A Short story written by Cheril Almayra
SMPN 3 Cikarang Selatan
Aku bernama Nisa arvesita, aku berumur dua belas tahun,, ayahku meninggal saat aku masih berumur lima tahun. Aku tinggal bersama ibuku di rumah yang sangat kecil, tapi aku bersyukur karena masih mempunyai tempat tinggal.
Sejak aku kecil aku sudah diajarkan oleh ibuku cara berjualan roti. Dulu aku selalu berlatih berhitung saat malam hari, supaya lancar ketika sedang berjualan. Aku berjualan karena kemauanku sendiri, tanpa dipaksa oleh ibu.
Aku sangat senang ketika berjualan roti karena didalam hidupku tidak ada yang lebih menarik selain berjualan. Aku berjualan ketika pulang sekolah sampai senja tiba. Sebenarnya sangat lelah untuk berjualan setiap hari, tapi aku senang karena itu adalah hobiku dan juga membantu menghabiskan dagangan ibuku.
Apalagi banyak kebutuhan yang harus dibayar dengan hasil berjualan. Aku setiap bulan harus membayar uang sebesar dua ratus ribu untuk sekolah dan seratus lima puluh ribu untuk les. Aku Bersekolah di Sekolah Dasar Negri satu Surakarta. Di sekolah, aku adalah murid yang terkenal karena kepintaranku dipelajaran matematika. Ya, matematika adalah pelajaran favoritku. Aku sering mengikuti lomba matematika, bahkan sampai tingkat internasional.
Siang hari di sekolah, saat sedang istirahat aku juga berjualan roti di dalam kelas. Teman temanku sangat senang ketika aku berjualan roti, dan mereka selalu membelinya. Saat aku tidak berjualan roti di sekolah, mereka pasti menanyakan mengapa aku tidak berjualan hari itu.
Setiap hari kamis, pulang sekolah, aku les pelajaran ipa. Ya, aku sangat bodoh dipelajaran ipa. Aku selalu saja tidak bisa menghafal tentang tumbuhan,hewan dan manusia. Menurutku ipa adalah pelajaran yang sangat sulit, apalagi tentang kimia. Entah mengapa aku sangat membenci kimia.
Ibu sangat baik kepadaku, dia memiliki sifat yang lembut dan ramah. Ia selalu mendoakanku setiap waktu. Saat aku belajar di sekolah, saat aku les, dan pastinya saat aku sedang berjualan. Aku sangat kagum dengan sifat dan karakteristik ibuku. Ia selalu sabar dan terus berusaha dan berdoa ketika ada masalah.
Di sekolah, aku mempunyai tiga teman dekat, yaitu sita, vina, dan elvi. Aku sangat dekat dengan mereka. Mereka adalah anak orang kaya yang sangat rendah hati. Aku berteman dengan mereka sudah sejak lama. Saat aku berjualan roti di kelas, mereka pasti membelinya. Tidak hanya satu yang dibeli, bahkan mereka bisa beli sepuluh roti sekaligus dalam sehari. Mereka selalu mendukungku saat sedang berjualan. Entah berapa banyak uang yang dihabiskan mereka untuk jajan dalam sehari.
Di kelas les ipa, Aku mempunyai dua teman dekat, yaitu Sofie dan Wifa. Mereka juga anak orang kaya. Ya, bahkan lebih kaya dari teman sekolahku. Mereka sangat baik hati dan dermawan. Mereka tau aku suka berjualan roti setiap pulang les. Mereka pasti membeli daganganku saat aku sedang berjualan di pinggir jalan. Aku sangat beruntung mempunyai teman teman yang sangat baik.
Pada hari senin tanggal 17 mei 2011, aku diajak oleh teman lesku untuk berjalan jalan ke mall pada hari sabtu. Aku sangat ingin ikut pergi ke mall tersebut bersama teman teman les ku. Aku berusaha dan meminta doa ibuku supaya daganganku cepat habis, karena aku akan menjual roti lebih banyak dari biasanya. Karena uangnya
Ingin aku gunakan untuk jalan jalan ke mall.
Akhirnya pada hari itu juga aku menjual seratus roti dalam sehari. Aku sangat berusaha keras supaya rotiku cepat habis. Aku terus saja berdoa dan memohon rezeki kepada yang maha kuasa. Sampai akhirnya aku berjualan sampai jam dua belas malam. Dan seperti itu setiap hari sampai hari sabtu tiba.
Sebenarnya sangat lelah kalau harus selalu pulang malam. Sedangkan teman temanku tidak perlu berusaha keras sepertiku. Mereka hanya tinggal meminta kepada orang tua mereka. Kadang aku suka mengeluh, kadang juga aku bersyukur karena masih di berikan nafas oleh tuhan.
Pada hari selasa tanggal 21 mei 2011 teman sekolahku mengajakku pergi jalan jalan ke kebun binatang pada hari minggu. Aku terkejut karena bingung harus bagaimana lagi caraku untuk mendapatkan uang dengan cepat. Ya, sangat cepat karena tinggal dua hari lagi.
Aku menceritakan semuanya kepada ibuku.
Ibuku berkata, “sabar nak, semua masalah pasti ada jalannya.” Sambil mengelus punggungku. Ibuku berdoa dan memohon supaya diberikan rezeki oleh yang maha kuasa.
Entah bagaimana caranya aku harus menghabiskan dagangan ibuku dengan jumlah yg banyak. Aku sangat bersemangat dan pantang menyerah. Ibuku terus dan terus saja berdoa memohon perlindungan untukku.
Hari rabu saat aku sedang berjualan dimalam hari, aku tertabrak motor. Dagangan roti ibuku hancur semuanya. Semua roti nya terlepas sangat jauh dan tak tersisa satu pun yang selamat. begitupun aku, tulang kakiku tergeser dan membengkak. Wajahku pun luka luka, apalagi tanganku. Aku tak sadarkan diri saat itu. Lalu aku ditolong oleh seorang ibu ibu dan ia langsung menelepon amúbulans.
Saat di rumah sakit, aku langsung dibawa ke UGD. Saat sudah dipriksa, ternyata tulang kakiku tidak hanya tergeser, tapi juga retak parah. Aku harus dioperasi, biayanya 20 juta. Keesokan hari nya, saat aku mendengar kabar kalau harus dioperasi aku langsung menangis. Apalagi biayanya yang tidak sedikit. Aku bingung, siapa yang bisa membayarnya. Ibuku pastinya tidak ada uang sebesar itu.
Aku sangat sedih karena tidak bisa ikut teman les dan teman sekolahku jalan jalan. Malam itu aku menangis semalam. Saat aku tertidur tiba tiba ada suara.
“Nak bangun nak, sholat subuh.”
Seketika aku pun terbangun. Ternyata itu semua hanya mimpi buruk. Mimpi yang sangat buruk dalam hidupku. Aku langsung bergegas sholat subuh setelah tersadar.
Setelah sholat subuh aku langsung bergegas mandi dan langsung pergi ke sekolah. Setelah pulang sekolah, aku langsung berjualan di pinggir jalan raya. Aku membawa banyak roti untuk dijual. Tapi hingga larut malam, roti ibuku hanya terjual empat puluh lima biji. Aku kebingungan bagaimana caranya supaya roti nya habis.
Hari jum’at telah tiba. Dan aku baru dapat uang seratus ribu. Saat aku di kelas les tiba tiba Sofie dan iv# menghampiriku. Ternyata untuk jalan jalan besok,.mereka ingin mentraktirku. Aku sebenarnya sangat malu.
Tapi mereka bilang , “tidak usah malu nisa, kita kan sahabat selamanya.”
“Suka duka kita lewati bersama.” Aku sangat senang dan terharu karena aku sangat beruntung mempunyai teman seperti mereka.
Hari sabtu pun tiba, aku bersenang senang bersama Sofie dan Wifa Mereka mentraktirku makanan, minuman dan tiket bioskop. Aku sangat senang hari itu, karena aku belum pernah ke mall sebelumnya. Aku juga dibelikan tas oleh mereka. Tas itu sangat mahal, sekitar empat ratus ribu. Aku berterima kasih banyak pada mereka saat itu.
Saat pulang, sekitar jam empat sore, aku langsung sholat ashar di rumah bersama ibuku. Ibuku juga sangat senang karena aku bisa pergi bersama teman sekolahku. Pada malam hari aku memikirkan uang untuk besok pergi ke kebun binatang, karena aku hanya mempunyai uang lima puluh ribu. Sisanya sudah habis untuk ongkos ke mall tadi. Ternyata ibuku bilang kalau tiket ke kebun binatang sebesar tiga puluh ribu. Lima puluh ribu sudah cukup untuk ke kebun binatang bersama teman sekolah ku.
Hari minggu pun tiba, aku bersama Sofie dan Wifa pun pergi ke kebun binatang di daerah Sumedang. Kita memberi makan jerapah, gajah, dan kangguru. Lalu kami menggelar tikar diatas rumput untuk makan siang. Kami juga berfoto bersama hewan hewan, seperti monyet, jerapah, gajah, dan burung burung. Orang utan disana sangatlah lincah. Mereka berlarian kesana kemari dan bergelantungan kesana kemari.
Hari itu aku sangat senang, karena aku sudah lama sekali tidak pergi ke kebun binatang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Setapak Semangat
Short StoryKumpulan cerita pendek karya siswa Klub Literasi Sekolah 2022. Disini tersimpan abadi karya-karya luar biasa dari peserta KLS angkatan kedua. Ikuti kisah hebat para penulis menuangkan tinta penuh warna dalam setiap lembaran kanvas putih. Selamat ber...