[30] ARZEGAS

43.5K 1.7K 37
                                    

Alvarez sampai di rumah, Razella yang melihat wajahnya babak belur tampak terkejut, Razella pun segera menghampirinya, "Alvarez, Lo kenapa?"

Alvarez duduk di sofa ruang tengah, ia meringis dan menatap Razella.

"Ada orang asing yang ngejar gue, minta kartu memorinya sampe mukulin gue. Gue tau Lo butuh banget, makanya gue kasih kartu memori punya gue aja, bukan yang punya Lo."

"Arzegas dateng pas gue hampir jatoh dari tangga, dan Arzegas minta kartu memorinya, akhirnya gue kasih."

"Benar Arzegas yang minta Lo nyari kartu memori itu?" Tanya Alvarez, dan Razella mengangguk.

"Rez, maafin gue ya? Gara-gara gue Lo jadi kayak gini,"

"Yaelah santuy, gini doang nanti juga sembuh," sahut Alvarez, namun Razella masih menatap Alvarez dengan penuh rasa bersalah.

"Biar gue obatin," ujar Razella, dan Alvarez mengangguk, Razella pun pergi untuk mengambil kotak p3k.

Alvarez mengeluarkan kalung itu dari saku jaketnya, lalu menghela napas lirih, dan ia kembali mengantungi kalung pemberian Arzegas.

**

Arzegas meminjam Laptop milik Harry, ia memasukan kartu memori itu ke Laptop dan membuka file yang ada. Harry dan Arzegas menonton video yang berdurasi 37 menit itu. Arzegas mempercepat Videonya sampai terpampang Yosep yang memasuki dapur dan nenghampiri Sophia.

Mereka dapat melihat Yosep memberikan bubuk putih di dalam plastik klip kecil. Sophia nampaknya ragu, namun Yosep meyakinkan hingga Sophia mengangguk. Arzegas mengusap kasar wajahnya.

"Ini karma di dalam karma," gumam Harry yang membuat Arzegas menoleh.

"Kau membunuh keluarga Razella, dan sekarang kedua orang tuamu dibunuh orang lain, lalu orang lain yang membunuh orang tuamu telah terbunuh olehmu. Siap-siap kau terbunuh oleh orang lain lagi," lanjut Harry.

Arzegas sedikit tidak mengerti, namun pada akhirnya ia paham, Harry membicarakan karma yang saling berkaitan dan takkan pernah berhenti.

"Jika kau melaporkan hal ini ke polisi, maka kau akan ikut terseret," ujar Harry lagi, Arzegas pun menyandarkan tubuhnya di kursi. Wajahnya terlihat dingin, namun sorot matanya terlihat gusar.

"Tidak ada jalan untukmu, Arzegas Luceryst," gumam Harry, lalu pria itu memasuki kamarnya. Arzegas terdiam cukup lama di sana, ia benar-benar tidak mendapat ide apa pun tentang menghukum Yosep selain membunuh.

**

Arzegas tengah bersembunyi di ruang bawah tanah di rumah Harry, sementara Harry tengah menghadapi anak buah Yosep yang entah kenapa bisa mencari Arzegas kerumahnya. "Arzegas Luceryst!! Keluar kau!"

Arzegas memaki dalam hati ketika orang-orang itu sudah memasuki rumah ini, dapat ia dengar suara pintu yang berusaha dibuka paksa, ia pun dengan sigap meraih pisau lipat yang selalu ia bawa di celananya.

Arzegas dengan jantung berdebar bersiap-siap di dekat pintu, ia siap bertarung saat ini.

Brak

Pintu itu terbuka, sontak Arzegas mendekati kedua pria itu dan menusuk mata salah satu si pria, lalu menebas bagian leher pria yang satu lagi, suara teriakan si pria pertama membuat anak buah Yosep yang lain datang. Arzegas berkelahi dengan empat orang sekaligus.

Arzegas berulang kali terkena pukulan dan bahkan terkena sayatan benda tajam. Arzegas menyerang leher orang-orang itu, berharap pisaunya mampu memutuskan urat nadi.

"Aaarghh."

Kepala Arzegas tertoleh ketika mendengar suara teriakan kesakitan Harry. Arzegas dapat melihat bagaimana dua pria lain memegangi kedua tangan Harry, dan satu orang menusuk dada Harry.

ARZEGAS || Perfect Demon [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang