benda tajam itu ke pergelangan tangan, tepatnya pada area nadi.

"Akankah ada seseorang yang peduli dan menyembuhkan lukaku?" Lagi, Jisu kembali terisak. Hingga sebuah bayangan melintas dalam relung pikirnya.



Promise me, you will be happy even if you breaking up with him sooner or later





Prang...





Pisau dalam genggamannya jatuh seketika, saat ucapan pria itu kembali terngiang. Benar, Jisu tidak boleh menyerah, ia harus tetap kuat menghadapi semua ini. Masih banyak hal yang harus ia lakukan. Masih ada orang yang harus ia bahagiakan. Masih banyak masalah yang harus ia luruskan. Jika ia berhenti sampai disini, maka ia hanya akan menambah kesedihan orang-orang terdekatnya.

"Benar, aku tidak boleh menyerah! Aku wanita kuat!" Menyemangati diri sendiri adalah hal yang bisa Jisu lakukan saat ini. Memang awalnya terasa berat. Namun Jisu yakin semua akan indah pada waktunya.




Ting! Tong!




Jisu sedikit tersentak oleh bunyi bel yang tiba-tiba. Menghapus cepat jejak air matanya, Jisu melangkah menuju pintu dan langsung memeriksa intercom. Matanya melebar sempurna saat mengetahui siapa sosok di balik pintu.

Behind The Closed Door (Jinverse & Soolia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang