A Short story written by Syifa Rana Andira _bakayarou
SMPN 3 Cikarang SelatanLaut, satu kata namun mengandung begitu banyak kejutan di-dalamnya. Inilah dia Pelukis dari Pesisir Pantai. Kisahnya dimulai dari seorang teman jauh yang berkunjung ke rumah anak laki-laki bernama Laut yang terletak dipinggi pantai, sang teman yang bernama Bintang berkunjung ke rumah Laut untuk sekedar melepas rindu yang menyelimuti diri. Laut menyambut dengan hangat kedatangan jauh Bintang. Pertemuan keduanya dimulai dari mengobrol ringan, bersenda gurau, juga bermain ke tepi pantai.
Semua hampir usai hingga saat dimana Bintang menunjukkan koleksinya kepada Laut, dibawanya sebuah majalah yang menunjukkan karya-karya dari berbagai seniman terkenal. Banyak sekali karya menarik yang ditampilkan dalam majalah tersebut, namun Laut hanya serius menunjukkan atensinya pada karya lukisan berjudul “The Starry Night” milik Vincent Van Gogh. Matanya terpaku pada lukisan itu, hatinya berdesir saat melihatnya. Laut yang saat itu masih berumur 11 tahun bahkan dapat mengerti arti lukisan itu. Laut telah dibuat jatuh cinta hanya dalam sekali pandang oleh lukisan itu.
“Indah.” Satu kata yang dikeluarkan Laut, matanya berbinar cerah menatap lukisan itu.
“Hm? Kau sangat menyukai yang satu ini, begitu?” Bintang menyadari Laut yang menunjukkan atensinya penuh pada lukisan berjudul “The Starry Night”.
“Ya, sangat.”
“Jika ingin, kau boleh menyimpan majalahku yang satu ini. Aku masih memiliki yang lain dirumah.” Tawar Bintang pada Laut.
“AKU INGIN!! Eh, maksudku, apa boleh aku menyimpannya?” Dengan semangat Laut menjawab, namun diakhiri dengan nada malu-malu.
“Haha, jika kau ingin, simpan ini. Tidak perlu malu-malu, kita adalah teman bukan?”
“Tentu saja, kita adalah teman! Jadi, karna aku menginginkannya, aku akan menyimpannya! Terimakasih.”
“Sama-sama.” Bintang tersenyum cerah melihat semangat Laut disampingnya.
Semenjak hari itu, Laut memiliki tujuan untuk menjadi seorang pelukis karena kekagumannya terhadap lukisan milik Van Gogh. Laut ingin sekali berlatih untuk melukis agar bisa menjadi pelukis terkenal. Namun, disisi lain Laut menyadari posisinya, keluarganya bukanlah keluarga yang mampu sehingga dapat membeli berbagai macam kebutuhan melukis. Walaupun harganya tidak fantastis, keluarganya tetap tak dapat memenuhinya. Oh iya, Laut berasal dari keluarga kurang mampu, ayahnya adalah seorang nelayan yang penghasilannya sangat kecil dan ibunya adalah seorang asisten dari sebuah rumah makan yang penghasilannya juga tak seberapa.
Laut bersama keluarganya tinggal disebuah gubuk tua yang masih layak huni dipinggir sebuah pantai. Kesehariannya adalah membantu ayahnya pergi berlayar ke tengah laut untuk menangkap ikan segar, dan terkadang ia membantu ibunya yang mengurusi sebuah rumah makan. Laut tak pernah bersekolah karena tak memiliki biaya, ia hanya belajar sedikit dari ayah dan ibunya. Dari dulu, tak pernah terpikirkan sebuah cita-cita dan impian besar dalam benaknya. Dirinya yang dulu lebih memilih meneruskan pekerjaan ayahnya saja yang sudah pasti ketimbang memiliki cita-cita besar yang tak pasti keberhasilannya. Namun kini, Laut sudah memiliki cita-cita dan impiannya.
Karena Laut tidak ingin membebani orang tuanya dengan cita-citanya. Jadi ia memikirkan berbagai cara untuk berlatih melukis. Mulai dari membuat cat lukis sendiri dengan menggunakan bahan alami yang ada disekitarnya, kemudian ia membuat kuas lukis dengan mengguna-kan ijuk dari rumah produksi sapu yang kebetulan sudah tak terpakai. Laut mulai berlatih melukis, menorehkan tinta alami menggunakan kuas yang ia buat diatas sebuah permukaan kayu rata dan berbagai kain tak terpakai. Namun Laut merasa tak puas dengan hasil warna dan tekstur dari cat alami yang ia buat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Setapak Semangat
Short StoryKumpulan cerita pendek karya siswa Klub Literasi Sekolah 2022. Disini tersimpan abadi karya-karya luar biasa dari peserta KLS angkatan kedua. Ikuti kisah hebat para penulis menuangkan tinta penuh warna dalam setiap lembaran kanvas putih. Selamat ber...