27. Berkunjung ke Cilacap

472 73 22
                                    

Begitu tiba di Cilacap, Taz langsung menjadi rebutan Alwa dan Lubab.

Alwa adalah adik bontot Alzam. Kelas 6 SD. Sedangkan Lubab adalah keponakan Alzam, usianya 5 tahun, putra dari adik pasnya, Aisyah.

Jauhar dan Hannah memiliki 4 buah hati. Anak pertama adalah Alzam, anak kedua adalah Aisyah, anak ketiga adalah Adnan, dan anak bontotnya adalah Alwa.

Aisyah sudah menikah beberapa tahun lalu mendahului Alzam. Dia menikah dengan seorang putra kyai Pekalongan dan menetap di sana, mengikuti perjuangan suami yang memangku pesantren milik abahnya. Buah hatinya sudah 2; yang pertama Lubab dan yang kedua Hayfa, baru berusia 18 bulan.

Kebetulan Aisyah bersama keluarga kecilnya itu sedang menginap di Cilacap, jadi sekaligus bisa temu kangen dengan Alzam dan Asmaraloka.

Saat Alwa dan Lubab sibuk meledeki Taz dengan gemas cubit pipi dan mengelus-elus punggung kucing gendut manja itu, Asmaraloka ikut sibuk dengan gemas mengelus pipi Hafya yang tengah diemban Aisyah.

"Mau emban Hafya, Mbak?" tawar Aisyah, "Tenang. Hayfa anteng sama siapapun, selagi dia lagi nggak kehausan asi."

"Boleh ...," sahut Asmaraloka sembari mengembangkan senyum dengan lebarnya. Sesaat ke depan, mengambil alih tubuh Hafya yang kecil gendut.

Dan ternyata benar. Hafya anteng dalam embanannya. Bahkan sesekali dia juga tersenyum, tertawa, saat diledeki Asmaraloka dengan dicium-cium pipi montoknya.

"Udah pantes jadi ibu loh, Mbak," ledek Aisyah yang berada di samping Asmaraloka.

Dia yang tengah mengemban Hafya ini nyengir lebar. Sebenarnya dia juga sudah ingin memiliki momongan, tapi dia harus mengenkan keinginannya itu sampai dirinya sembuh total dari afasia motoriknya, agar nanti bisa leluasa berkomunikasi dengan si kecil.

"Kangmas ...," panggilnya begitu mendapati Alzam bergabung bersamanya dengan Aisyah.

Lelaki sawo matang itu mendekati Asmaraloka, menatap gemas binar mata Hafya yang tengah tersenyum lebar ke arahnya, membuatnya secara otomatis mengikis jarak dengan mencium pipi tembam Hafya.

"Imut ...," ujar Asmaraloka saat Alzam puas menciumi keponakan kecilnya itu.

"Iya. Imut banget, kayak kamu," ledek Alzam, mendapat deheman Aisyah dan belalakan mata Asmaraloka.

"Taz," panggil Alzam setelahnya, begitu melirik ke arah lain, malah mendapati Taz kabur dari Alwa dan Lubab yang terus-terusan menjadikannya mainan hidup yang terlalu menggemaskan; ditoel-toel, dicium, digaruk-garuk, bahkan hampir saja ditunggangi Lubab, hingga mengeong untuk merajuk; memangnya aku kuda, mau ditunggangin gitu?--begitulah jika saja diterjemahkan ke bahasa manusia.

Taz mendekati Asmaraloka. Mendusel kaki jenjang Asmaraloka.

"Kucingnya kayaknya cemburu, Mbak," komentar Aisyah sembari terkikik geli mendapati Taz tidak lagi menduseli Asmaraloka, melainkan beralih sebelah kakinya terangkat, menepuk-nepuk kaki Asmaraloka yang tertutup gamis warna lilac.

"Taz ... kamu cemburu?" Asmaraloka meledeki Taz seraya mengesun Hafya, memanas-manasi Taz.

"Meong. Meong."

Aisyah dan Asmaraloka tergelak tawa mendapati meongan Taz.

"Kayaknya bukan cemburu, tapi dia lapar, minta makanan yang banyak biar kenyang dan tambah endut," sangkal Alzam sembari berjongkok, mengelus kepala Taz.

"Meong. Meong."

Kini giliran Taz ngedusel ke arah Alzam.

"Lapar ya?"

Asmara-phileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang