[23] ARZEGAS

47.6K 2.3K 92
                                    

Pagi-pagi sekali Razella kembali dari apotek, tanpa menyapa teman-temannya ia langsung memasuki kamar dan menguncinya dari dalam, sesekali ia tersandung kakinya sendiri karena terburu-buru.

Razella mengeceknya pagi itu menggunakan tespack, jantungnya berdebar ketika menunggu garis itu terlihat nyata, dan jantungnya semakin terasa sakit ketika berdebar semakin keras, sampai akhirnya ia terduduk di atas closet yang tertutup ketika melihat garis dua muncul di testpack tersebut.

"G-gak mungkin," lirih Razella dengan suara gemetar, ia merasa malu pada dirinya sendiri, ia malu ketika mengandung anak dari pembunuh keluarganya. Bagimana reaksi teman-temannya jika mereka tahu?

"Astaga Razella, lo memang bodoh." Razella menangis lirih, mengabaikan rasa peningnya yang sejak tadi menyerang kepalanya.

**

Razella keluar dari kamarnya untuk makan siang, sebab ia telah melewatkan sarapan pagi karena merasa mual. Alvarez sudah pergi kuliah, menyisakan ia, Nathan, dan Killian di rumah itu.

"Aku kuat gak makan seharian, tapi karena ada kamu, aku rela maksain makan siang ini," gumam Razella hanya ia yang dapat mendengar.

Razella terpikirkan soal bayinya, bahkan ia terus berpikir bagaimana kehidupannya dan bayinya jika sudah lahir? Ia takut hidup dalam kesengsaraan, atau mungkin jika Arzegas tau pria itu akan marah dan memukulnya lagi.

Entahlah, pikiran Random Razella terus tertuju pada hal buruk, padahal pikiran itu tak baik untuk kesehatannya.

Razella melihat hanya ada sup ayam di sana, ia pun memakan sup ayam dengan nasi, Razella memaksakan makan walau hanya beberapa suap.

"Ra, hari ini gue harus pulang," ujar Killian seraya menghampiri Razella.

"Kenapa? Ada hal mendesak?"

"Gak terlalu penting buat gue, tapi nyokap gue minta anter ke rumah sakit, adik gue sakit."

Razella mengerutkan dahinya, "adik?" Tanyanya, sebab yang ia tahu adik laki-lakinya Killian telah meninggal dunia karena karena kecelakaan mobil bersama ayahnya.

Killian terdiam sejenak, lalu ia tersenyum kecil, "nyokap gue adopsi anak, dia seumuran Razkal," sahut Killian, Razkal adalah adiknya yang sudah meninggal 3 tahun yang lalu.

"Oh bagus kalau gitu, biar nyokap lo gak kesepian lagi," sahut Razella, dan Killian mengangguk. Killian memperhatikan wajah Razella dari samping, wajah yang sendu dan mata yang sembab, tidak ada pewarna bibir, yang ada hanya kulit pucat.

Killian menaruh punggung tangannya di dahi Razella, membuat Razella menyingkirkan tangan itu, "gue baik-baik aja."

"Lo demam," gumam Killian.

"Ini bakal sembuh."

"Gue antar ke rumah sakit sekarang."

"Gak perlu, lo pergi aja." Razella menolak seraya beranjak dari kursi, ia membawa mangkukmya dengan tangan gemetar.

Napasnya mulai memburu hebat, ketika ia sampai di wastafel, tubuhnya tiba-tiba limbung dan terjatuh, menyebabkan mangkuk itu pecah menimbulkan suara nyaring. Killian yang melihat itu terkejut, ia menghampiri Razella dan berusah membangunkan Razella, namun hasilnya nihil.

Killian segera membawa Razella ke rumah sakit dengan mobilnya, bahkan ia mengabaikan Nathan yang bertanya ada apa dengan Razella.

Dan siang itu, Killian membawa Razella ke rumah sakit seorang diri. Razella diperiksa oleh dokter di UGD, sementara dirinya menunggu di luar dengan raut wajah cemas. Tak lama seorang dokter keluar dan meminta Killian untuk menemuinya di ruangan khusus yang terpisah dengan UGD.

ARZEGAS || Perfect Demon [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang