[43] ARZEGAS

34.3K 1.4K 23
                                    

Xander memasuki kamar rawat Alvarez, terlihat Alvarez yang tengah duduk di atas brankarnya sambil bermain game di ponselnya.

Alvarez mengerutkan dahinya saat melihat orang kepercayaan Arzegas ada di sini, "ada apa?"

"Di mana ibumu?" Tanya Xander, Alvarez terdiam sejenak menatapnya.

"Makan malam di kantin rumah sakit, buat apa menanyai ibuku?"

Xander menggeleng kecil, lalu ia menaruh dua cup kopi di atas nakas, "untukmu dan ibumu, jangan terlalu sering keluar kamar, jika butuh makanan panggil penjaga di luar."

"Hm Terima kasih," sahut Alvarez, lalu Xander membalikan tubuhnya hendak pergi.

"Gimana kalau kita ngopi berdua? Ibuku masih lama kayaknya," tanya Alvarez yang membuat Xander menghentikan langkahnya.

"Untukmu dan ibumu," gumam Xander, lalu keluar dari kamar rfawat tersebut. Alvarez menghubungi ibunya berulang kali, namun tak ada jawaban, ia pun menuruni brankarnya, berjalan menuju pintu.

Alvarez tidak melihat satu orang pun di depan kamar rawatnya, membuatnya bingung dan cemas, ia pun membuka pintunya, ia dapat melihat Xander yang datang menghampirinya dengan tatapan dingin.

Napas Alvarez mulai memburu hebat, lalu menyembunyikan ponselnya di belakang tubuhnya, ia memundurkan tubuhnya ketika Xander terus mendesaknya hingga kembali memasuki kamarnya.

Blam

"Apa?" Alvarez berusaha untuk tenang.

Trak

"Ahk!" Pekik Alvarez ketika Xander menarik selang infusnya hingga terlepas paksa dari kulitnya, darah pun keluar dari tangan Alvarez.

"Nampaknya kau bisa membaca situasi," desis Xander, lalu ia dengan gesit menendang tubuh Alvarez hingga terjatuh ke lantai, ia hendak meraih kerah Alvarez, namun Alvarez segera menendang dadanya hingga ia menjauh.

"Arghhh sialan!" Maki Alvarez ketika Xander berhasil membenturkan tubuhnya ke dinding, ia pun mengunci leher Xander dengan lengannya, membuat Xander tercekik.

"Ada kata-kata terakhir?" Desis Xander yang kesulitan bernapas, membuat Alvarez bingung, ia pun melirik paha kanannya terasa ada yang menusuk, terlihat tangan kiri Xander yang memegang suntikan dan di arahkan ke pahanya. Alvarez terkejut bukan main.

Cklek.

Keduanya menoleh ke Arah pintu, Xander yang lengah pun kehilangan suntikannya, karena Alvarez yang merebutnya.

"Aaarghhh." Xander semakin kesulitan bernapas.

"Jangan mendekat brengsek!" Maki Alvarez pada Yuka yang baru saja datang, Yuka membenarkan sarung tangan hitamnya, membuat jantung Alvarez berdegub dengan keras karena ketakutan.

"Kenapa kalian melakukan ini?" Tanya Alvarez.

"Karena kami ingin kau mati," sahuf Yuka.

"Kalau kau mendekat, aku akan menyuntikan ini," ujar Alvarez mengancam, ia tahu suntikan itu berisi cairan berbahaya.

Wajah Xander sudah pucat karena cekikan Alvarez, namun Alvarez tak menghentikan itu.

"Jika Xander mati, maka kau akan mati di tanganku."

Napas Alvarez mulai memburu, ia benar-benar ketakutan sampai tak tahu harus menjawab apa lagi, "setidaknya katakan kenapa aku harus mati?"

Yuka mengeluarkan pisau lipatnya, "memusnahkan keluarga Luceryst."

Tangan Alvarez terlihat gemetar, namun cekikannya tak mengendur dari leher Xander.

"Menyerahlah, kau akan segera mati walau memberontak," ujar Yuka.

ARZEGAS || Perfect Demon [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang