[07] ARZEGAS

63K 2.7K 37
                                    

Entah sudah jam berapa ini, Razella hanya bersimpuh di atas lantai yang kotor sambil memandang pintu coklat di hadapannya, ia sudah tidak memiliki kekuatan apapun untuk mengedor pintu atau berteriak, semua tubuhnya terasa sakit, untung rasa sesak itu telah mereda.

Razella pasrah, membiarkan apa yang akan terjadi padanya hari ini dan seterusnya. Razella menyerah, mungkin memang seperti ini jalan hidupnya.

Tak lama kemudian pintu ruangan itu terbuka, Bibi Alice datang dan menatap Razella dengan tatapan cemas, ia menaruh semangkuk bubur di hadapan Razella.

"Nona, maafkan bibi," lirih Bibi Alice seraya membersihkan noda di lengan Razella dengan tangannya.

"Nona harus sarapan, semalam Nona tidak makan malam,"

"Iya bi, nanti aku makan," sahut Razella.

"Apa Nona benar-benar tidak bisa duduk?" Tanya Bibi Alice, dan Razella tersenyum kecil. Razella pun mengubah posisinya menjadi duduk, duduk bersandar pada dinding.

Razella meringis terus. "Gak apa-apa, aku baik-baik aja," sahut Razella dengan suara pelan, lalu matanya menatap Yura yang berdiri di ambang pintu.

"Apa aku suruh bibi buat kasih dia makan?" Tanya Yura yang membuat Bibi Alice terkejut.

"M-maaf Nona, tapi Nona Razella harus makan," ujar Bibi Alice seraya beranjak dari posisinya dan berdiri sambil menunduk.

"Jangan kasih dia makan, biar dia mati kelaparan," gumam Yura seraya meraih mangkuk bubur dan segelas air.

"Kamu pikir semua ini milik kamu?" Tanya Razella dengan suara pelan, dan Yura tersenyum kecil.

"Dan ini pun bukan milik kamu, sialan."

"Kamu cantik, Yura. Seperti wanita berkelas, tapi sayang, nyatanya kamu cuma penjilat, ah kamu juga hidup dari uang yang bukan hak kamu-"

Pluk

Ucapan Razella terhenti ketika bubur itu mengenai wajah dan rambutnya, dengan segera Razella menyingkirkan bubur panas itu dari wajahnya.

"Kamu gak tau apa-apa, jangan banyak bicara," desis Yura, lalu menyiramkan air ke rambut Razella.

"Kelakuan kamu benar-benar kayak sampah," gumam Razella, membuat Yura kesal dan melempar gelas itu ke wajah Razella hingga pecah, sementara Razella tampak terkejut, darah sudah menetes dari dahinya yang robek.

"Tutup mulut kamu, sialan," desis Yura, lalu menarik Bibi Alice keluar dari sana.

"Biar aku yang pegang kuncinya," ujar Yura di depan sana, lalu tak lama pintu itu pun terkunci.

Razella menghela nafas lirih, ia tahu Yura akan menyakitinya jika ia terus menyerang Yura dengan sarkas. Namun sungguh, ia tidak mau Yura melihatnya sebagai seorang perempuan lemah yang terima diperlakukan seperti itu, Razella hanya ingin melawan semampunya.

**

Alvarez tampak melamun di kursinya, ia tidak tahu harus dengan cara apa lagi untuk datang ke rumah Arzegas dan menjemput Razella.

"Rez, tapi kak Razell baik-baik aja kan?" Tanya Aziel, teman sefakultasnya.

"Gak tau, semoga aja baik-baik aja. Kita bener-bener gak dapet kabar soal kondisinya, terakhir dia telpon Killian sih masih baik-baik aja."

"Apa kalian atau kak Razell punya masalah besar sama Arzegas?"

Alvarez mendengus kecil. "Ya, tapi gue gak bisa cerita, ini masalahnya kak Razell."

"Coba telpon nomor yang dipake kak Razell buat telpon waktu itu," saran Aziel.

"Gak pernah ada jawaban, tapi biar gue coba lagi sekarang," gumam Alvarez, lalu ia meraih ponselnya di atas meja, sementara Aziel menikmati minuman segarnya

ARZEGAS || Perfect Demon [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang