25. Asmara-phile

584 87 9
                                    

Asmaraloka tahu, apa itu akhiran phile. Adalah sebuah kata yang berasal dari bahasa Yunani, philos yang berarti mencintai. Kalau dalam ilmu psikologi, phile adalah sebuah istilah untuk menunjukkan sebuah kesukaan, kegemaran, atau kecintaan seseorang pada hal yang ada di sekitarnya. Seperti; selenophile adalah penyuka bulan, pluviophile adalah pecinta hujan, chymophile adalah pecinta ombak, logophile adalah penikmat kata-kata, retrophile adalah penyuka sesuatu yang bergaya retro, hingga autophile yang adalah penyuka kesendirian, dan masih banyak lagi.

Namun yang satu ini, yang barusan Asmaraloka dengar dari Kangmas-nya adalah jenis phile yang belum pernah dirinya ketahui. Asmara-phile? Mungkinkah itu--

"Pecinta Dek Asmara. Kangmas adalah seseorang yang mencintai Dek Asmara. Penyuka Dek Asmara. Dan apa pun hal-hal yang menyangkut Dek Asmara," jelas Alzam mendapat istrinya ini justru terdiam bingung.

Atas kesaksian itu, rona wajah Asmaraloka berubah merah. Pipinya yang masih basah oleh air mata pun menghangat. Dengan jantungnya yang tetiba berdebar rancu, dia memalingkan wajah kembali lurus ke depan.

"Aku benar-benar menyukai semua hal tentangmu, Dek. Kamu amat berharga buat Kangmas; dari kemarin-kemarin, esok lusa, sekarang, selamanya."

Kesaksian Alzam menyembulkan rasa haru yang tak bisa dibendung Asmaraloka. Sejenak, pikirannya ditarik pada momen malam itu, pra-kecelakaan beruntun yang terjadi padanya bersama Kumala, dia merencanakan menanyakan perkara bagaimana perasaan Alzam untuknya  yang pada akhirnya sampai saat ini tak pernah dirinya tanyakan sebab terlalu merasa tak pantas atas keadaannnya.

Namun, detik tadi, semuanya menjelas tanpa susah payah dirinya pertanyakan; Kangmas-nya sudah mencintainya, bahkan apa tadi, mengklaim menjadi seorang asmara-phile? Ah, Ya Allah, istilah asmara-phile yang keluar dari mulut Kangmas-nya ini sungguh membuatnya terlampau bahagia, lebih memabukkan melebihi gombalan manis apa pun.

Tapi tunggu, sungguhkah Kangmas-nya ini mau menerimanya yang cacat?

Sekejap, rasa haru yang mengawang digantikan kabut kekhawatiran. Bibir Asmaraloka bergetar untuk memastikan sesuatu.

"Tapi ... cacat ...."

Sudah diduganya, Asmaraloka tak akan seluluh itu menerima kesaksian cintanya tanpa ada sebuah penyangkalan. Alzam paham benar, penyebab istrinya ini mendadak meminta cerai, tentu saja bukanlah soal ingin tahu seberapa cinta dirinya ini untuk Asmaraloka, melainkan tentang Asmaraloka merasa tak pantas untuknya karena menganggap dirinya cacat dan merepotkan.

"Dek," sebut Alzam, usai pelukannya dia urai, beralih posisi menghadap Asmaraloka.

"Cacat itu kalau apa yang sedang singgah di diri Dek Asmara saat ini nggak bisa disembuhkan. Kamu nggak cacat. Kamu bakalan segera sembuh, Dek." Kedua tangan Alzam mengulur untuk menggenggam sepasang tangan Asmaraloka.

"Tapi ... kalo ... enggak?" tanya Asmaraloka, masih dengan deraian kekhawatiran.

"Sungguh, itu tak akan jadi masalah buat Kangmas. Aku akan terus berada di sisi kamu, tak peduli apa pun." Seulas senyum singgah di bibir Alzam seiringan genggaman tangannya kian erat, sebagai upayanya untuk menenangkan dan meyakinkan istrinya yang tengah putus asa ini.

"Kenapa ... begitu ...?"

Bukan langsung menjawab, lelaki sawo matang ini justru bergeming menatap dalam mata kelam Asmaraloka yang kehilangan pendar semringahnya. Hatinya ikut merasa perih bak disayat sembilu melihat betapa berantakannya kepercayaan Asmaraloka pada keadaan yang ada.

Andai bisa bertukar keadaan, dia pastilah akan menukar afasia broca yang ada pada Asmaraloka untuk bersarang di dirinya ini. Andai diberi kesempatan menukar posisi, dia akan senang hati menukar posisinya di malam itu, saat pra-kecelakaan beruntun, agar dirinya saja yang celaka sekalipun sampai beresiko mati di tempat.

Asmara-phileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang