Ayah

46 1 0
                                    

A Short story written by Puteri Zhafarina parkjsxung_13
SMPN 3 Cikarang Selatan

Jeyya gadis berusia 16 tahun yang sangat tidak suka kepada ayahnya, ternyata memang benar adanya bahwa penyesalan yang membuat kita merasa telah gagal untuk hidup yang alurnya tidak akan bisa kembali. Seperti Jeyya contohnya, kata yang selalu terngiang di hidupnya, adalah ketika ayah bilang.

“Semoga kau bahagia dengan jalanmu nak,” ucap ayahnya Jeyya.

Lalu Jeyya pun berkata, "iya yah, jalan yang kupilih dan aku sangat menyesal akan itu, tapi seandainya aku bisa kembali mungkin aku akan memilih jalan yang sama namun dengan alur yang berbeda. aku ingin kembali dengan cerita yang berbeda bilang kepada ayah, bahwa maaf atas segala kesalahanku ayah aku menyayangimu hanya itu yang ingin ku ucapkan pada ayah,  namun itu semua tak pernah terwujud hingga ayah berpulang kehadapan tuhan," ucap Jeyya sambil mengucek matanya yang mengeluarkan air mata.

Ayah adalah sosok yang mengajari anak nya banyak tentang hal kehidupan dan memberi jawaban tentang hidup yang begitu rumit.

"Aku benci ayah!" ucap Jeyya pada ayahnya saat itu, Jeyya memang membenci ayahnya karena Jeyya berfikir karena ayah ibunya Jeyya meninggalkannya.
"Jeyya, ayah lakukan ini demi kamu juga, ayah peduli sama kamu Jeyya," ucap ayahnya Jeyya yang sedang memohon kepada Jeyya saat itu.

"Udah ah, aku mau pergi berangkat sekolah ayah, aku cape dan males banget berdebat sama ayah," ucap Jeyya kepada ayahnya yang lalu pergi begitu saja.
Di sekolah Jeyya berjalan dengan malas karena ayahnya telah membuat mood Jeyya benar benar rusak.

"Woy! kamu kenapa si dari tadi ngelamun sambil cemberut mulu?" Tanya Viona yang heran melihat Jeyya seperti itu.

"Biasa bertengkar lagi sama ayah," ucap Jeyya dengan malas sambil  menenggelamkan wajahnya dibangku.
"Kamu kapan sih mau maafin ayah kamu? Dia emang salah saat itu, tapi ini semua udah masa lalu kan? memaafkan itu nggak buruk kok jey?" Nasehat Viona kepada Jsambil

"Aish itu karena lo nggak ngerti Na, gimana rasanya jadi gua! lo nggak bakalan pernah paham,"  ucap Jeyya langsung melangkah keluar kelas dengan sedikit emosi.

“Aku tidak tau hari ini kenapa begitu menyebalkan, dimulai dari ayah sampai Viona, mereka membuatku kesal saja." Jeyya pun berlari menuju taman belakang sekolah nya.

"Hari ini aku malas bertemu dengan orang orang, aduh kenapa dada gua sesek banget ya?" ucap Jeyya sambil memegang dadanya yang sedang berdetak kencang itu, rasanya sangat sesak.

Agar tak terlalu sesak, Jeyya memilih memejamkan matanya dan bersandar di kursi seraya menetralkan nafasnya, tanpa tersadar Jeyya pun tertidur hingga suara bel pulang berbunyi dan Jeyya pun mulai terbangun.

"Gila aku tertidur begitu lama untung saja bel pulang berbunyi, kalau tidak aku akan ketiduran hingga malam.”

Koridor sekolah mulai sepi, Jeyya beranjak untuk mengambil tasnya didalam kelas dan bergegas untuk pulang. Ditengah perjalanan mata Jeyya tak sengaja melihat sebuah martabak telur "itu kesukaan ayah" batin Jeyya.

"Pak berhenti dulu pak!” Ucap Jeyya kepada supir taksi didepannya dan turun membeli martabak itu, Jeyya heran kenapa Jeyya selalu membeli martabak itu ketika pulang ke rumah padahal Jeyya membenci ayahnya tapi Jeyya selalu peduli pada ayahnya.

Setapak SemangatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang