A Short story written by Radensha Fikram Hidayat Putra
SMPN 03 Cikarang SelatanTirta adalah gadis berumur 18 tahun ia baru saja lulus SMA, dia memiliki rencana untuk melanjutkan pendidikannya ke universitas. Dia akan meminta bantuan pamannya yang merupakan seorang dosen. Tirta tinggal bersama ayahnya di rumah kakeknya, ibunya telah meninggal ketika Tirta baru kelas 2 SMP. Dia telah memberi tahu ayahnya bahkan sebelum ibunya meninggal. Ayahnya yang dulu benar-benar mendukungnya, tapi sekarang dia tidak ingin berpisah dengan anak tunggalnya.
Meskipun begitu dia tahu bahwa anaknya mau mengangkat derajat ayahnya yang hanya seorang petani. Akhirnya diapun tidak mampu untuk menghalangi niat baik anaknya. Diapun memberi Tirta alamat adiknya. Pertama-tama Tirta mengirim surat untuk minta izin ke pamannya. Pamannya pun senang ketika keponakan kesayangannya yang jarang menghubunginya tiba-tiba mengirim surat.
Setelah membaca surat itu ia pun langsung mengizinkan dan mengirim surat balik. Tirta pun langsung berkemas dan bersiap untuk pergi ke tempat pamannya. Tapi sebelum itu dia pamit ke warga kampungnya serta teman-temannya, dia diantar bapaknya menuju ke stasiun kereta.
Di stasiun dia baru berpamitan ke bapaknya, bapaknya berpesan “Kamu yang sukses ya nak kamu tidak usah khawatirkan bapak ” .
Meskipun ayahnya bilang begitu Tirta bisa melihat matanya berkaca-kaca, Tirta pun menjawab.
“Baik pak Tirta pasti akan sukses, jadi bapak tidak harus menangis.”
Bapaknya pun memeluk Tirta, setelah itu akhirnya kereta pun datang. Dengan itu Tirta pun berangkat, disinilah halaman baru dari kehidupan Tirta dimulai.
Ketika sampai di tujuannya dia menelfon dari telepon umum yang ada stasiun, dia tahu nomor pamannya dari surat yang dikirim pamannya. Pamannya yang sudah menanti kedatangan keponakannya pun akhirnya merasa senang ketika telepon rumahnya berdering. Tirta yang jenuh menunggu pamannya pun ingin berjalan-jalan sebentar, tapi ada mobil yang menghampirinya. Tirta yang hanya sendiri pun sempat panik, ketika jendela mobilnya dibuka ada pamannya yang mengatakan
“Halo neng cantik” canda pamannya.
Tirta yang tadinya ketakutan pun akhirnya tertawa, ia pun menjawab “ ih paman bikin kaget saja “ jawab Tirta.
Dia pun pergi ke rumah pamannya. Setibanya ia di rumah pamannya bibinya sudah tertidur, pamannya juga menyuruh Tirta untuk tidur. Pamannya pun menunjukkan di ruangan mana Tirta akan tinggal. Keesokan harinya ketika mereka sedang sarapan, Tirta pun berbicara dengan pamannya mengenai syarat-syarat masuk universitas jalur prestasi.
Pamannya pun menanyakan bagaimana nilai akademiknya, Tirta pun menjawab, “bagus kok paman, konsisten juga.”
“Coba sini paman liat ijazah dan raportnya “ jawab pamannya.
Tirta memberikan raport dan ijazahnya ke pamannya. Pamannya kagum dengan nilainya.
“Wah dengan nilai segini kamu bisa masuk jurusan apapun “ ucap pamannya.
Pamannya pun menanyakan Tirta ingin masuk jurusan apa, Tirta pun menjawab “ saya sih tertarik sama dunia psikologi.”
“ Jadi kamu mau masuk jurusan psikologi ? “ tanya pamannya.
“Iya paman, saya mau membantu orang lain dengan masalah mereka “ jawab Tirta.
“Ponakan paman memang berhati baik, untuk pendaftaran masih ada waktu 3 hari lagi kamu bisa menyiapkan diri terlebih dahulu “ ucap pamannya.
Ketika mereka selesai pamannya pun langsung bergegas untuk bekerja. Setelah pamannya berangkat, dia pun bermain dengan ponakannya. Di 3 hari itu Tirta tidak belajar sama sekali, melainkan dia merelaksasi diri. Dia berjalan-jalan bersama bibinya dan dua keponakannya. Tak terasa 3 hari pun berlalu Tirta sudah siap untuk mendaftar, dia ditemani oleh pamannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Setapak Semangat
Short StoryKumpulan cerita pendek karya siswa Klub Literasi Sekolah 2022. Disini tersimpan abadi karya-karya luar biasa dari peserta KLS angkatan kedua. Ikuti kisah hebat para penulis menuangkan tinta penuh warna dalam setiap lembaran kanvas putih. Selamat ber...