Lana

29 2 0
                                    

A Short story written by Santuna’afiyah Hikmawan
SMPN 41 Jakarta


Lana tumbuh di keluarga yang tidak mampu. Sedari kecil, Lana sangat tertarik dengan dunia seni. Lana suka menggambar, menyanyi, dan menyanyi. Namun seni yang paling disukainya adalah seni lukis.

Ia selalu berlatih keras dari kecil sampai sekarang, demi mencapai mimpinya menjadi seorang pelukis sukses. Tak jarang ia begadang setelah mengerjakan tugasnya untuk belajar melukis. Ia mengumpulkan uang hasil menjual puddingnya disekolah untuk membeli alat alat lukis yang terjangkau harganya untuk berlatih.

Sekarang Lana baru ber-ulang tahun ke 14 tahun, dan seperti tahun tahun sebelumnya, ia akan membuat harapan menjadi pelukis. “Semoga saat besar nanti, aku bisa jadi pelukis!” Ucapnya lantang didepan kue ulang tahun buatan ibunya. Ia selalu melakukannya karena dari kecil, orangtuanya selalu meng-amini harapannya. Namun kali ini, orangtuanya mengatakan sesuatu yang menurutnya aneh.

“Lana, kamu tahu kan pelukis tidak akan menghasilkan uang?” ucap ibunya.

Lana bingung.

“Maksud ibu? Bukankah ibu dan ayah menyetujui kemauanku menjadi seorang pelukis?”

“Lana, keluarga kita bukanlah keluarga yang mampu, sementara menjadi  seorang pelukis membutuhkan modal banyak dan hanya menghasilkan uang yang sedikit kan? Ibu dan ayah akan berkata jujur sekarang, karena menurut kita Lana sudah memasuki usia remaja dan dapat memikirkan tentang kondisi keluarga kita.”

Lana terdiam.

“Nggak bu, Lana janji Lana akan menghasilkan uang banyak dan jadi pelukis sukses.”

Orangtuanya tidak bisa membatahnya karena memang, sedari kecil Lana merupakan anak yang pantang menyerah dan berkemauan besar. Setelah Lana mendengar kalimat ibunya, tentu ia sakit hati. Namun Lana menjadikannya sebagai batu lompatan untuk menjadi pelukis sukses. Ia terus berlatih. Ia sudah mengikuti dan memenangkan berbagai lomba melukis di sekolahnya dari SD sampai SMA, tetapi ibunya hanya berpikir bahwa itu adalah keberuntungan. Setelah lulus SMA, Lana bertekad masuk kuliah jurus seni untuk melanjutkan perjuangannya.

Setelah lulus SMA, dia mendaftarkan diri untuk mengikuti beasiswa. Karena prestasinya yang bagus dan banyaknya piala yang dia hasilkan pada masa sekolahnya, ia berhasil mendapatkan beasiswa ke Italia.

“Ibu. Lana ingin melanjutkan kuliah.” Lana meminta izin.

“Lana.. tolong pahami kondisi keluarga kita. Ibu bukannya melarangmu melanjutkan pendidikanmu, namun yang terbaik sekarang adalah kamu kerja untuk membantu ekonomi kita. Ibu dan ayah sudah tua, Lana.”

“Bu, tolong pegang janji Lana. Lana akan menjadi pelukis sukses dan Lana janji, ibu akan hidup layak!”

Lana tidak sakit hati lagi, karena ia sudah terbiasa akan hal itu ; diremehkan karena ekonominya. Dia mendapat jadwal berangkat seminggu lagi, jadi ia sudah mulai mengemasi barang barangnya dan bersiap.

Tak terasa seminggu telah berlalu dan ia akan berangkat dalam beberapa jam lagi. Lana berpamitan kepada kedua orangtuanya, karena ia akan kuliah di Italia selama beberapa bulan.

“Lana, kamu yakin?”

Lana mengangguk mantap. Ibunya tau bahwa menanyakan hal itu adalah sia sia, namun ia hanya ingin memastikan.

Lima bulan kuliah di Italia, Lana sudah paham bahasa italia sedikit sedikit dan sudah hafal jalan. Karena asrama ke kampusnya tidak terlalu jauh, Lana memutuskan untuk jalan saja demi menghemat ongkos. Ditengah tengah perjalanannya, ia menemukan spanduk besar bertuliskan “Concorso di pittura” yang berarti “Lomba melukis”. Setelah sampai rumah, ia buru buru mendaftarkan dirinya ke lomba tersebut.

Lomba tersebut memberikan pesertanya waktu 3 minggu untuk pembuatan lukisan berukuran 1x2 meter. Sepulang kuliah, bukannya beristirahat, Lana terus melanjutkan lukisannya agar bisa selesai tepat waktu.

Tiga minggu berlalu, Lana sedang dalam perjalanan ke tempat lomba untuk menyerahkan karyanya.

Singkat cerita Lana menang, dan lukisannya menjadi pajangan di salah satu museum seni. Lana memperoleh banyak hadiah, uang dan apresiasi dari masyarakat dan orang orang.

Setelah ia menamatkan kuliahnya di Italia, Lana pulang ke Indonesia. Ia memberi tahu ibunya tentang kemenangan yang ia peroleh. Lukisannya sudah mendunia dikarenakan teknik melukisnya yang indah dan sangat realistik. Ia juga telah memperoleh banyak hadiah dan sumbangan dari masyarakat dan orang orang. Lana pun bekerja sebagai pelukis full-time dan sudah melukis banyak lukisan untuk museum, rumah sakit, pembeli, dan lain lain.

Ia telah membuktikan ke keluarganya dan ke semua orang bahwa, Siapapun bisa menjadi apa yang mereka inginkan jika mereka benar benar ingin.

Setapak SemangatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang