05. Blue Lake

920 135 27
                                    

Selain Tugu Jogja, tempat paling ikonik di daerah istimewa berslogan Jogja Never Ending Asia ini adalah Malioboro.

Malioboro kerap menarik banyak para pelancong; entah itu dari masyarakat setempat, wisatawan domestik, hingga non-domestik.

Jalanan Malioboro selalu ramai, rupa-rupa jajanan amat beragam, banyak pedagang yang bangga menjajahkan karya seni lokal, apalagi aneka oleh-oleh mulai dari pakaian sampai pernak-pernik seperti gantungan kunci, tumpah ruah sudah.

"Tadi subuh aku ikut kuliah subuhnya suami kamu di masjid, Asmara. Gila, keren banget! Penjelasannya nggak berbelit. Mudah dipahami," curhat Kumala pada Asmaraloka di sela perjalanannya ke Malioboro dengan mobil SUV yang dikemudikan Nada.

"Kelihatannya ibu-ibu juga pada suka kajian kuliah subuhnya suami kamu, nggak pada ngantuk soalnya," imbuhnya.

Biasanya Asmaraloka juga ikut mendengarkan kuliah subuh Alzam di masjid yang memang jaraknya dekat dengan rumah, tapi dari beberapa hari lalu dia absen sebab lagi libur sholat.

Kumala dan Asmaraloka tinggal di kompleks perumahan yang bertetanggaan. Gadis berhijab biru langit ini sengaja bela-bela jamaah subuh di Masjid Al-Huda yang jauh dari rumahnya itu untuk mendengarkan kuliah subuh Alzam, bisik-bisik para tetangga kompleks perumahan, isi pengajian subuhnya katanya sangat bagus, karena itu dia penasaran.

Sudah seminggu Alzam ikut mengisi pengajian di Masjid Al-Huda setelah diajak oleh Pak Kiyai Umam yang menjadi tokoh agama di Masjid Al-Huda. Dia kini rutin mengisi kajian kuliah subuh. Membawakan pembahasan pada kitab Nashoihul Ibad karya Syekh Imam Nawawi al-Bantani, tentang kajian petuah-petuah bijak.

"Suami kamu itu keren banget, Asmara. Beruntung banget deh kamu dapat dia. Aku jadi ngiri,"omong Kumala sembari menduil bahu Asmaraloka yang duduk di sampingnya di kursi belakang pengemudi.

Di depan, Nada yang tengah menyetir ikut menyahut, "Ya moga kamu berjodoh sama Ustadz Bahlul."

Sekonyong-konyong, Kumala melotot mendengar ledekan Nada. Maaf, dia tidak terima didoakan berjodoh dengan Ustadz Bahlul--orang gila yang sering berkeliaran di sekitaran kampus yang selalu memakai baju koko dan kupluk putih.

Di tempatnya, Asmaraloka menahan geli di saat Kumala menimpali Nada dengan sebal, "Doa buat orang lain itu yang baik-baik, Nad. Nanti balik ke kamu gimana?"

"Ck! Itu nggak mungkin," cicit Nada.

"Mungkin. Apa sih yang nggak mungkin bagi Allah. Tinggal kun fayakun, jadilah kamu jodohnya Si Ustadz Bahlul."

"Halah! Nggak mungkin. Allah nggak sekejam itu mau jodohkan aku sama lelaki begituan," bela Nada. Spontan mendapat dengkusan Kumala.

Asmaraloka malas ribut perkara candaan itu, dia beringsut menatap pinggiran jalan lewat kaca mobil. Tiba-tiba melamunkan Alzam.

Alzam itu seorang penghafal al-Quran, menguasai ilmu tafsir, bahkan sampai qiroah sab'ah pun dia menguasai, bacaan kitab kuningnya juga hebat, tak heran memang kalau Abah Rais sangat membanggakan santrinya satu ini. Pun begitu dengan kedua orangtuanya yang memiliki pesantren cukup besar di Cilacap. Awalnya kedua orangtua Alzam mengharapkan dia yang menjadi penerus karena selain ilmunya yang mumpuni itu, dia juga anak lelaki tertua, lalu memiliki kharismatik pemimpin.

Lelaki sawo matang ini, Asmaraloka akui kalau ... dia amat spesial.

Untuk saat ini, Asmaraloka mau jujur kalau Alzam itu memang amat spesial.

Entah alasan apa yang membuat Abah Rais dulu memilih Alzam atas perjodohan kemarin. Lelaki sespesial Alzam tidaklah pantas buat bersanding dengannya yang urakan, berhijab saja dirinya ini atas paksaan Papa, memutuskan berhijab sehari sebelum menikah.

Asmara-phileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang