26. Hadiah

477 71 3
                                    

Hidup ini memang seperti ini. Kadang kita begitu mengkhawatirkan sesuatu, seolah-olah akan datang hal begitu buruk di depan kita. Membuat kita ketakutan akan apa yang ada di depan sana yang bahkan belum kita lihat selubang semutpun. Padahal, saat akhirnya kita lalui, nyatanya tak seburuk yang dibayangkan atau bahkan tak ada buruk-buruknya sama sekali.

Layaknya Asmaraloka. Belum lama ini dia begitu takut akan apa yang ada di depan sana. Takut akan kemungkinan dirinya tak akan sembuh dari afasia yang akhir-akhir ini berbenalu dalam dirinya. Takut jikalau kenyataannya Alzam merasa begitu terbebani atasnya dan merasa tak bisa hidup bahagia bersamanya. Hingga menyembullah ajakan cerai sebagai solusi.

Hingga akhirnya, satu persatu rasa kekhawatiran Asmaraloka terjawab; mulai dari pernyataan cinta Alzam secara lisan seperti yang dirinya inginkan selama ini dan sekarang tentang perkembangan dirinya dalam berbicara yang mulai bisa mengucapkan 2 kata tanpa terputus.

Ternyata di depan sana tidaklah seburuk yang dirinya kira sebelumnya hingga muncul overthinking. Justru di depan sana yang tengah dirinya tapaki ini, begitu indah nan mengagumkan.

Terlampau bahagia, Asmaraloka langsung menangis menyadari kemajuan berbicara yang dirinya miliki setelah dipancing Alzam dengan pertanyaan, "Kamu sadar sesuatu nggak? Tadi, kamu udah bisa bicara 2 kata tanpa terputus, Dek."

Begitu sadar, dia langsung bersingsut memeluk Alzam dan menangis tanpa suara seperti detik ini seraya mengeja syukur berulang-ulang dalam benak.

"Kamu hebat, Dek. Usaha kamu pasti nggak akan sia-sia. Kamu akan segera sembuh," ujar Alzam sembari mengelus punggung istrinya. Dia ikut menangis haru.

Tangisan Asmaraloka kian pecah mendengar suara bariton suaminya. Dia mendadak mengingat hal-hal di belakang sana yang berisi keputusasaannya, bahkan sempat membuatnya menjauh pada Sang Pencipta. Saking putus asanya, hingga pernah dia sehabis solat tidak lagi mengadahkan doa karena berpikiran buat apa doa, toh gini-gini aja. Dia melupa pada janji-Nya bahwa setiap doa yang dilambungkan, tak akan berakhir dengan hasil yang kosong.

Kini dia mulai sadar lagi tentang bagaimana dahsyatnya sebuah doa yang bahkan bisa menjadikan hal yang tak mungkin menjadi mungkin atas kuasa-Nya. Sebuah doa yang bisa merubah seseorang, bahkan segala isi semesta.

Begitu dahsyatnya doa, hingga dia terpekur pada senyap tentang kehadiran Kangmas-nya dalam hidupnya adalah sebuah keajaiban.

Sebuah keajaiban yang barangkali adalah jawaban atas lambungan doa-doa Papa-nya yang begitu menginginkan dirinya memiliki teman hidup yang bisa membawanya melangkah lebih dekat ke arah-Nya. Atau barangkali juga jawaban doa Mama-nya saat masih hidup. Atau barangkali justru jawaban doa dari orang lain.

"Mau hadiah apa?" tawar Alzam begitu pelukan mereka terurai.

"Hadiah?" Kedua tangan Asmaraloka sibuk mengelap sisa air mata yang membasahi pipinya.

"Hm, hadiah. Karena kamu udah melakukan hal amat hebat hari ini," jelas Alzam seraya ikut menyeka sisa air mata Asmaraloka di sudut mata.

Tidak otomatis menjawab, Asmaraloka bergeming menatap suaminya yang kedua matanya masih kentara merah sebab tadi ikut menangis. Sebelah tangannya terulur menyentuh punggung tangan Alzam yang tengah menyeka sisa air matanya. Membuat pinta, "Katakan cinta ... padaku .... "

Bibir Alzam mengulum senyum mendengar jenis jawaban istrinya itu. Dia menuntaskan menyeka sisa air mata, lantas menumpukan pancaran matanya ke pendaran manik kelam Asmaraloka yang penuh harap.

"Aku cinta kamu, Istriku," saksinya, mengelus sebelah pipi Asmaraloka.

"Saat hari-hari awal aku jatuh cinta padamu, aku didera rindu tanpa jeda olehmu, bahkan ketika sedang bersama dengan jarak yang amat dekat, aku selalu merindukanmu. Saat aku sibuk di kampus dan kamu juga sibuk dengan kegiatan praktik klinik keperawatan, aku sangat konyol dengan sering memeriksa ponsel, berharap kamu memberiku pesan singkat seperti mungkin 'Kangmas udah makan siang?' atau telepon yang kadang kamu suka ngeluh 'aku capek, Kangmas'."

Asmara-phileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang